Serda Septian Wahyu Sarjono, siswa Sekolah Kejuruan Dasar Listrik dan Elektronika (Sejursarlislek) angkatan 42 Skadron Pendidikan (Skadik) 203, tewas setelah mengikuti apel malam pada Kamis (2/6/2016) di Lanud Sulaiman, Jl. Terusan Kopo, Kabupaten Bandung. Septian sempat dirawat semalam di RS Salamun. Dia diduga dianiaya oleh seorang pengasuh inisial Mayor pnb TBP.
Pada Kamis malam, dilakukan apel malam sekitar pukul 22.00 WIB dan Dia diambil oleh pengasuhnya. Dari proses apel malam itu lah, yang bersangkutan mengeluh sakit, tidak sadar, lalu ada tindakan medis. Dibawa ke RS Sulaiman lalu dirujuk ke RS salamun, bertahan satu hari, meninggal Jumat malam pukul 19.30 WIB. Soal dugaan korban dianiaya hal itu masih diselidiki. Hasil pemeriksaan dokter, dinyatakan terjadi penurunan fungsi organ tubuh korban sehingga meninggal. Kondisinya terus drop dan fungsi otak, paru-paru, ginjal, terus menurun.
Sementara itu, pengasuh yang diduga melakukan penganiayaan saat ini sedang diperiksa oleh POM. Kasus ini diselidiki dan kalau ditemukan tindakan instruktur yang tidak sesuai prosedur, akan ditindaklanjuti sesuai aturan. Apakah ada tindak pidana atau tidak, nanti hasilnya. Berdasarkan informasi yang dihimpun, pengasuh yang diduga menganiaya Septian bertugas di Akademi Angkatan Udara (AAU). Keberadaannya di Lanud Sulaiman tengah membimbing siswa pendidikan kursus paradasar terjun payung militer. Jadi Mayor Pnb TBP bukan pengasuh langsung korban.
Sementara itu keluarga mengaku hanya tahu Septian meninggal karena sakit. Kakak sepupu Serda Septian, yakni Haris Ramdani, mengatakan keluarga sudah ikhlas melepas kepergian almarhum. Selama ini, keluarga hanya mengetahui Serda Septian meninggal dunia karena sakit. “Kami dari keluarga hanya menerima kabar dari RS kalau Septian meninggal karena sakit. Kami tidak mengetahui sakitnya apa. Setahu kami, tidak ada luka lebam di tubuh Septian. Kalau rumor yang berkembang katanya ada senioritas [dugaan penganiayaan]. Tapi, kami tidak langsung percaya rumor itu. Kami berusaha ikhlas dan tidak curiga-mencurigai. Septian juga tidak pernah memiliki penyakit bahaya selama hidupnya. Kalau memiliki penyakit, tak mungkin diterima di TNI AU,” katanya di Klaten.