Dr Pitra Widianwari adalah seorang peneliti senior di Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) di Jakarta. Fitra Widianwari dilaporkan meninggal dunia di kawasan Gunung Binaya, Kabupaten Maluku Tengah Sabtu (6/12/2014). Pendaki asal Bandung, Jawa Barat ini meninggal setelah kondisinya melemah akibat terkena serangan hipotermia saat mendaki gunung tertinggi di Maluku tersebut.
Kepala Balai Taman Nasional Manusela, Tabur Muhamad, juga membenarkan bahwa Pitra adalah seorang peneliti LIPI. Saat melakukan registrasi untuk mendaki ke Gunung Binaya, korban menulis identitasnya sebagai peneliti. "Iya Pak dia seorang PNS, dia peneliti LIPI. Jadi, dia naik ke Gunung Binaya bukan untuk penelitian tapi untuk mendaki saja," ujarnya.
Kabar meninggalnya pendaki senior asal Bandung, Jawa Barat, yang juga tercatat sebagai anggota kelompok pencinta alam Lawalata Institut Pertanian Bogor ini disampaikan langsung oleh Tabur Muhammad, Kepala Balai Taman Nasional Manusela, saat dihubungi dari Ambon, Senin (8/12/2014). "Benar, Pak, dia (Pitra) sudah meninggal dunia," ujarnya singkat.
Menurut Tabur, informasi tersebut diperoleh dari pendaki asal Ambon yang ikut membawa turun Fitra dari Gunung Binaya saat korban terkena hipotermia pada ketinggian 2.080 mdpl. "Informasi ini baru saya dapat tadi dari salah satu pendaki yang ikut mengevakuasi korban. Kemungkinan, korban ini telah meninggal sejak Sabtu (8/12/2014), dan saat ini evakuasi masih dilakukan," ujarnya.
Saat ini, istri dan juga kakak kandung korban telah menuju Kabupaten Maluku Tengah untuk menanti proses evakuasi. Proses tersebut dibantu oleh tim Basarnas Ambon dan juga tim dari Balai Taman Nasional Manusela. Sebelumnya, kakak kandung Fitra juga mengatakan bahwa korban memiliki riwayat penyakit malaria. Kabar tentang meninggalnya Fitra sempat simpang siur. Para pendaki yang mengevakuasi korban pun tidak dapat dihubungi karena tidak ada sinyal di kawasan tersebut.
Informasi meninggalnya korban baru dilaporkan salah satu pendaki setelah dia kembali ke puncak Binaya untuk menginformasikan insiden itu. Sebelumnya diberitakan, salah satu pendaki lokal asal Ambon, Agusalim Patty, mengatakan bahwa korban dievakuasi setelah terkena hipotermia di batas vegetasi pada ketinggian lebih kurang 2.080 mdpl. Saat itu, korban dalam kondisi parah, dan akhirnya ditandu melalui jalur utara. Korban sendiri melakukan pendakian ke Gunung Binaya sejak tanggal 30 November, bersama dua pendaki asal Ambon.
Agusalim Patty saat menghubungi Kompas dari puncak Gunung Binaya mengatakan, akibat penyakit itu, Fitra harus dievakuasi karena kondisinya sangat parah. “Dia (Pitra) terserang penyakit itu saat berada kurang lebih 300 sebelum sumit dan saat ini sedang dievakuasi. Kondisinya saat ini sangat parah, dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Dia selalu gemetar dan sangat pucat,” ujar Agus.
Menurut Agus, Fitra bersama dua rekannya mendaki Gunung Binaya dari jalur utara tepatnya dari Desa Hoaulu sejak tanggal 30 November lalu. Namun mereka tidak sampai ke puncak karena saat berada di ketinggian 2.080 mdpl, mereka diterjang badai yang membuat Fitra terserang hipotermia. “Katong (kita) saat ini memutuskan tanduk antua (dia) turun melalui jalur utara karena kondisinya sudah sangat parah sekali,” ujarnya.
Hipotermia adalah kondisi ketika mekanisme sistem pengaturan suhu tubuh kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Orang yang terkena hipotermia ringan akan menunjukkan gejala-gejala, seperti melantur saat bicara, kulit menjadi sedikit berwarna abu-abu, detak jantung melemah, tekanan darah menurun, dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha dari tubuh untuk menghasilkan panas. - Kompas
#Lihat pula : Profil dan Biodata Pitra Widianwari Peneliti LIPI