Showing posts with label Islam. Show all posts
Showing posts with label Islam. Show all posts

Profil Buya Yahya atau H Yahya Zainal Ma’arif

Biografi Profil Biodata Buya Yahya al Bahjah Cirebon Lirik Lagu Aisyah Istri RasulullahBuya Yahya adalah seorang Dai ternama asal Cirebon sekaligus Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah Al-Bahjah Cirebon yang beralamat di Jl Pangeran Cakrabuana no. 179 Blok Gudang Ai r Kel. Sendang Kab Cirebon. Buya Yahya yang mengalami Kecelakaaan lalu lintas. Insiden tersebut terjadi saat Buya Yahya dan Ummi Fairuz hendak pulang ke Cirebon usai menghadiri safari dakwah di Kalimantaan Barat tepatnya di Tol Cipali KM 155, Jalur A, Majalengka, Jawa Barat, Sabtu 20 Agustus 2016 sekitar pukul 3.00 WIB.

Peristiwa itu bermula saat truk bermuatan semen dengan nomor polisi F 9154 FE ditabrak minibus jenis Toyota Hiace dengan nomor polisi E 7059 KA. Kedua kendaraan tersebut melaju dari arah Cikopo menuju Palimanan. Setibanya di lokasi kejadian, diduga supir Toyota Hiace mengantuk. Mobil masuk ke jalur lambat dan menabrak truk yang sedang parkir di bahu jalan. Akibatnya bagian depan mobil ustad yang kerap memberikan tausiyah dan kajian kitabiyah ini ringsek. Ada 4 orang mengalami luka-luka, salah satu di antaranya adalah Buya Yahya. Buya Yahya langsung dilarikan ke RS Mitra Plumbon untuk mendapat pertolongan pertama dan saat ini masih menjalani perawatan intensif.

Biografi Profil Biodata Buya Yahya pesantren al bahjah Cirebon lirik lagu aisyah istri rasulullahMasyarakat Cirebon berdoa untuk kesembuhan H Yahya Zainal Ma’arif atau Buya Yahya yang dirawat di RS Mitra Plumbon setelah mengalami kecelakaan di jalan Tol Cipali, pukul 03.00 Sabtu (20/8). Masyarakat Cirebon tidak sedikit yang terkejut mendengar kecelakaan yang menimpa pria kelahiran Blitar itu. Di media sosial, banyak orang yang turut mendoakan kesembuhannya. Tidak hanya masyarakat Cirebon, berbagai ungkapan rasa sedih dan doa diutarakan ulama lain di media sosial Twitter.

Menurut informasi yang beredar, kendaraan putih yang ditumpangi Buya Yahya menabrak truk dari belakang hingga bagian depan mobilnya ringsek berat. Kemudian Buya Yahya langsung dilarikan ke RS Mitra Plumbon untuk pertolongan pertama dan sekarang masih menjalani perawatan intensif. Masyarakat Cirebon tidak sedikit yang terkejut mendengar kecelakaan yang menimpa laki-laki kelahiran Blitar itu. Semuanya mendoakan kesembuhan ustad pemilih Pondek Pesantren Al – Bahjah itu.

Biografi Profil Biodata Buya Yahya Cirebon Kecelakaan di Tol CipaliKondisi kesehatan pimpinan Pondok Pesantren Al Bahjah Cirebon, H Yahya Zainal Ma’arif atau yang akrab disapa Buya Yahya, kini mulai membaik, Sabtu (20/8). Sebelumnya, ulama kharismatik itu mengalami kecelakaan di jalan tol Cipali KM 155 Kabupaten Majalengka. "Kami informasikan kepada para kaum Muslimin dan Muslimah, Alhamdulillah kondisi guru kita semua sekarang dalam keadaan sehat,’’ ujar asisten Buya Yahya, Ustaz Rizky, dalam pesan singkatnya kepada Republika.co.id, Sabtu (20/8) sekitar pukul 15.00 WIB. Akibat kecelakaan itu, Buya Yahya dirawat intensif di RS Mitra Plumbon, Cirebon. ‘’Beliau saat ini butuh istirahat total,’’ tutur Rizky.

Seperti diketahui, Buya Yahya mengalami kecelakaan saat mobil Toyota Hiace bernopol E 7059 KA yang ditumpanginya menabrak bagian belakang kendaraan truk bermuatan semen bernopol F0 9154 FE di jalan tol Cipali KM 155, Kabupaten Majalengka, Sabtu (20/8) sekitar pukul 04.00 WIB. Peristiwa itu bermula saat dua kendaraan tersebut melaju dari arah Cikopo menuju Palimanan, Kabupaten Cirebon. Saat sampai di KM 155, sopir Toyota Hiace mengantuk sehingga hilang kendali dan menabrak kendaraan truk yang melaju di depannya. ‘’Dalam kejadian tersebut, salah satu penumpang yang ada di Toyota Hiace adalah Ustaz Buya Yahya, kondisinya luka ringan dan satu luka berat serta dua orang mengalami luka ringan,’’ ujar Dirlantas Polda Jabar, Kombes Sugihardi.
Kasus tersebut saat ini ditangani oleh unit laka lantas Polres Majalengka.

Siti Aminah Sahal - Ponpes Gontor Ponorogo

Biografi Profil Biodata Siti Aminah Sahal Meninggal Pondok Pesantren Gontor PonorogoSiti Aminah Sahal adalah Putri dari pemilik Pondok Gontor yang meninggal di tempat salat dengan mendekap kitab suci Alquran. Kabar duka ini datang dari keluarga pemilik Pondok Pesantren Gontor Ponorogo. Putri pemilik Pondok Gontor, Siti Aminah Sahal, meninggal pada Kamis, 14 April 2016, sekitar pukul 05.30. Kepergian Siti Aminah tak hanya meninggalkan duka bagi keluarga tapi juga ribuan santri Pondok Gontor. Namun terlepas dari duka yang ditinggalkan, terselip cerita mengharukan seputar kematian Siti Aminah.

Menurut anak kedua almarhumah, Kurnia Rahman Abadi, Siti Aminah Sahal memiliki riwayat penyakit jantung. Tetapi, penyakit itu telah diobati sehingga almarhumah tidak pernah lagi mengalami gangguan jantung selama bertahun-tahun. Kurnia melanjutkan, almarhumah sempat pergi mengikuti acara keluarga di Solo pada Rabu, 13 April. Kemudian, pulang kembali ke Pondok Gontor sekitar pukul 19.00 WIB. Saat itu, Siti Aminah masih menjalankan kegiatan seperti biasa.

Pada hari Kamis sekitar pukul 04.00 WIB, almarhumah juga masih menjalankan rutinitas seperti biasa. Ia masih sempat membangunkan anaknya untuk melakukan salat subuh. Seusai salat Subuh, Kurnia berpamitan untuk berangkat ke Yogyakarta kepada almarhumah. Namun betapa kagetnya, saat itu, ia melihat sang ibu sudah tersungkur di tempat salat dengan mendekap kitab suci Alquran. Saat itu, kondisi almarhumah telah pucat dan segera dilarikan ke rumah sakit. Setibanya di Rumah Sakit Darmayu, Ponorogo, almarhumah dinyatakan sudah meninggal dunia.

Biografi Abu Bakar Ba'asyir - Pesantren Ngruki

Biografi Profil Biodata Abu Bakar Ba'asyir Meninggal Pemimpin Pesantren NgrukiAbu Bakar Ba'asyir bin Abu Bakar Abud, biasa juga dipanggil Ustadz Abu dan Abdus Somad (lahir di Jombang, Jawa Timur, 17 Agustus 1938; umur 77 tahun), merupakan seorang tokoh Islam di Indonesia keturunan Arab. Ba'asyir juga merupakan pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia (MMI).

Ba'asyir pun merupakan salah seorang pendiri Pondok Pesantren Islam Al Mu'min di Ngruki. Badan intelijen menuduh Ba'asyir sebagai kepala spiritual Jemaah Islamiyah (JI), sebuah grup separatis militan Islam yang mempunyai kaitan dengan al-Qaeda meski Ba'asyir membantah menjalin hubungan dengan JI.

Ba'asyir pernah menjalani pendidikan sebagai santri Pondok Pesantren Gontor, Ponorogo, Jawa Timur (1959) dan alumni Fakultas Dakwah Universitas Al-Irsyad, Solo, Jawa Tengah (1963). Perjalanan kariernya dimulai dengan menjadi aktivis Himpunan Mahasiswa Islam Solo.

Selanjutnya ia menjabat Sekretaris Pemuda Al-Irsyad Solo, kemudian terpilih menjadi Ketua Gerakan Pemuda Islam Indonesia (1961), Ketua Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam, memimpin Pondok Pesantren Al Mu'min (1972) dan Ketua Organisasi Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) 2002.

Ba'asyir mendirikan Pesantren Al-Mu'min di Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, bersama dengan Abdullah Sungkar pada 10 Maret 1972. Pada masa Orde Baru, Ba'asyir melarikan diri dan tinggal di Malaysia selama 17 tahun atas penolakannya terhadap asas tunggal Pancasila.

Biografi Lutfiah Sungkar - Ustadzah Pedakwah

Biografi Profil Biodata Lutfiah Sungkar Wafat Meninggal DuniaHajjah Lutfiah Ali Sungkar (lahir di Solo, 12 Juli 1947 – meninggal di Jakarta, 21 Oktober 2015 pada umur 68 tahun) adalah seorang ustadzah dan mubalighah Indonesia. Putri dari pasangan Ali Mubarak Sungkar seorang saudagar dari Yaman dan Fatma. Ia adalah saudara kandung dari aktor Indonesia, Mark Sungkar dan Pengusaha Nadjib Sungkar.

Biografi Profil Biodata Lutfiah Sungkar Wafat Meninggal DuniaIa dikenal dalam acara-acara rohani Islam di televisi seperti Renungan Ramadan di SCTV dan Embun Pagi di Indosiar. Selain itu ia juga pernah meraih penghargaan Asean Moslem Award 2004, sebuah institusi yang menaruh kepedulian dan perhatian yang tinggi terhadap prestasi muslim. Kini ia memiliki perusahaan bernama PT Lutfiah L Sakinah yang memproduksi obat-obatan herbal yang bernama Mahabbah.

Biografi Profil Biodata Lutfiah Sungkar Wafat Meninggal DuniaLutfiah Sungkar Pedakwah yang juga menjadi guru spiritual beberapa artis Tanah Air meninggal dunia di usia 68 tahun. Berita meninggalnya Lutfiah juga disampaikan oleh salah satu santri sekaligus keponakannya, Shireen Sungkar. Lutfiah diketahui merupakan saudara kandung dari ayah Shireen, Mark Sungkar. "Tante luthfiah syg terimakasi selalu mengajarkan banyak hal untuk kita semua , mohon dimaafkan segala kesalahannya ,smoga diampunkan segala dosanya dan diterima disisi Allah," tulis Shireen sebagai caption foto Lutfiah, Rabu (21/10/2015).

