Menurut Sadashige Aoki, seorang profesor teori periklanan di Universitas Hosei, maskot ini mengikuti tradisi Jepang dengan "menciptakan karakter yang dipersonalisasi dari alam — gunung, sungai, binatang dan tumbuhan", serta "tradisi animisme, keyakinan bahwa setiap benda alami memiliki jiwa ". Meskipun kedua maskot memiliki kepribadian yang saling bertentangan, mereka tetap memiliki persahabatan yang kuat dan rasa hormat satu sama lain.
Menurut latar belakang fiksi mereka, Miraitowa dan Someity "hidup di dunia digital", dan melalui Internet, mereka dapat berpindah antara dunia digital dan dunia nyata. Nama Miraitowa sesuai dengan kata "masa depan" dan "keabadian" dalam bahasa Jepang, dan nama Someity diambil dari someiyoshino, sejenis bunga sakura. Nama Someity juga merujuk pada frasa bahasa Inggris "so mighty".
Maskot ini dirancang oleh seniman Jepang Ryo Taniguchi, yang tinggal di Prefektur Fukuoka di bagian selatan Jepang. Taniguchi dibujuk oleh ayahnya, yang juga seorang ilustrator, untuk mendalami ilmu seni di Cabrillo College, California. Dia pernah mengilustrasikan buku teks berbahasa Inggris untuk anak-anak di Jepang. Taniguchi tidak terlibat dalam penamaan maskot.
Maskot dipilih dari proses kompetisi yang berlangsung pada akhir 2017 hingga awal 2018. Sebanyak 2.042 calon desain diserahkan ke Panitia Penyelenggara Tokyo 2020, yang memilih tiga pasang desain maskot tanpa nama untuk diberikan kepada siswa sekolah dasar Jepang untuk keputusan akhir. Hasil seleksi diumumkan pada 28 Februari 2018, dan nama maskot, Miraitowa dan Someity, diumumkan pada debut resmi mereka dalam sebuah acara pers pada 22 Juli 2018.
Kedua maskot ini diharapkan dapat membantu pembiayaan melalui penjualan cenderamata dan lisensi. Sebagai bagian dari perjanjian penggunaan maskot, Taniguchi mengalihkan hak kekayaan intelektual untuk maskot tersebut kepada komite olimpiade dan paralimpiade, oleh karena itu, dia tidak akan menerima pembayaran royalti.