Guru Budi atau Ahmad Budi Cahyono Tewas Dianiaya Siswa Muridnya sendiri berinisial MHL yang dijuluki Pendekar oleh Teman-temannya. Keluarga besar SMA 1 Torjun (SMATor), Kabupaten Sampang pun berduka atas meninggalnya Guru tidak tetap (GTT) bidang seni rupa Ahmad Budi Cahyono (26) di RSUD Dr Soetomo, Surabaya, Kamis (1/2) sekira pukul 21.40. Meninggalnya Budi, warga Desea Jrengik, Kecamatan Jrengik, Sampang, lantaran diduga pembuluh otak di leher belakang pecah, setelah siang harinya dianiaya siswa kelas XI, berinisial MHL di teras depan kelas. Sementara MHL menyerahkan diri ke Polres Sampang, Kamis pukul 24.00.
Menurut sumber di lokasi kejadian, korban saat itu mengisi pelajaran pada jam terakhir, sekira pukul 13.00. Korban sedang memberikan materi pelajaran melukis untuk kelas XI dengan cara berkelompok di teras depan kelas, termasuk MHL. Namun ketika pelajaran itu berlangsung dan siswa konsentrasi melukis, pelaku malah asyik mengganggu teman-teman dan kelompok lain. Melihat tindakan pelaku, korban menegur dan meminta kembali ke tempatnya mengerjakan tugas yang diberikan.
Tapi pelaku tetap mengganggu, sehingga korban memperingatkan. Jika pelaku masih tetap mengganggu temannya, maka wajah pelaku akan diolesi cat lukis. Karena masih tetap mengganggu, lalu korban mendekati pelaku dan memoleskan kuas ke wajahnya. Entah tidak terima dengan sangsi dari korban atau dirasuki rasa marah, kemudian pelaku berdiri mencekik leher korban dan memukul leher belakang korban, sehingga korban jatuh tersungkur ke lantai. Kala itu korban bangkit berdiri dan pelaku berusaha untuk menghajar kembali, tapi dilerai siswa dan guru.
Dalam keadaan yang masih setengah sempoyongan, sejumlah guru membawa korban ke ruang kepala sekolah (kasek) untuk diistirahatkan, sekaligus korban menjelaskan duduk persoalan yang baru dialami dirinya. Walau di tubuh korban tidak ada luka, mengingat kondisinya kurang memungkinkan, Kepala SMATor, Kabupaten Sapang, Mohammad Amat menyarankan agar korban pulang istirahat di rumah, tidak melanjutkan mengajar. Sehingga korban pulang. Sampai di rumah, kondisi korban kian memburuk. Kepalanya pusing dan leher belakangnya sakit.
Istrinya, Sianit Sinta (22) yang tengah hamil 5 bulan itu kaget melihat suaminya pulang dalam kedaan seperti itu. Awalnya korban tidak mengaku, jika telah dianiaya siswanya. Tapi karena terus memburuk, korban mengungkapkan kejadian yang dialaminya. Akhirnya korban dilarikan ke RSUD Sampang untuk mendapatkan perawatan medis. Namun karena korban tidak sadarkan diri, pihak RSUD Sampang merujuk korban ke RSUD Dr Soetomo Surabaya didampingi istri dan sejumlah guru.
Dari keterangan dokter yang menangani korban, saat itu kondisi korban kritis dan tidak akan mampu bertahan lama. Hasil dianogsa, korban mengalami mati batang otak. Semua organ dalam tubuh sudah tidak berfungsi, sehingga mobil ambulans yang mengantar diminta jangan keburu kembali. Sekitar pukul 21.40, korban sudah dinyatakan meninggal. Lalu guru yang mendampingi korban menghubungi Kadindik Sampang, Jufri Riady, jika korban sudah meninggal. Sementara istri korban yang mengetahui suaminya dinyatakan meninggal syok dan menangis.
Jumat (2/2), jenazah korban dikubur di pemakaman umum dan ribuan pelayat ikut mengantar dari rumah duka ke kuburan. Setelah pemakaman, kemarin sore seluruh guru honorer di Sumenep yang tergabung dalam Forum Honorer Kategori 2 Sumenep (FHK-2 Sumenep) dan guru honorer di Sampang, melakukan salat gaib di masjid Jamik, sebagai tanda solidaritas dan bela sungkawa meninggalnya seorang guru yang dianiaya siswanya.