Lutfiah meniggal pada pagi tadi pukul 10.08 WIB di RS Tarakan, Tomang, Jakarta Barat. Rencananya jenazah akan disemayamkan di rumah duka di Kompleks Larangan Indah, Ciledug. Semasa hidupnya Lutfiah juga dikenal sebagai pedakwah yang sering muncul di layar kaca. Beberapa program Islami juga pernah dibawakannya antara lain Embun Pagi dan Renungan Ramadan.

Biografi Ertugrul - Awal Kesultanan Utsmaniyah

Biografi Profil Biodata Ertugrul - Awal Kesultanan UtsmaniyahErtugrul (Bahasa Turki Utsmaniyah:ارطغرل, sering dengan gelar Gazi) (1191 / 1198, Ahlat-1281, Söğüt) adalah ayah dari Osman I yang merupakan pendiri Kesultanan Utsmaniyah. Dia adalah pemimpin Kayı yang merupakan marga dari Turki Oghuz. Ketika ia sampai di Anatolia dari Merv (Turkmenistan) dengan 400 orang berkuda untuk membantu Kesultanan Rûm melawan Kekaisaran Bizantium, Ertugrul secara tidak langsung membuat rantai peristiwa yang mengarah pada berdirinya Kesultanan Utsmaniyah. Seperti anaknya, Osman I dan keturunannya pada masa depan, ia sering disebut dengan Ghazi, dia merupakan pejuang yang bertarung untuk Islam.

Suleyman Shah (Ottoman Turkish: سليمان شاه, Süleyman Şah - Süleyman bin Kaya Alp; (l. ca. 1178 – m. 1236). Dia adalah anak dari Kutalmish yang merupakan ayah dari Ertuğrul, dimana Ertuğrul merupakan ayah dari Osman I, pendiri Kesultanan Utsmaniyah. Anaknya yang lain adalah Saru Yatı, yang merupakan ayah dari Bay Hodja. It is said that Suleyman Shah drowned di Sungai Eufrat, sekarang Syria. Sebuah makam Utsmaniyah berada di atau dekat Qal'at Ja'bar has historically been associated with Suleyman Shah. In accordance with Article 9 of the Treaty of Ankara (1921) signed between Perancis and Turki, the tomb has been considered Turkish territory. When the area where the tomb was located was flooded by Lake Assad, the reservoir of the Tabqa Dam, the tomb was moved to a new location north of Qal'at Ja'bar.

Biografi Profil Biodata Ertugrul - Awal Kesultanan UtsmaniyahPada tahun 1230, Ertuğrul diminta untuk membantu Kesultanan Rûm melawan Kekaisaran Bizantium. Ertuğrul menerima wilayah Karaca Dağ, yaitu sebuah pegunungan dekat Angora (sekarang Ankara) oleh Ala ad-Din Kay Qubadh I, yaitu Sultan Turki Seljuk dari Rum. Satu bukti menunjukkan bahwa pemikiran pemimpin Seljuk memberikan wilayah untuk Ertuğrul agar diharapkan Ertuğrul mau mengusir setiap musuh dari Bizantium atau dari musuh lainnya. Kemudian, ia mendapat desa Söğüt yang ia taklukkan pada 1231 bersama dengan wilayah di sekitarnya. Ia mempunyai 2 anak lainnya selain Osman I, yaitu Saru Batu Savcı Bey dan Gündüz. Pada abad ke-19, Angkatan Laut Kesultanan Utsmaniyah memberi nama Fregat mereka dengan nama Ertuğrul sebagai penghormatan dengan Ertuğrul. Masjid Ertuğrul Gazi di Ashgabat, Turkmenistan juga diberi nama sesuai dengan namanya sebagai penghormatan.

Osman I (1258 – 1326) Turki Utsmaniyah: سلطان عثمان غازى-1326) adalah pendiri Kerajaan Ottoman. Ia memerintah antara tahun 1281-1326 dan diteruskan oleh Orhan I. Ia lahir pada saat Baghdad sedang dikepung oleh Hulagu Khan. Pada tahun 1231 Ertuğrul, ayahnya Osman I telah menaklukkan Nicea(Bizantium), yakni kota kecil Thebasion yang diubah namanya menjadi Söğüt dan menjadi modal awal wilayahnya. Kesultanan Utsmaniyah (Turki Utsmaniyah: دولت عليه عثمانیه Devlet-i ʿAliyye-yi ʿOsmâniyye; Turki Modern: Osmanlı İmparatorluğu), kadang ditulis Kesultanan Turki atau Turki saja, adalah imperium lintas benua yang didirikan oleh suku-suku Turki di bawah pimpinan Osman Bey di barat laut Anatolia pada tahun 1299. Seiring penaklukan Konstantinopel oleh Mehmet II tahun 1453, negara Utsmaniyah berubah menjadi kesultanan.

Biografi Al-Razi Tokoh Perintis Kedokteran Islam

Biografi Ar-Razi Tokoh Perintis Kedokteran IslamAbu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (Persia:أبوبكر الرازي) atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 - 930. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925. Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad. Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam.

Masyarakat Islam menguasai kepakaran bidang pengobatan dan juga mendalami teknik perubatan Kaldan, Parsi, India malah Arab Jahiliah. Kajian-kajian lanjut mengenai pengobatan dikenali sebagai pengobatan Islam. Muhammad Ar Razi adalah salah satu putera mahkota intelektualisme Islam. Selain Ibnu Sina (Avicenna) yang dikenal sebagai perintis awal ilmu kedokteran, Muhammad bin Zakaria Ar Razi (lebih dikenal dengan nama Ar Razi) juga menduduki derajat sebagai perintis kedokteran modern. Abu Bakr al-Razi mendapat gelaran Gale (pakar bedah Yunan). Dilahirkan di bandar al-Rayy, utara Teheran, Iran, pada 864 M, Ar Razi yang bernama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar Razi itu sejak kecil telah menunjukkan minat yang besar terhadap ilmu pengetahuan. Mula pelajari pengobatan setelah berusia 30 tahun.

Namun demikian, ia yang dididik dan dibesarkan dalam lingkungan agama yang ketat, sebenarnya baru tertarik dan menekuni secara serius masalah-masalah kedokteran justru di usia tua. Hanya saja, meski keseriusannya terhadap disiplin ilmu yang satu ini telah ada sejak muda, kepakaran dan kejeniusan Ar Razi pada bidang kedokteran jauh melampaui dari keahliannya di masa tua. Hal inilah yang menempatkan dirinya pada deretan ilmuwan Muslim yang sangat disegani dan dihormati dunia Barat.

Guru pertama ialah a-Bakhi, pengembara yang ada ketokohan bidang falsafah. Guru kedua, Abu al-Hassan Ali Ibn Raban al-Tabari, tokoh pengobatan dari Tabristan. Kepakaran al-Razi menjadikan beliau pengarah hospital umum al-Rai buat seketika. Kemudian, menjadi pengarah hospital ‘Adhudi, Baghdad. Menetap di sana sehingga meniggal dunia pada 924M. Juga ada karya dalam logik, ketuhanan, psikologi, bedah mata dan sebagainya. Antara buku beliau ialah al-Hawi dan al-Mansuri. Turut menulis buku tentang etika doktor dan penjagaan kesihatan. Digolongkan dalam ahli perubatan kelas pertama. Orang pertama menggunakan bahan kimia sebagai ubat. Menggunakan kaedah psikologi dan rawatan dalam merawat pesakit. Ada pandangan sendiri dalam bidang kimia, sains dan ketuhanan.

Sebagian ahli sejarah menyebutkan, Ar Razi sebenarnya telah menggeluti filsafat, kimia, matematika, dan kesastraan sejak muda. Mengutip ahli sejarah Ibnu Khallikan, seorang penulis biografi Barat, AJ Aberry, dalam pengantar buku Ar Razi, The Spiritual Physic of Rhazes (Penyembuhan Ruhani), menulis, "Di masa mudanya, ia gemar main kecapi dan menekuni musik vokal. Namun ketika beranjak dewasa, dia meninggalkan hobinya ini seraya mengatakan bahwa musik yang berasal dari antara kumis dan jenggot tidak punya daya tarik dan pesona untuk dipuji serta dikagumi."

Sejak inilah, beberapa sumber menyebutkan Ar Razi lebih banyak memfokuskan dirinya pada tradisi intelektualisme di sekitar filsafat, logika, eksakta, dan kedokteran. Yang terakhir ini, seperti disinggung di atas, mendapat porsi khusus dari energinya di usia tua. Pada bidang ini, ia sampai meluangkan waktu khusus ke Baghdad, Irak, guna memperdalam kedokteran. Kala itu, Baghdad dikenal pada puncak keemasan intelektualisme. Baghdad yang kala itu menjadi pusat pemerintahan imperium Bani Abbasiyah, semakin menegaskan diri sebagai pusat ilmu pengetahuan, khususnya ketika tahta kekuasaan diperintah oleh Khalifah Al Manshur (754-775 M), Harun Al Rasyid (wafat 809 M), hingga Khalifah Al Makmun (813-833 M).

Di kota Baghdad ini, Ar Razi berguru pada Humayun Ibnu Ishaq, seorang ulama yang menguasai ilmu pengobatan dengan baik. Dari guru yang telah lama berpraktik di bidang pengobatan inilah, Ar Razi menguasai dengan baik dasar-dasar teknik pengobatan. Sekembali dari Baghdad, Ar Razi memutuskan untuk membaktikan dirinya pada masyarakat, khususnya pada bidang yang selama ini ia tekuni, kedokteran. Dalam waktu tak lama, lantaran kepakarannya, ia memperoleh perhatian khusus dari penguasa setempat. Karena reputasi dan kelebihannya itulah pemerintah kemudian memutuskan memberi amanat pada dirinya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Teheran. Selain menjadi dokter, tokoh yang dikenal pula dengan kerendahan hatinya ini tak kurang mengoptimalkan pengabdiannya dengan mengajar.

Tercatat, para mahasiswanya tak hanya berdatangan dari berbagai penjuru dunia Islam, tapi juga dari negara-negara Barat. Setiap kuliahnya selalu dipadati para mahasiswa. Dan patut dicatat, Ar Razi menerapkan metode perkuliahan yang bisa dikata unik tapi sangat mendidik. Yakni perkuliahan diatur sedemikian rupa agar beberapa penceramah senior dan yunior dapat membahas berbagai macam pertanyaan yang mampu mereka jawab, dan hanya merujuk kepadanya jika persoalan-persoalan yang melampaui batas jangkauan pengetahuan mereka. Tampaknya, cara ini pula yang kini banyak dikembangkan di mayoritas universitas terkemuka di Barat dan sebagian di dunia Timur.

