Sejak kecil, ustaz Taufiqurrahman memang sudah bercita-cita ingin menjadi pendakwah. Tujuannya sederhana, ingin agar banyak orang mempelajari Islam. Ia kemudian meminta orangtuanya untuk menyekolahkan ke pesantren dan mendalami ilmu agama. Sang ustaz juga menyelesaikan pendidikan bahasa Arab di LIPIA Jakarta.
Berdakwah dengan pantun dimulai saat ustaz Taufiqurrahman menjadi komentator di acara Pildacil (Pemilihan Dai Cilik) di salah satu stasiun televisi. Keputusan ustaz Taufiqurrahman mengusung pantun di setiap dakwah ternyata sukses. Ini menjadi ciri bagi pria kelahiran Jakarta itu dalam profesinya. Bahkan kutipan dalam dakwah yang disampaikan, dirangkum dalam sebuah buku berjudul Pantau, Pantun dan Tausiyah. Buku itu sukses di pasaran, terbukti dengan penggarapan jilid ke-2 yang ditulis ustaz Taufiqurrahman.
Bukan hanya tampil di acara keagamaan, berkat aksi pantunnya itu sang ustaz juga pernah hadir di acara lawak. Stand Up Comedian di Metro TV pernah mengundang ustaz Taufiqurrahman hadir di sana. Kala itu tema yang diusungnya mengenai drama percintaan anak remaja. Sang ustaz pun meluncurkan pantunnya.
Wabah virus corona yang membuat aktivitas orang-orang terbatas tak membuat sang ustaz berhenti berdakwah. Hal itu dibuktikan dengan menggelar acara ngaji online di Live Instagram. Acara bertajuk ‘Ngajol’ atau ngaji online biasanya digelar setiap hari Minggu pukul 20.00-21.00 WIB dengan tema berbeda setiap kajiannya.