Alifatqul Maulana adalah seorang Dosen Boga STIP Trisakti yang jatuh hati dan memburu kecap dari seluruh wilayah Indonesia saat berpergian. Tak hanya penasaran dengan sejuta rasa kecap dari banyak industri kuliner ini, Alifatqul juga menjadi kolektor kecap yang saat ini telah memiliki 200 botol kecap sebagai koleksinya. Tak jarang botol-botol kecap yang masih lengkap dengan merk dari beda pabrik itu sudah tak berisi alias kosong. Alif sengaja mengumpulkan botol-botol kecap itu karena memang sangat menyukai kenikmatan rasa kecap.
Istri Alifatqul Maulana berulang kali merasa kesal atas ulah suaminya itu. Setiap kali pulang dari tugas luar kota, Alif selalu membawa botol kecap. Anehnya, botol tersebut kadang berisi, kadang sudah kosong. Berpuluh-puluh botol kecap tak terasa sudah memenuhi lemari dapur mereka. Istrinya sampai mengancam akan membuang semua botol kecap yang dia koleksi karena saking banyaknya. Kolektor kecap sekaligus Kepala Laboratorium Tata Boga Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Jakarta, sudah mengoleksi sekitar 200 botol kecap dari berbagai merek yang dikoleksi Alif sejak 2000. Kecap yang ia koleksi itu bukan sembarangan. Ini adalah kecap dari berbagai daerah di Indonesia yang diproduksi dan dibuat dengan menggunakan bahan serta memiliki cita rasa lokal. Yang menarik, ada cerita unik di balik masing-masing kecap yang ia kumpulkan. Contohnya, kecap cap Juhi, yang pertama kali ia kumpulkan. Ini kecap asli Jakarta yang diproduksi khusus untuk kawasan Salemba, Jakarta Pusat. (Baca: Aki Takajo Bawa Sambal dan Kecap ke Jepang)
Biasanya Alif mencari kecap di suatu wilayah dengan mendatangi pasar tradisional atau komunitas lokal tempat kecap diproduksi. Misalnya, ketika berkunjung ke Semarang, ia menemukan kecap cap Mirama. Sedangkan saat ke Medan, Alif mendapati kecap cap Angsa. Setiap daerah, menurut Alif, memiliki kekhasan, dari rasa hingga stiker yang menunjukkan merek kecap. Misalnya kecap cap Kambing asal Singkawang, Kalimantan Barat. Kecap ini memiliki rasa yang cenderung lebih asin dengan tekstur encer. Ada pula kecap cap Konci asal Garut. Pada botolnya tertera gambar Tintin, tokoh kartun petualang karya Herge. Penduduk setempat lantas menyebut kecap itu sebagai kecap Tintin, bukan kecap Konci. (Baca: Warren Buffet Akuisisi Pabrik Kecap ABC)
Ada pula kecap Korma. Kecap yang selalu dipakai tukang sate asal Madura ini memiliki cerita unik. Kecap ini terkenal bukan hanya rasanya, tapi juga kepercayaan warga yang menganggap sekian persen dari hasil pembelian kecap Korma langsung disumbangkan untuk warga miskin di Madura. “Bagi warga Madura, yang sangat patuh terhadap prinsip agama, mereka tidak mau macam-macam. Maka, setiap tukang sate Madura percaya dan menggunakan kecap Korma untuk bakaran, dibanding kecap merek lain,” ujar Alif. Menurut Alif, tidak sulit menjalani hobi mengumpulkan botol kecap. Selain murah, kecap mudah ditemukan, terutama di pasar tradisional. Sebab, biasanya, kecap lokal dibuat oleh perusahaan keluarga dan dimulai dengan usaha kecil. Karena itu, selain cita rasanya yang unik, Alif melihat adanya kreativitas di balik pembuatan stiker yang menempel di botol kecap tersebut. Uniknya, di setiap botol kecap terdapat tulisan “Kecap Nomor 1”. “Tidak pernah ada kecap nomor dua,” katanya.