Dalam perjalanan karirnya ini pula, tokoh yang di Barat dikenal dengan nama Rhazes ini harus meninggalkan pengabdiannya di kota kelahirannya untuk memenuhi penggilan penguasa Baghdad. Di kota ini, penguasa setempat mempercayai Ar Razi sebagai kepala rumah sakit di kota yang juga dikenal dengan sebutan "Kota Seribu Satu Malam" ini. Dengan demikian, selain memberikan teori-teorinya, Ar Razi juga langsung mempraktikkan ilmunya dalam perawatan pasien di berbagai rumah sakit di Teheran dan Baghdad. Selama menekuni dunia pengobatan, Ar Razi dikenal kedokteran modern, khususnya di dunia Barat. Selama 35 tahun ia berpraktik pada disiplin ilmu tersebut, Ar Razi tak hanya berkeliling dari satu tempat ke tempat lain di Baghdad maupun di Rayy, Teheran. Tapi sekaligus juga daerah-daerah di luar kedua kota itu tak kurang ia kunjungi untuk pengabdian pada masyarakat setempat

Di tengah-tengah keseriusan dan makin meningkatnya penguasaan ilmu kedokteran, Ar Razi yang makin tua usia terserang penyakit katarak hingga membuat matanya buta. Penglihatannya praktis tak berfungsi. Ketika ia dianjurkan untuk berbekam, konon Ar Razi menjawab, "Tidak, aku sudah demikian lama melihat seluruh dunia ini sehingga aku pun lelah karenanya." Pengabdian dan kejeniusan Ar Razi ini diakui Barat. Banyak ilmuwan Barat menyebutnya sebagai pioner terbesar dunia Islam di bidang kedokteran. "Razhes merupakan tabib (dokter) terbesar dunia Islam, dan satu yang terbesar sepanjang sejarah," jelas Max Mayerhof.

Sementara sejarawan Barat terkenal, George Sarton mengomentari Ar Razi dengan cerdas sekali. Katanya, "Ar Razi dari Persia itu tidak hanya tabib terbesar dunia Islam dan Abad Pertengahan. Ia juga kimiawan dan fisikawan. Ia bisa dinyatakan sebagai salah seorang perintis latrokimia zaman Renaisans. Maju di bidang teori, ia memadukan pengetahuannya yang luas melalui kebijaksanaan Hippokratis." Maka pada tempatnya bila umat manusia, Barat khususnya, berutang budi dan mesti berterima kasih pada sosok ini.

Biografi Al-Khawarizmi Matematika Aljabar Islam

Biografi Al-Khawarizmi Tokoh Matematika Aljabar IslamMuḥammad bin Mūsā al-Khawārizmī adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 di Khwārizm dan wafat sekitar tahun 850 di Baghdad. Konsep matematika dalam Islam merupakan ilmu yang berhubung dengan kepercayaan mengesakan Allah S.W.T. Perkataan “Ahda” atau “ahad” dalam firman Allah merupakan suatu simbol Ilmu Hisab (Abdul Rahman Nawas, et.al,1995: 186). Sarjana-sarjana Islam telah memberi sumbangan yang amat besar dan bermakna dalam bidang perkembangan ilmu matematik. Mereka banyak mencipta perkara-perkara baru yang menjadi ilmu matematik lebih mudah dipelajari. Salah satu sumbangan paling besar sarjana Islam di dalam bidang ini ialah memperkenalkan sistem angka baru, termasuklah angka sifar.

Dalam Islam, angka pertama ialah satu (1), bukannya angka kosong atau sifar seperti yang dianuti oleh ahli fikir Barat. Wujudnya satu sebagai angka awal dikaitkan dengan kewujudan Allah. Manakala pendapat angka kosong sebagai terawal adalah pendapat sekular Barat yang menafikan kewujudan Tuhan sebelum wujudnya alam. Sistem angka mula diperkenalkan ke Arab oleh sarjana India bernama Sinhid. Sistem nomor ini telah memainkan peranan yang begitu besar dalam bidang matematik. Tanpa sistem nomor dan angka adalah amat sukar bagi manusia untuk menentukan kuantiti yang difikirkan atau yang diperlukan untuk penjumlahan. Dalam al-Quran banyak ayat-ayat yang menyebut tentang bilangan angka seperti dalam surah al- Nisa’ ayat-ayat 10, 11 dan 12 membicarakan tentang waris. Ayat ini menyebut tentang ”nisf” (1/2), ”rubu” (1/4), ”thuluth” (1/3), ”sudus” (1/6) dan ”thumun” (1/8)

Masyarakat Islam juga melahirkan tokoh2 seperti al-Khawarizmi, Pandagannya dalam algebra banyak berasaskan pandangan al-Khawarizmi Beliau berasal dari Khawarizm atau Khuway, selatan Tasik Aral, Turkistan. Juga dikenali sebagai Abdullah itu kemudian berpindah ke Baghdad. Berkemahiran tinggi dalam bidang matematik, falak, geografi dan sejarah memudahkannya menguasai ilmu2 India dan Greek sekaligus. Beliaulah yang mula2 mengguanakn istilah algebra atau “al-jabr” dalam bahasa Arab. Memperkenalkan sistem angka India kepada orang Arab dan Barat. Istilah matematik, “logaritma” telah dicipta oleh orang Barat bagi mengenang jasa2 beliau. Antara buku beliau yang popular ialah al-Ziq1&2, al-Rakhamah dan al-Tarikh. Yang paling popular ialah al-Jabr wa al-Muqabalah ringkasan buku lain untuk memudahkan pedagang2 membacanya.

Al-Khawarizmi memperkenalkan beberapa simbol yang sistematik terutama angka sifar. Jadual al-Khawarizmi dan “Habasy al-Habib” turut membantu mempercepatkan sistem angka India ini terkenal di dunia. Mulai awal abad ke 5H/11M didapati penggunaan sistem angka baru secara meluas dalam penulisan sarjana-sarjana Islam. Karya beliau dalam bidang matematik yang terkenal ialah “al-Kitab al- Mukhtasar fi Hisab al-Jabr waal-Muqabalah” telah diterjemahkan ke bahasa Latin dan digunakan hingga abad ke 10H/16M dan jadikan asas yang digunakan di Universiti di Barat. Aljabar merupakan nadi ilmu hisab, dunia mengenal sistem nomor yang ada sekarang menerusi buku karya al- Khawarizmi yang diterjemahkan ke dalam bahsa Latin pada tahun 1120 bertajuk De Numero Indorum.

Persaudaraan Pythagoras yang banyak berjasa dalam mengembang dan memajukan ilmu sains khususnya sains matematik, merupakan sebuah pertubuhan kerohania, akademik dan saintefik dengan kecenderungan yang kuat terhadap falsafah. Tokoh matematik seperti Fibonci, Master Jacob dan Leonardo telah terpengaruh dan menceduk teori matematik al-Khawarizmi dalam kajian mereka. Beliau telah membentuk satu kaedah untuk sebarang persamaan. Kaedahnya hisab al-khatayan telah diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerard of Cremona seterusnya di terjemah ke Bahasa Inggeris. Angka juga dikenali sebagai “algorismus dan ‘logaritma” sempena nama al-Khawarizmi

Orang2 pada zaman lampau tidak mengenali angka atau lambang algebra. Walau bagaimanapun, mereka di katakana mengetahui berapa cara menyelesaikan masalah yang belum terbentuk sebagai kaedah yang jelas. Antara yang di sebut termasuklah (A+B)²=A²+2AB+B² Orang-orang Mesir juga mengetahui kira-kira seperti ini. Contoh X²+Y² = 100 Hasilnya y = 3/4x dan x = 8, y = 6 Kiraan inilah kemudiannya menjadi asas sejarah bagi teori Pythagoras, iaitu : A²=B²+C²

Maklumat-maklumat tentang algebra pada kalangan bangsa Mesir boleh didapati daripada tulisan-tulisan ahmasu pada daun bardi. Menjadi asas pada pengembangan kaedah-kaedah algebra di India, dunia arab dan kemudiannya di Eropah pada zaman baru sekarang. Algebra ini tidak pula muncul sebagai suatu ilmu yang tertusun kecuali sesudah ia di terima oleh orangorang Arab. Pengasas ilmu algebra ialah Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi. Al- Gabr- wa al- Muqabalah telah menghuraikan tengtang ilmu tersebut sebagai satu cara menyelesaikan masalah yang di dalamnya terdapat bilangan yang tidak diketahui. Sementara al-Muqabalah pula ialah penyatuan sebutan-sebutan tersebut, misalnya dalam persamaan yang berikut: X² – X = 3X + 5 Oleh itu ,”algebra”nya ialah : X² =3X + X + 5, sementara : “al-Muqabah” pula : X² =4X + 5 Oleh sebab itulah nama algebra dikatakan berasal dari perkataan Arab. Sebutan inilah kemudiannya di pindahkan dalam bahasa Inggris, German dan Perancis.

Keulungan al-Khawarizmi disebabkan beliau mencipta persamaan menyeluruh asas kepada persamaan kuadratik. Contohnya : X² + 21 + 10X. Keulungan beliau ketara karena selama lebih kurang tiga kurung selepas beliau meninggal. Algebra tidak banyak berubah dari apa yang diasaskan beliau. Abu Kamil Syuja’ ibn Aslam yang hidup sezaman dengan al-Khawarizmi, telah menulis buku Kamal al-jabr wa Tamamuha wa al-Ziyadatul fi Usulihi. Dalam buku tersebut beliau menguraikan beberapa pekara yang agak rumit dalam buku al-Khawarizmi. Kemudian muncul pula seorang tokoh bernama Abu al-Wafa al-Buzjani. Beliau telah mengulas buku Diophante tentang ilmu hisab dan buku al-jabr wa al-Waqabalah oleh al- Khawarizmi dan juga telah menyatukan aliran India dengan aliran Yunani. Al- Karkhi pun berminat, sementara Umar al-Khayam pula meskipun lebih terkenal sebagai penyair namun beliau juga turut dianggap pakar dalam algebra. Uraian mereka inilah kemudiannya berpindah dari Eropah dan menjadi asas kepada apa yang ada pada hari ini.

Biografi Harun Al Rasyid Tokoh Khalifah Islam

Biografi Harun Al Rasyid Tokoh Khalifah IslamHarun Ar-Rasyid merupakan salah seorang negarawan yang terulung di dunia. Beliau adalah khalifah kelima kerajaan Abbassiyah yang juga merupakan kemuncak kegemilangan pemerintahan Abbasiyah. Zaman pemerintahan Abbasiyah juga dikatakan sebagai zaman yang paling gemilang dalam sejarah Islam dunia atau zaman keemasan Islam. Pada zaman inilah bermulanya era pembangunan dan perkembangan ilmu pengetahuan di Kota Baghdad. beliau telah berjaya menjadikan Kota Baghdad sebagai pusat perdagangan antarabangsa dan pusat ilmu pengetahuan dunia. Usaha yang dilakukan oleh beliau untuk membangunkan Kota Baghdad sebegitu maju dan membangun tidak mampu ditandingi oleh khalifah-khalifah pada pemerintahan yang lain dalam semua termasuklah dari segi kemajuan, pembangunan, ilmu pengetahuan, kemakmuran dan lain-lain lagi.

Nama penuh Harun ar-Rasyid ialah Harun ar-Rasyid bin Muhammad al-Mahdi. Beliau dilahirkan di Ar-Rayy pada bulan Zulhijjah tahun 145 H bersamaan 756 M. Beliau telah menggantikan saudaranya iaitu al-Hadi sebagai khalifah Baghdad yang kelima dalam pemerintahan Abbasiyah. Beliau merupakan anak yang ketiga dalam keluarga. Sejak dari awal lagi, beliau dikenali sebagai seorang yang pintar dan sukakan ilmu pengetahuan. Tidak hairanlah jika beliau dilihat sebagai seorang yang mempunyai keperibadian yang tinggi serta banyak pengalaman sama ada dalam bidang politik, ketenteraan mahupun dalam bidang pentadbiran awam. Peranan beliau yang paling besar ialah sebagai penaung kepada semua kegiatan ilmu. Baitul Hikmah merupakan hasil usahanya yang paling besar dalam dunia penyebaran ilmu pengetahuan di Kota Baghdad..

Khalifah harun ar-Rasyid dikenali sebagai tokoh negarawan terulung kerana usaha beliau dalam penyebaran ilmu pengetahuan. Oleh kerana itulah, beliau membuka Baitul Hikmah iaitu institusi kebudayaan dan pusat kegiatan ilmu pengetahuan. Seseorang khalifah sememangnya seorang yang bijak dan berpengetahuan. Dalam mentadbir sesebuah negara, beliau harus tahu bagaimana caranya untuk mentadbir sebuah negara agar dapat menjadi sebuah negara yang aman dan makmur. Disamping itu juga, seseorang khalifah harus tahu untuk membangunkan dan memajukan negara agar menjadi sebuah negara yang maju dalam pelbagai bidang sama ada ekonomi, politik mahupun sosial. Ilmu pengetahuan sangat penting yang seharusnya ada dalam diri seorang khalifah. Beliau juga mempunyai pengalaman yang cukup luas dalam mentadbir Kota Baghdad selama 23 tahun.

Keberanian seseorang khalifah juga amat penting untuk mentadbir sesebuah negara agar menjadi sebuah negara yang aman. Tanpa ilmu pengetahuan yang cukup, sseorang khalifah tidak akan mampu membawa tentera-tenteranya dalam memerangi musuh untuk mendapatkan keamanan dan kemakmuran. Khalifah Harun ar-Rasyid sendiri begitu cekap dalam menguruskan pentadbiran negara. Beliau telah dapat membanteras segala kekacauan dan pemberontakan di dalam negaranya dengan pelbagai rintangan dan dugaan. Akhirnya, beliau telah berjaya dalam peperaangan tersebut kerana usaha yang dilakukan berhasil antara usaha beliau ialah dengan menyusun semula pasukan tenteranya agar menjadi sebuah pasukan tentera yang berdisiplin dan teratur. Beliau begitu mengambil berat terhadap kredibiliti tentera-tenteranya dan juga memberi perlindungan serta keselamatan untuk kesejahteraan rakyatnya.

Kemajuan intelektual yang dicapai oleh Khalifah Harun ar-Rasyid juga adalah salah satu sumbangan yang besar diberikan oleh baginda. Terdapat buku-buku yang berupa terjemahan ilmu dari luar ataupun disusun oleh intelektual Islam tergolong dalam kemajuan intelektual. Beliau dianggap sebagai penaung bagi semua kegiatan ilmu pengetahuan kerana beliau sering kali menganjurkan majlis forum, syarahan dan perbahasan, yang mana akan dihadiri oleh orang ramai dan golongan intelektual di masjid. Pada majlis seperti inilah, beliau dapat mengenali lebih ramai ilmuan yang datang untuk menuntut ilmu daripadanya. Sebagai seorang khalifah, beliau seharusnya mampu melaksanakan kewajipan dalam menyebarkan ilmu pengetahuan kepada semua masyarakat dalam negaranya.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat juga telah banyak dibuat oleh Khalifah Harun ar-Rasyid. Malah, beliau sendiri telah menjadi simbol kemegahan Islam di Timur dan Barat. Terdapat banyak kota seperti Baghdad, Basrah, Masyul, Damsyik dan Aleppo muncul sebagai kota yang terkenal. Banyak perubahan yang dilakukan oleh beliau dalam membangunkan ekonomi dengan melakukan aktiviti perdagangan, perniagaan dan membawa pedagang-pedagang asing untuk berniaga di Kota Baghdad. Disebabkan usaha inilah, ramai pedagang-pedagang asing yang datang membawa barangan mereka untuk diniagakan di Kota Baghdad. Bahkan, bukan sahaja pedagang-pedagang asing yang datang berniaga, penduduk di Kota Bahgdad sendiri melakukan aktiviti perniagaan sesama mereka.

Beliau juga mengadakan hubungan yang baik dengan kuasa-kuasa asing, antaranya kerajaan Byzantium, Peranchis dan keluarga al-Barmaki. Perhubungan ini bertujuan untuk pendamaian antara kedua-dua belah pihak melalui pembayaran ufti antara Kota Bahgdad dengan kerajaan Byzantium. Hubungan yang baik dengan Kristian- Peranchis adalah kerana mereka sama-sama mempunyai musuh yang sama iaitu kerajaan Bani Umayyah. Kedua-dua buah kerajaan ini sentiasa bertukar duta dan kemudiannya diikuti oleh pemimpin mereka iaitu Khalifah Harun ar-Rasyid sendiri dan Charlemange. Malah, kerajaan Peranchis begitu menghormati dan meniru dasar pentadbiran kerajaan Abbasiyah bertujuan untuk kebaikan negara mereka sendiri. Manakala keluarga al- Barmaki pula sangat terpengaruh dalam pentadbiran mereka. Mereka memegang banyak jawatan yang penting seperti wazir hinggalah kepada gabenor daerah. Disebabkan itu, hubungan antara kerajaan Abbasiyah tidak begitu baik dengan keluarga al-Barmaki.

Satu lagi sumbangan Khalifah ar-Rasyid yang sangat besar kepada kerajaan Abbasiyah ialah dengan tertubuhnya Baitul Hikmah. Sikap prihatin beliau dalam bidang ilmu pengetahuan mendorong beliau untuk menubuhkan institusi itu sebagai satu tempat penyebaran ilmu pengetahuan. Semua kegiatan keilmuan ini merupakan satu usaha yang cemerlang dilakukan oleh beliau ketika mentadbir kerajaan Abbasiyah. Baitul Hikmah ini juga menggabungkan pelbagai fungsi antaranya ialah sebagai tempat penyimpanan buku-buku, pengumpulan buku, perpustakaan, pusat akademik dan balai penterjemahan. Ia juga merupakan lambang pendidikan yang terpenting dan telah dapat menandingi kemasyhuran Perpustakaan Iskandariah. Kerana tanggungjawab beliau sebagai seorang khalifah, beliau begitu gigih dalam memperkembangkan ilmu pengetahuan.

Sebagai kesimpulannya, Khalifah Harun ar-Rasyid merupakan seoranhg khalifah yang begitu gigih berusaha untuk keamanan dan kemakmuran Kota Baghdad. Beliau telah berjaya mencipta kejayaan demi kejayaan dan yang paling disebut-sebut ialah sebagai Zaman Keemasan Islam. Jasa dan sumbangan beliau yang tidak terbilang ini, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan serta perubahan-perubahan yang telah dilakukan menggambarkan bahawa beliau seorang khalifah yang amat prihatin dengan keamanan Negara yang tiada tolok bandingnya. Beliau juga disifatkan sebagai seorang pemerintah yang paling berwibawa dalam pelbagai aspek terutamanya dalam aspek pentadbiran. Peranan beliau yang paling besar ialah sebagai penaung kepada semua kegiatan ilmu pengetahuan. Baitul Hikmah merupakan hasil usahanya yang paling bermakna kerana ianya merupakan kombinasi perpustakaan, pusat akademik dan balai penterjemahan.

Biografi Abu Nawas Tokoh Sastra Pujangga Arab

Biografi Abu Nuwas Tokoh Islam Pujangga ArabAbu Nuwas al-Hasan bin Hani al-Hakami (750-810) dikenal sebagai Abu Nawas adalah seorang pujangga Arab. Dia dilahirkan di kota Ahvaz di negeri Persia dengan darah Arab dan Persia mengalir ditubuhnya. Abu Nawas dianggap sebagai penyair terbesar sastra Arab Klasik. Abu Nawas muncul beberapa kali dalam Kisah 1001 Malam. Abu Nawas adalah putra penghulu Kerajaan Bagdad yang terkenal adil dan alim .Agamanya Islam bersikap jujur ,dan patuh pada ayahnya. Sifatnya arif bijaksana, suka menolong orang lain, baik orang kaya maupun orang miskin. Semuanya akan ditolong sesuai dengan hukum yang berlandaskan Islam. Semua masalah yang dibebankan kepadanya diselesaikan dengan baik dan bijaksna, walaupun kadang-kadang menjengkelkan. Raja Harun Al-Rashid sering memberi perintah kepada Abu Nawas sesuatu yang mustahil. Namun, Abu Nawas dapat menyelesaikan walaupun tidak sampai dilakukannya.

Abu-Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami (756-814), biasanya dikenal sebagai Abū-awās atau Abū-Nuwās (Bahasa Arab:ابونواس), adalah seorang pujangga Arab. Dia dilahirkan di kota Ahvaz di negeri Persia, dengan darah Arab dan Persia mengalir di tubuhnya. Abu Nawas dianggap sebagai salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Abu Nawas juga muncul beberapa kali dalam kisah Seribu Satu Malam. Abu Nawas seorang yang berilmu pengetahuan. Hal ini sedemikian kerana Abu Nawas seorang yang mengamalkan nilai kecerdikan iaitu nilai budaya yang diamalkan dalam hubungan manusia dengan diri sendiri. Abu Nawas selalu mendapat cubaan baik daripada raja dan permaisuri maupun dari orang lain. Abu Nawas disuruh mengerjakan hal-hal yang mustahil seperti memindahkan masjid, tetapi dapat diatasi dengan baik dan sempurna. Abu Nawas dapat mengerjakan hal- hal tersebut dengan baik kerana Abu Nawas mempunyai satu jenis ilmu pengetahuan iaitu ilmu .Ilmu atau pengatahuan ialah pengetahuan yang diperolehi manusia melalui tanggapan pancainderanya secara sepintas lalu atau sekali imbas yang merupakan satu imbasan atau impression yang terbentuk di dalam fikirannnya secara sepintas lalu dan bersifat sementara dengan pengukuran kebenarannya berasaskan deria/pancaindera semata-mata.

Kajian-kajian falsafah sesuai dengan keragamankan fikiran manusia ,menimbulkan pula pelbagai aliran atau sudut pendekatan kajian iaitu epistemology melalui aliran empirsisme.Empirisme aliran yang dikaitkan dengan John Locke (1632-1704), David Hume(1711-76)dan John Stuart Mill(1806-73)yang berpendapat bahawa ilmu pengetahuan itu diasaskan atau diperolehi melalui pengalaman, iaitu dikaitkan dengan perkara-perkara yang boleh diinderai dan dialami .Sebagai contoh, Raja Harun Al-Rashid memanggil Abu Nawas dan menanyakan maksudnya menjual dia kepada tukang bubur. Abu Nawas menjawab bahwa kalau dia mengadukan hal tukang bubur itu, raja tidak akan percaya. Akan tetapi, kalau raja sendiri yang mengalami kejadian itu tentu dapat dipercaya dan terhindar daripada hukuman akhirat kerana ada rakyatnya yang berbuat zalim. Oleh itu, raja mendapat pengalaman melalui kejadian tersebut.

Tradisi falsafah Yunani yang menjadi tunjang falsafah Barat memancarkan pandangan hidup dalam aspek teologi. Teologi bermaksud kajian tentang Tuhan yang menguasai alam semesta ini. Dalam Hikayat Abu Nawas terdapat unsur teologi .Sebagai contoh, Hikayat Abu Nawas memaparkan nilai budaya percaya kepada Tuhan. Nilai budaya percaya kepada Tuhan terdapat pada tokoh ayah Abu Nawas. Beliau menjadi penghulu dan mengerjakan semua perkerjaannya sesuai dengan perintah agama. Semua pengalaman itu dikemukakan oleh Kadi Maulana kepada anaknya, Abu Nawas sebelum beliau meninggal dunia. Beliau selalu berbuat sesuai dengan hukum agama. Meskipun telah berusaha, mungkin saja ada saatnya lupa atau tanpa sedar, beliau telah melakukan hal yang sebenarnya tidak ingin dilakukan. Itulah sebabnya ketika beliau meninggal dunia, telinga kanannya berbau busuk. Hal itu menunjukkan bahawa beliau mendapat siksa Tuhan setelah meninggal dunia.

Hikayat Abu Nawas memaparkan falsafah Islam sebagai sumber falsafah Melayu. Islam telah meletakkan asas–asas falsafah yang jelas bagi bangsa Melayu dari aspek ketuhanan kepada aspek- aspek kehidupan seluruhnya. Sebagai contah, masyarakat yang terdapat dalam Hikayat Abu Nawas mengamalkan falsafah Islam dalam kehidupan mereka. Nilai budaya hubungan manusia dengan Tuhan ialah taat pada hukum agama. Nilai budaya terdapat pada tokoh Abu Nawas dan ayahnya. Abu Nawas tidak mau diangkat menjadi kadi .Pertama ayahnya yang taat kepada hukum agama saja mendapat siksa. Kedua, Abu Nawas harus menuruti permintaan ayahnya sebelum meninggal dunia untuk tidak menerima perkerjaan itu apabila telinga berbau busuk.

Terlepas dari kontroversi benar atau tidaknya mengenai kisah dan ada atau tidaknya tokoh Abu Nawas ini, yang pasti sosok Abu Nawas sangatlah melegenda dan mendunia menjadi tokoh pemeran utama yang memberikan banyak pelajaran kehidupan Islami dalam Kisah-Kisah 1001 Malam.

Profil Biodata Muhammad Rizieq Shihab Tokoh FPI

Biografi Muhammad Rizieq Shihab Ketua Front Pembela IslamHabib Rizieq yang bernama lengkap Muhammad Rizieq bin Hussein Shihab (lahir di Jakarta, 24 Agustus 1965; umur 49 tahun) adalah seorang tokoh Islam Indonesia yang dikenal sebagai pemimpin organisasi Front Pembela Islam. Lahir di Jakarta pada tanggal 24 Agustus 1965. Ayahnya Habib Husein bin Muhammad Shihab dan ibunya Syarifah Sidah Alatas. Ayahnya meninggal semenjak ia masih berumur 11 bulan, dan semenjak itulah Habib Muhammad Rizieq Shihab tidak dididik di pesantren. Namun sejak berusia empat tahun, is sudah rajin mengaji di masjid-masjid. Ibunya yang sekaligus berperan sebagai bapak dan bekerja sebagai penjahit pakaian serta perias pengantin, sangat memperhatikan pendidikan Habib Muhammad Rizieq Shihab dan satu anaknya yang lain.

Setelah lulus SD, Habib Muhammad Rizieq Shihab masuk ke SMP Pejompongan, Jakarta Pusat. Ternyata jarak sekolah dengan rumahnya di Petamburan, juga di Jakarta Pusat, terlalu jauh. Ia pun kemudian dipindahkan ke sekolah yang lebih dekat dengan tempat tinggalnya, SMP Kristen Bethel Petamburan. Lulus SMA, Habib Rizieq meneruskan studinya di King Saudi University, Arab Saudi, yang diselesaikan dalam waktu empat tahun dengan predikat cum-laude. Habib Muhammad Rizieq Shihab pernah kuliah untuk mengambil S2 di Malaysia, tetapi hanya setahun.

Pendidikan

SDN 1 Petamburan, Jakarta (1975)
SMP 40 Pejompongan, Jakarta
SMP Kristen Bethel Petamburan, Jakarta (1979)
SMAN 4, Gambir, Jakarta
SMA Islamic Village, Tangerang (1982)
Jurusan Studi Agama Islam (Fikih dan Ushul) King Saud University (S1), Riyadh, Arab Saudi (1990)
Studi Islam, Universitas Antar-Bangsa (S2), Malaysia

Karier

Kepsek Madrasah Aliyah Jamiat Kheir, Jakarta
Dewan Syariat BPRS At-Taqwa, Tangerang
Pimpinan/pembina sejumlah majelis ta’lim Jabotabek
Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI)

Habib Muhammad Rizieq Shihab mendeklarasikan berdirinya Front Pembela Islam (FPI) tanggal 17 Agustus 1998. Front Pembela Islam (FPI) adalah sebuah organisasi massa Islam yang berpusat di Jakarta. Selain beberapa kelompok internal, yang disebut oleh FPI sebagai sayap juang, FPI memiliki kelompok Laskar Pembela Islam, kelompok paramiliter dari organisasi tersebut yang kontroversial karena melakukan aksi-aksi "penertiban" (sweeping) terhadap kegiatan-kegiatan yang dianggap maksiat atau bertentangan dengan syariat Islam terutama pada masa Ramadan dan seringkali berujung pada kekerasan.

FPI mulai dikenal sejak terjadi Peristiwa Ketapang, Jakarta, 22 November 1998, sekitar 200 anggota massa FPI bentrok dengan ratusan preman. Bentrokan bernuansa suku, agama, ras, antargolongan ini mengakibatkan beberapa rumah warga dan rumah ibadah terbakar serta menewaskan sejumlah orang. Pada tanggal 30 Oktober 2008 Habib Muhammad Rizieq Shihab divonis 1,5 tahun penjara karena dinyatakan bersalah terkait penyerangan terhadap massa Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan atau AKKBB pada peristiwa Insiden Monas 1 Juni.

Front Pembela Islam (FPI) adalah sebuah organisasi massa Islam bergaris keras yang berpusat di Jakarta. Selain beberapa kelompok internal, yang disebut oleh FPI sebagai sayap juang, FPI memiliki kelompok Laskar Pembela Islam, kelompok paramiliter dari organisasi tersebut yang kontroversial karena melakukan aksi-aksi "penertiban" (sweeping) terhadap kegiatan-kegiatan yang dianggap maksiat atau bertentangan dengan syariat Islam terutama pada bulan Ramadan dan seringkali berujung pada kekerasan. Organisasi ini terkenal dan kontroversial karena aksi-aksinya sejak tahun 1998. Rangkaian aksi yang berujung pada kekerasan sering diperlihatkan dalam media massa.

Biografi Tokoh Syaikh Baha'uddin Naqsyabandi

Syaikh Baha'uddin Naqsyabandi - Tokoh Thariqat Islam NaqsyabandiSyaikh Naqsyabandi, Imam dari Thariqat Naqsyabandi yang tiada tandingannya. Beliau lahir pada tahun 1317 M, di desa Qasr al-'Arifan, di dekat Bukhara. Setelah beliau menguasai ilmu syari'ah pada usia muda 18 tahun, beliau tetap menemani Syaikh Muhammad Baba as-Samasi, yang merupakan seorang ahli hadits di Asia Tengah. Sepeninggal Syaikh-nya, beliau mengikuti Syaikh Amir Kulal, yang melanjutkan dan menyempurnakan pelatihannya baik dalam ilmu zhahir maupun bathin. Murid-murid Syaikh Amir Kulal biasanya melakukan dzikr zahar (dengan suara keras) ketika duduk bersama, dan dzikir khafi (dalam hati) bilamana sedang sendirian. Walau tak pernah mengkritik ataupun keberatan, namun Syaikh Naqsyabandi lebih menyukai dzikir khafi. Mengenai hal ini, beliau berkata, "Terdapat dua cara berdzikir; satu khafi dan lainnya zahar. Saya memilih yang khafi karena dia lebih kuat dan oleh karenanya lebih disukai." Kemudian dzikir khafi inilah yang menjadi ciri pembeda Naqsybandiyya
di antara thariqat-thariqat lainnya.

Syaikh Naqsyabandi melaksanakan ibadah Haji tiga kali, di mana setelah itu, beliau tinggal di Merv dan Bukhara. Menjelang akhir hayatnya, beliau kembali ke kampung halamannya, Qasr al-'Arifan. Pengajarannya dikutip di mana-mana dan namanya disebut oleh siapa saja. Pengunjung berdatangan dari berbagai penjuru untuk meminta nasihatnya. Mereka menerima pengajaran di sekolah dan masjidnya, suatu kompleks yang dapat menampung lebih dari lima ribu orang. Sekolah ini merupakan pusat studi Islam yang terbesar di Asia Tengah dan masih ada hingga saat ini. Baru-baru ini bangunan tersebut direnovasi dan dibuka kembali setelah bertahan selama tujuh puluh tahun dalam masa pemerintahan komunis. Pengajaran Syaihh Naqsyabandi mengubah hati para muridnya dari kegelapan hingga menemukan cahaya. Beliau terus mengajarkan ilmu tentang Ke-Esaan Allah yang telah dikhususkan oleh para pendahulunya, dengan penekanan pada ihsan bagi para pengikutnya sesuai hadits Rasulullah, "Ihsan adalah beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya."

Ketika Syaikh Naqsybandi wafat, beliau dimakamkan di kebunnya, sebagaimana permintaannya. Raja-raja penerus Bukhara merawat madrasah dan masjidnya. Mereka memperluas dan menambahkan waqafnya. Syaikh-Syaikh penerus Thariqat Naqsyabandi menuliskan banyak biografi tentang Syaikh Naqsyabandi. Salah satunya adalah Mas'ud al-Bukhari dan Syarif al-Jarjani, yang menyusun Awrad Baha'uddin yang menceritakan tentang kehidupan beliau dan karya-karyanya termasuk fatwanya. Syaikh Muhammad Parsa, yang wafat di Madinah pada tahun 822 H (1419 M) menulis Risalah Qudsiyyah yang di dalamnya terdapat tulisan tentang kehidupan Syaikh Naqsyabandi, kehebatan-kehebatannya, serta pengajaran-pengajarannya. Tulisan-tulisan warisan Syaikh Naqsyabandi mencakup beberapa buku. Di antaranya adalah Awrad an-Naqsybandiyyah, wiridan Syaikh Naqsyabandi. Buku lainnya adalah Tanbih al-Ghafilin.

Buku ketiga adalah Maslakul Anwar. Yang keempat adalah Hidayyatu-s-Salikan wa Tuhfat at-Talibin. Beliau meninggalkan banyak pernyataan hormat memuji Rasulullah dan beliau pun menulis banyak aturan. Salah satu pendapatnya adalah bahwa semua jenis dan praktek peribadatan yang berbeda, baik yang wajib maupun sunnat, diperbolehkan bagi para muridnya dalam rangka mencapai kebenaran. Shalat, puasa, zakat, mujahadah (berusaha keras) dan zuhud (penyangkalan diri) ditekankan sebagai jalan menuju Allah Yang Maha Kuasa. Syaikh Naqsyabandi membangun sekolahnya atas dasar pembaharuan pengajaran agama Islam. Beliau menggarisbawahi pentingnya mengamalkan al-Qur'an dan pengajaran Sunnah. Ketika mereka bertanya kepada beliau, "Apa persyaratan bagi yang ingin mengikuti thariqatmu?" Beliau menjawab, "Mengikuti Sunnah Rasulullah." Beliau lalu melanjutkan, "Thariqat kami adalah sesuatu yang langka. Yang menjaga 'Urwat ul-Wutsqa, ikatan yang tak terputuskan, dan tak meminta apapun dari pengikutnya melainkan untuk selalu memegang teguh Sunnah yang murni dari Rasulullah SAW dan mengikuti jalan para Sahabat dalam ijtihad (usaha untuk Allah) mereka.

Sekolah Naqsyabandi merupakan jalan termudah dan paling sederhana bagi para murid untuk memahami tauhid. Dia mengharuskan pengikutnya untuk mencari peribadatan yang sempurna kepada Allah baik secara umum maupun pribadi dengan jalan melaksanakan adab Sunnah Rasulullah secara sempurna. Juga mendorong orang agar menjalankan jenis ibadah yang paling ketat ('azhima) dan untuk mengabaikan keringanan (rukhsah). Juga terbebas dari bias dan bid'ah. Dia tak menuntut pemeluknya untuk terus-menerus berada dalam keadaan lapar dan terjaga. Begitulah Naqsyabandiyyah telah mengatur agar tetap terpelihara dari pengaruhpengaruh orang yang kurang faham dan orang yang pura-pura mengetahui banyak hal (musya'wazan). Ringkasnya, bisa dikatakan bahwa thariqat Naqsybandiyyah adalah ibu dari semua thariqat dan penunjuk bagi seluruh kepercayaan spiritual. Inilah jalan yang paling aman, paling bijak, serta paling jelas. Inilah maqam pelepas dahaga termurni, saripati yang tersuling. Naqsybandiyyah tak ada hubungannya dengan serangan apapun karena menjalankan Sunnah Rasulullah tercinta."

Biografi Tokoh Muhammad bin Abdul Wahhab

Muhammad Bin Abdul Wahab - Tokoh Awal Wahabiyah - Pendiri WahabiMuhammad bin ʿAbd al-Wahhāb (1115 - 1206 H/1701 - 1793 M) (bahasa Arab:محمد بن عبد الوهاب التميمى) adalah seorang ahli teologi agama Islam dan seorang tokoh pemimpin gerakan keagamaan yang pernah menjabat sebagai mufti Daulah Su'udiyyah yang kemudian berubah menjadi Kerajaan Arab Saudi. Para pendukung pergerakan ini sering disebut Wahhabi, namun mereka lebih memilih untuk menyebut diri mereka sebagai Salafis atau Muwahhidun yang berarti "satu Tuhan". Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb memiliki nama lengkap Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin al-Masyarif at-Tamimi al-Hambali an-Najdi. Dari nama lengkapnya ini diperoleh silsilah keluarganya.

Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb, adalah seorang ulama yang berusaha membangkitkan kembali dakwah tauhid dalam masyarakat dan cara beragama sesuai dengan tuntunan Rasulullah dan para sahabat. Para pendukung gerakan ini menolak disebut Wahabbi, karena pada dasarnya ajaran Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb adalah ajaran Nabi Muhammad, bukan ajaran tersendiri. Karenanya mereka lebih memilih untuk menyebut diri mereka sebagai Salafiyun (mengikuti jejak generasi salaf) atau Muwahhidun yang berarti "Mengesakan Allah".

Istilah Wahhabi sering menimbulkan kontroversi berhubung dengan asal usul dan kemunculannya dalam dunia Islam. Umat Islam umumnya keliru menilai mereka dan menyangka bahwa mazhab mereka mengikuti pemikiran Ahmad ibn Hanbal dan alirannya saja, al-Hanbaliyyah atau al-Hanabilah yang merupakan salah sebuah mazhab dalam Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah. Dan adapula yang menghubungkan mereka dengan gerakan teroris, padahal ajaran mereka sangat anti teroris.

Nama Wahhabi atau al-Wahhabiyyah kelihatannya dihubung-hubungkan kepada nama 'Abd al-Wahhab yaitu ayahanda penggagas gerakan ini, Syaikh Muhammad bin 'Abd al-Wahhab al-Najdi. Bagaimanapun, istilah Wahhabi ini tidaklah sah dinisbatkan untuk nama suatu kelompok, karena sejatinya nama Wahhab adalah nama hanya untuk Allah Ta'ala. Oleh karena itu mereka menisbatkan diri mereka sebagai golongan al-Muwahhidun(3) (unitarians) karena mereka ingin mengembalikan ajaran-ajaran tauhid ke dalam Islam dan cara beragama menurut sunnah Rasulullah yang telah ditinggalkan masyarakat.

Beliau mengikat perjanjian dengan Muhammad bin Saud, seorang pemimpin suku di wilayah Najd. Sesuai kesepakatan, Ibnu Saud ditunjuk sebagai pengurus administrasi politik, sementara Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb menjadi pemimpin spiritual. Sampai saat ini, gelar "keluarga kerajaan" negara Arab Saudi dipegang oleh keluarga Saud. Namun mufti umum tidak selalu dari keluarga Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb misalnya Syaikh 'Abdul 'Aziz bin Abdillah bin Baz.

Saat Islam jatuh ke jurang keruntuhan (abad ke-18), kerusakan budi dan moral amat parah. Pendidikan terhenti, pemerintahan menjadi despotis, kadang terjadi anarki, agama membeku, ketauhidan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW telah diselubungi khurafat, mesjid-mesjid ditinggalkan oleh golongan besar yang awam, azimat dan penangkal penyakit merajalela sebagai “kepercayaan baru” umat, menziarahi kuburan “orang-orang keramat” mentradisi, pemujaan terhadap “orang-orang suci” yang dijadikan sebagai “perantara” komunikasi dengan tuhan, menggejala. Minum arak dan mengisap candu jadi hal biasa, pelacuran merajalela, dan akhlak merosot serta kehormatan diri rusak. Dunia Islam diliputi kegelapan.

Tapi tiba-tiba, bergemalah seruan dari padang pasir yang luas – tempat lahir Islam di tanah Arab – memanggil Umat Islam kembali ke jalan yang benar. Adalah Muhammad bin Abdul Wahab yang menggemakan seruan itu. Ia menggerakkan Umat Islam untuk memperbaiki jiwa dan membangkitkan kemegahan dan kebesaran Islam. Abdul Wahab adalah sosok pembaharu yang cukup berpengaruh sekaligus berhasil menggedor mata hati umat. Ia melancarkan gerakan pembaharuannya berdasarkan ide-ide Ibnu Taimiyah. Gerakannya ini dikenal dengan Wahabiyah atau Wahabisme, suatu gerakan pemurnian ajaran Islam yang berkembang menjadi gerakan pembaharuan pemikiran umat Islam.

Muhammad bin Abdul Wahab lahir di desa Ainiyah Nejed pada tahun 1703M/1115H. Ia lahir di tengah lingkungan masyarakat yang berpegang teguh pada ajaran Islam yang sederhana dan asli, sesuai dengan watak Arabnya. Semenjak kecil Abdul Wahab amat tertarik mendalami agama. Pada tahap awal, ia belajar agama pada ayahnya sendiri, yaitu Abdul Wahab, seorang ulama Ahlussunah wal Jama’ah. Pada usia remaja, seusai menunaikan ibadah haji, untuk kedua kalinya ia pergi ke Makkah untuk menuntut ilmu dan tinggal di sana. Di Madinah ia berguru pada dua orang ulama bernama Sulaiman al Kurdi dan Muhammad Hajad al Sindi. Setelah itu, ia melanjutkan petualangannya ke Irak, tepatnya ke Basrah selama 4 tahun dan Baghdad 5 tahun.

Di Baghdad ia menikah dengan wanita kaya raya. Ketika istrinya meninggal, ia merantau lagi ke Kurdistan selama 1 tahun, dan selama beberapa tahun ke Hamadan dan Isfahan (Iran). Ia pun mendalami ilmu filsafat dan tasawuf selama di Iran. Akhirnya, ia kembali lagi ke Nejed. Dalam perantauannya, Abdul Wahab menyaksikan berbagai bentuk praktek agama yang – menurutnya – jauh menyimpang dari ajaran Islam yang murni. Ia melihat maraknya pemujaan terhadap wali, kuburan, dan lain-lain. Salah satu aspek yang cukup mendapat perhatian dari Abdul Wahab adalah masalah taklid (mengikuti pendapat/paham orang lain secara membabi buta) yang merupakan sumber kebekuan atau kejumudan pemikiran Umat Islam sendiri. Padahal untuk memahami ajaran yang terkandung dalam Al Qur’an dan Hadits, orang harus berijtihad. Karena itu, pintu ijtihad tidak perlu ditutup.

Ketika kembali ke Nejed Abdul Wahab bertekad untuk menyebarkan reformasi dan pemurnian Islam, menggedor pintu hati dan pikiran umat. Pada tahun 1714 M, di usia yang masih muda, ia memulai gerakan pembaharuannya berdasarkan ide-ide pembaharuan Islam Ibnu Taimiyah yang telah didalaminya melalui kitab-kitabnya. Lahirnya Wahabisme yang kata Rifyal Ka’bah dalam Islam dan Fundamentalisme (1984), menyalahkan pemujaan orang-orang shaleh dan menentang semua khurafat dan bid’ah. Wahabisme telah menjiwai gerakan untuk kembali pada monoteisme (tauhid) seperti yang ada di masyarakat Islam pada permulaan sejarah Islam.

Praktek-praktek bid’ah dan syirik dipandang Abdul Wahab sebagai situasi jahiliyah. Pokok pemikirannya lebih terarah pada “gerakan pemurnian ajaran tauhid” yang muncul sebagai reaksi atas paham ajaran tauhid yang berkembang (dan menyimpang). Gerakan Wahabisme makin berkembang berkat dukungan seorang penguasa Nejed, yakni Muhammad Ibnu Saud. Lambat laun padang pasir Arab ditempa oleh “duet” Wahab – Saud dan menjadi kesatuan politik keagamaan, seperti yang diwujudkan Nabi Muhammad SAW. Muhammad Ibnu Saud memang menjadi pengikut Wahabisme fanatik pertama dan utama. Keturunannya pun hingga sekarang, yakni keluarga kerajaan Arab Saudi, menjadi pendukung utama Wahabisme.

Abdul Wahab wafat tahun 1787M/1206H. Awal abad XX Wahabisme bangkit kembali di bawah kepemimpinan putera Muhammad Ibnu Saud, yakni Abdul Aziz Ibnu Saud. Penguasa Nejed yang baru, berhasil menaklukan Makkah (1924), Madinah (1925), Jeddah, dan daerah sekitarnya. Pada tahun 1926 ia mengumumkan dirinya sebagai raja Hijaz. Tahun 1932 ia mendirikan kerajaan Arab Saudi. Secara turun temurun, keturunannya pun menjadi Raja Saudi, hingga Raja Fahd saat ini. [Tabloid MQ EDISI 5/TH.II/SEPTEMBER 2001] #Lihat pula : Biografi Muhammad Rasyid Ridha Tokoh Pembaharu

Biografi Tokoh Islam Syeikh Abdul Qadir Jaelani

Biografi Tokoh Islam Syeikh Abdul Qodir Al JailaniAbdul Qadir Jaelani atau Abd al-Qadir al-Gilani (bahasa Kurdi: Evdilqadirê Geylanî, bahasa Persia: عبد القادر گیلانی, bahasa Urdu: عبد القادر آملی گیلانی Abdolqāder Gilāni) (470–561 H) (1077–1166 M) adalah seorang ulama fiqih yang sangat dihormati oleh Sunni dan dianggap wali dalam dunia tarekat dan sufisme. Ia lahir pada hari Rabu tanggal 1 Ramadan di 470 H, 1077 M selatan Laut Kaspia yang sekarang menjadi Provinsi Mazandaran di Iran. Ia wafat pada hari Sabtu malam, setelah magrib, pada tanggal 9 Rabiul akhir di daerah Babul Azajwafat di Baghdad pada 561 H/1166 M. Ia adalah orang Kurdi atau orang Persia. Syekh Abdul Qadir dianggap wali dan diadakan di penghormatan besar oleh kaum Muslim dari anak benua India. Di antara pengikut di Pakistan dan India, ia juga dikenal sebagai Ghaus-e-Azam. Nama Abdul Qadir Jaelani juga dilafalkan Abdulqadir Gaylani, Abdelkader, Abdul Qadir, Abdul Khadir - Jilani, Jeelani, Gailani, Gillani, Gilani, Al Gilani, Keilany.

Nama beliau adalah Ja'far bin Tsa'lab bin Ja'far bin Ali bin Muthahhar bin Naufal Al Adfawi. Seorang 'ulama bermadzhab Syafi'I yang tinggal di Baghdad. Dilahirkan pada pertengahan bulan Sya'ban tahun 685 H. Wafat tahun 748 H di Kairo. Biografi beliau dimuat oleh Al Hafidz di dalam kitab Ad Durarul Kaminah, biografi nomor 1452. Imam Ibnu Rajab menyatakan bahwa Syeikh Abdul Qadir Al Jailani lahir pada tahun 490/471 H di kota Jailan atau disebut juga dengan Kailan. Sehingga diakhir nama beliau ditambahkan kata Al Jailani atau Al Kailani atau juga Al Jiliy. (Biaografi beliau dimuat dalam Kitab Adz Dzail 'Ala Thabaqil Hanabilah I/301-390, nomor 134, karya Imam Ibnu Rajab Al Hambali. Buku ini belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia). Beliau wafat pada hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal 9 Rabi'ul Akhir tahun 561 H di daerah Babul Azaj.

Beliau meninggalkan tanah kelahiran, dan merantau ke Baghdad pada saat beliau masih muda. Di Baghdad belajar kepada beberapa orang ulama' seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthat, Abul Husein Al Farra' dan juga Abu Sa'ad Al Muharrimi. Beliau belajar sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama'. Suatu ketika Abu Sa'ad Al Mukharrimi membangun sekolah kecil-kecilan di daerah yang bernama Babul Azaj. Pengelolaan sekolah ini diserahkan sepenuhnya kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani. Beliau mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim disana sambil memberikan nasehat kepada orang-orang yang ada tersebut. Banyak sudah orang yang bertaubat demi mendengar nasehat beliau. Banyak orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang ke sekolah beliau. Sehingga sekolah itu tidak kuat menampungnya. Maka, diadakan perluasan.

Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama' terkenal. Seperti Al Hafidz Abdul Ghani yang menyusun kitab Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam. Juga Syeikh Qudamah penyusun kitab figh terkenal Al Mughni. Syeikh Ibnu Qudamah rahimahullah ketika ditanya tentang Syeikh Abdul Qadir, beliau menjawab, " kami sempat berjumpa dengan beliau di akhir masa kehidupannya. Beliau menempatkan kami di sekolahnya. Beliau sangat perhatian terhadap kami. Kadang beliau mengutus putra beliau yang bernama Yahya untuk menyalakan lampu buat kami. Beliau senantiasa menjadi imam dalam shalat fardhu." Syeikh Ibnu Qudamah sempat tinggal bersama beliau selama satu bulan sembilan hari. Kesempatan ini digunakan untuk belajar kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani sampai beliau meninggal dunia. (Siyar A'lamin NubalaXX/442). Beliau adalah seorang 'alim. Beraqidah Ahlu Sunnah, mengikuti jalan Salafush Shalih. Dikenal banyak memiliki karamah-karamah. Tetapi banyak (pula) orang yang membuat-buat kedustaan atas nama beliau. Kedustaan itu baik berupa kisah-kisah, perkataan-perkataan, ajaran-ajaran, "thariqah" yang berbeda dengan jalan Rasulullah, para sahabatnya, dan lainnya.

Diantaranya dapat diketahui dari perkataan Imam Ibnu Rajab, " Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang yang diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh banyak para syeikh, baik 'ulama dan para ahli zuhud. Beliau banyak memiliki keutamaan dan karamah. Tetapi ada seorang yang bernama Al Muqri' Abul Hasan Asy Syathnufi Al Mishri (Nama lengkapnya adalah Ali Ibnu Yusuf bin Jarir Al Lakh-mi Asy Syath-Nufi. Lahir di Kairo tahun 640 H, meninggal tahun 713 H. Dia dituduh berdusta dan tidak bertemu dengan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani) mengumpulkan kisah-kisah dan keutamaan-keutamaan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam tiga jilid kitab. Dia telah menulis perkara-perkara yang aneh dan besar (kebohongannya ). Cukuplah seorang itu berdusta, jika dia menceritakan yang dia dengar.

Aku telah melihat sebagian kitab ini, tetapi hatiku tidak tentram untuk berpegang dengannya, sehingga aku tidak meriwayatkan apa yang ada di dalamnya. Kecuali kisah-kisah yang telah mansyhur dan terkenal dari selain kitab ini. Karena kitab ini banyak berisi riwayat dari orang-orang yang tidak dikenal. Juga terdapat perkara-perkara yang jauh ( dari agama dan akal ), kesesatan-kesesatan, dakwaan-dakwaan dan perkataan yang batil tidak berbatas. (Seperti kisah Syeikh Abdul Qadir menghidupkan ayam yang telah mati, dan sebagainya.) semua itu tidak pantas dinisbatkan kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani rahimahullah.

Kemudian aku dapatkan bahwa Al Kamal Ja'far Al Adfwi (Nama lengkapnya ialah Ja'far bin Tsa'lab bin Ja'far bin Ali bin Muthahhar bin Naufal Al Adfawi. Seoarang 'ulama bermadzhab Syafi'i. Dilahirkan pada pertengahan bulan Sya'ban tahun 685 H. Wafat tahun 748 H di Kairo. Biografi beliau dimuat oleh Al Hafidz di dalam kitan Ad Durarul Kaminah, biografi nomor 1452.) telah menyebutkan, bahwa Asy Syath-nufi sendiri tertuduh berdusta atas kisah-kisah yang diriwayatkannya dalam kitab ini."(Dinukil dari kitab At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 509, karya Syeikh Abdul Qadir bin Habibullah As Sindi, Penerbit Darul Manar, Cet. II, 8 Dzulqa'dah 1415 H / 8 April 1995 M.). Imam Ibnu Rajab juga berkata, " Syeikh Abdul Qadir Al Jailani rahimahullah memiliki yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah, takdir, dan ilmu ilmu ma'rifat yang sesuai dengan sunnah. Beliau memiliki kitab Al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab yang terkenal. Beliau juga mempunyai kitab Futuhul Ghaib.

Murid-muridnya mengumpulkan perkara-perkara yang berkaitan dengan nasehat dari majelis majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya, ia berpegang dengan sunnah. Beliau membantah dengan keras terhadap orang-orang yang menyelisihi sunnah." Syeikh Abdul Qadir Al Jailani menyatakan dalam kitabnya, Al Ghunyah, "Dia (Allah ) di arah atas, berada diatas 'arsyNya, meliputi seluruh kerajaanNya. IlmuNya meliputi segala sesuatu." Kemudian beliau menyebutkan ayat-ayat dan hadist-hadist, lalu berkata " Sepantasnya menetapkan sifat istiwa' ( Allah berada diatas 'arsyNya ) tanpa takwil ( menyimpangkan kepada makna lain ). Dan hal itu merupakan istiwa' dzat Allah diatas arsys." (At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 515). Ali bin Idris pernah bertanya kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani, " Wahai tuanku, apakah Allah memiliki wali (kekasih ) yang tidak berada di atas aqidah ( Imam ) Ahmad bin Hambal?" Maka beliau menjawab, " Tidak pernah ada dan tidak akan ada."( At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 516).

Perkataan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani tersebut juga dinukilkan oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Al Istiqamah I/86. Semua itu menunjukkan kelurusan aqidahnya dan penghormatan beliau terhadap manhaj Salaf. Sam'ani berkata, " Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah penduduk kota Jailan. Beliau seorang Imam bermadzhab Hambali. Menjadi guru besar madzhab ini pada masa hidup beliau." Imam Adz Dzahabi menyebutkan biografi Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar A'lamin Nubala, dan menukilkan perkataan Syeikh sebagai berikut,"Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat." Imam Adz Dzahabi menukilkan perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan Syeikh Abdul Qadir yang aneh-aneh sehingga memberikan kesan seakan-akan beliau mengetahui hal-hal yang ghaib. Kemudian mengakhiri perkataan, "Intinya Syeikh Abdul Qadir memiliki kedudukan yang agung. Tetapi terdapat kritikan-kritikan terhadap sebagian perkataannya dan Allah menjanjikan (ampunan atas kesalahan-kesalahan orang beriman ). Namun sebagian perkataannya merupakan kedustaan atas nama beliau."( Siyar XX/451 ).

Imam Adz Dzahabi juga berkata, " Tidak ada seorangpun para kibar masyasyeikh yang riwayat hidup dan karamahnya lebih banyak kisah hikayat, selain Syeikh Abdul Qadir Al Jailani, dan banyak diantara riwayat-riwayat itu yang tidak benar bahkan ada yang mustahil terjadi ". Syeikh Rabi' bin Hadi Al Madkhali berkata dalam kitabnya, Al Haddul Fashil,hal.136, " Aku telah mendapatkan aqidah beliau ( Syeikh Abdul Qadir Al Jailani ) didalam kitabnya yang bernama Al Ghunyah. (Lihat kitab Al-Ghunyah I/83-94) Maka aku mengetahui bahwa dia sebagai seorang Salafi. Beliau menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah dan aqidah-aqidah lainnya di atas manhaj Salaf. Beliau juga membantah kelompok-kelompok Syi'ah, Rafidhah,Jahmiyyah, Jabariyyah, Salimiyah, dan kelompok lainnya dengan manhaj Salaf." (At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 509, karya Syeikh Abdul Qadir bin Habibullah As Sindi, Penerbit Darul Manar, Cet. II, 8 Dzulqa'dah 1415 H / 8 April 1995 M.) Inilah tentang beliau secara ringkas. Seorang 'alim Salafi, Sunni, tetapi banyak orang yang menyanjung dan membuat kedustaan atas nama beliau. Sedangkan beliau berlepas diri dari semua kebohongan itu. Wallahu a'lam bishshawwab.

Biografi Imam Ibnu Katsir Tokoh Ulama Islam

Biografi Tokoh Islam Al Imam Ibnu KatsirIsmail bin Katsir (gelar lengkapnya Ismail bin 'Amr Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi, Imaduddin Abu Al-Fida Al-Hafizh Al-Muhaddits Asy-Syafi'i) adalah seorang pemikir dan ulama Muslim. Namanya lebih dikenal sebagai Ibnu Katsir. Ia lahir pada tahun 1301 M di Busra, Suriah dan wafat pada tahun 1372 M di Damaskus, Suriah. Beliau adalah seorang yang dijuluki sebagai Al-Hafizh, Al-Hujjah, Al-Muarrikh, Ats-Tsiqah Imaduddin Abul Fida, Ismail Ibnu Umar Ibnu Katsir Al-Qurasyi Al-Bashrawi Ad-Mimasyg Asy-Syafii.

Lahir disebuah desa bernama Mijdal daerah bagian Bushra pada tahun 700H. Ayahnya meninggal ketika beliau berusia tiga tahun dan beliau terkenal sebagai khatib di kota itu. Adapun Ismail Ibnu Katsir merupakan anak yang paling bungsu. Beliau dinamai Ismail sesuai dengan nama kakaknya yang paling besar yang wafat ketika menimba ilmu di kota Damaskus sebelum Beliau lahir. Pada tahun 707H, Ibnu Katsir pindah ke Damaskus, dan di sanalah Beliau mulai menuntut ilmu dari saudara kandungnya Abdul Wahhab, ketika itu Beliau telah hafal Al-Quran dan sangat menggandrungi pelajaran hadits, fikih maupun tarikh. Beliau juga turut menimba ilmu dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (wafat tahun 728H).

Begitu besar cintanya kepada gurunya ini sehingga beliau terus-menerus bermulazamah (mengiringi), dan begitu terpengaruh dengannya hingga mendapat berbagai macam cobaan dan hal-hal yang menyakitinya demi membela dan mempertahankan gurunya ini. Pergaulan dengan gurunya ini membuahkan bermacam faedah yang turut membentuk keilmuannya, akhlaknya dan tarbiyah kemandirian dirinya yang begitu mendalam. Karena itulah beliau menjadi seorang yang benar-benar mandiri dalam berpendapat. Beliau akan selalu berjalan sesuai dengan dalil, tidak pernah ta;assub (fanatic) dengan mazhabnya, palagi mazhab orang lain, dan karya-karya besarnya menjadi saksi atas sikapnya ini. Beliau selalu berjalan diatas sunnah, konsekuen mengamalkannya, serta selalu memerangi berbagai bentuk bid;ah dan fanatic mazhab.

Di antara guru beliau yang terkemuka selain Ibnu Taimiyah adalah Alamuddin Al-Qashim bin Muhammad Al-Barzali (wafat tahun 739H) dan Abul Hajjaj Yusuf Bin Az-zaki Al-Mizzi (wafat tahun 748H). Para ulama di zamannya maupun yang datang sesudahnya banyak memberikan kata pujian terhadap dirinya, diantaranya Al-Imam Adz Dzahabi yang berkata mengenai dirinya; Beliau adalah Al-Imam Al-Faqih Al-Muhaddits yang ternama, seorang faqih yang handal, ahli hadits yang tersohor, serta seorang ahli tafsir yang banyak menukil. Muridnya yang bernama Ibnu Hijji berkata, Beliau adalah orang yang pernah kami temui dan paling kuat hafalannya terhadap matan hadits, paling paham dengan takhrij dan para perawinya, dapat membedakan hadits yang shahih dengan yang lemah, banyak menghafal diluar kepala berbagai kitab tafsir dan tarikh, jarang sekali lupa, dan memiliki pemahaman yang baik serta dien yang benar.

Al-Allamah Al-Aini berkata, Beliau adalah rujukan ilmu tarikh, hadits dan tafsir; Ibnu Habib berkata, Beliau Masyhur dengan kekuatan hafalan dan redaksi yang bagus, dan menjadi rujukan ilmu tarikh, hadits maupun tafsir. Diantara karya besarnya adalah Tafsir Al-Qur;anul Azhim, Jami Al-Masanid Wa As-Sunan, At-Takmil Fi Ma;rifatits Tsiqat Wa Adh-Dhuafa Wa Al-Majahil dalam kitab ini beliau menggabungkan apa yang terdapat dalam kitab Tahdzibul Kamal karya besar Al-Mizzi dan Mizanul I;tidal karya Adz-Dzahabi dengan sedikit penambahan dlam ilmu jarh wa at-tadil dan kitab lainnya yaitu Al-Bidayah Wan Nihayah. Kitab terakhir ini merupakan ensiklopedi ilmu sejarah.

Beliau memulai kitab ini dengan menyebutkan kejadian makhluk makhluk besar seperti Arsy, kursi, langit, bumi, apa-apa yang terdapat didalamnya dan apa-apa yang terdapat di antara langit dan bumi berupa para malaikat, jin maupun setan-setan kemudian beliau berbicara tentang proses penciptaan Adam AS, kisah para nabi dan rasul hingga zaman Isa bin Maryam AS, kisah umat-umat yang semasa dengan mereka, sikap para umat terhadap para rasul yang diutus ketengah mereka, dan bagaimana akhir dari perjalanan dan nasib umat-umat tersebut, dengan inilah beliau mengakhiri bagian pertama dari kitabnya.

Adapun bagian kedua kitab ini memuat berita umat-umat terdahulu dari bani Israel dan umat lainnya, hingga akhir zaman al-fatrah (masa kekosongan nabi, pent.) kecuali zaman Arab pra Islam dan masa jahiliyah. Bagian ketiga kitab ini memuat berita tentang sejarah Arab dan diakhiri dengan pernikahan antara Abdullah Bin Abdul Muthalib dengan Aminah Binti Wahab, Ibu Rasulullah SAW. Bagian keempat kitab ini memuat sirah (sejarah) Rasulullah SAW. Penulis mulai menerangkan tema sirah Nabi dengan pembahasan ang panjang, beliau membaginya menjadi beberapa bagian, yaitu:

Pertama, mulai masa kelahiran Rasul hingga beliau diutus sebagai Rasul, Kedua, mulai masa beliau diutus sebagai Rasul hingga hijrah, dan Ketiga, peperangan - peperangan, pasukan - pasukan kecil yang dikirim (datasemen / saariayah), pengiriman para utusan, haji wada, sakit beliau hingga wafatnya. Ibnu Katsir mengulasnya sesuai dengan kronologis waktu. Dimulai dari tahun pertama hijriyah, kemuadian beliau menulis biografi Nabi, istri-istri beliau, surat-surat yang belau kirim, para penjaganya, kuda-kudanya, pakaian-pakaiannya dan seterusnya, kemudian menutup pembicaraan tentang sirah nabi dengan tema-tema yang berkaiatan dengan sirah diantaranya: ktab Syama;il, kemudian kitab Dala;il An-Nubuwah (tanda-tanda kenabian), kemudian beliau berbicara mengenai fadhail (keutamaan-keutamaan nabi) dan kekhususan beliau.

Bagian kelima kitab ini memuat sejarah Islam pertama, catatan kejadian-kejadian penting pada masa itu, serta catatan wafatnya tokoh-totkoh penting. Beliau menyusun keadian-kejadian itu sesuai dengan urutan tahun. Dimulai dari tahun ke- 11 Hijriyah, metode beliau dalam bagian kelima ini, yaitu menyebutkan kejadian-kejadian penting setiap tahun, kemudian barulah beliau menyebutkan wafatnya tokoh-tokoh penting pada tahun itu. Beliau banyak menyebutkan biografi dari tokoh-tokoh tersebut, walaupun terkadang beliau hanya menyebutkan tahun wafat mereka saja, dan begitilah seterusnya metode penulis hingga akhir buku ini. Kitab tarikh yang beliau tulis ini berhenti hingga tahun 768H, yaitu tujuh tahun sebelum beliau wafat.

Bagian keenam kitab ini memuat tentang fitnah dan bencana yang akan terjadi di akhir zaman, tanda-tanda hari kiamat, kemudian mengenai hari berbangkit, berkumpulnya manusia dipadang maksyar, karakter neraka maupun surga. Namun sayang bagian ini tidak dicetak bersamaan dalam kitab ini, tetapi dicetak secara terpisah dengan judul An-Nihayah Fi Al-Fitan Wa Al-Malahim walaupun sebenarnya beliau telah menyebutkan bagian ini dalam mukaddimah, dan beliau kembali menyebutkan perihal ini diakhir pembahasan tentang sirah nabi, dan itulah yang beliau maksud dari kata Wan Nihayah dalam judul kitab.