Biodata Ryan Wiedaryanto - Produser Nawaitu Surga

Biografi Profil BiodataRyan Wiedaryanto (lahir di Pemalang, 30 April 1983; umur 37 tahun) adalah pembawa acara berita Indonesia. Ia menjadi anchor dalam program berita Reportase. Sejak tahun 2006, dia bekerja di Trans TV membawakan berita Reportase Pagi, Reportase Siang dan Reportase Sore. Di Reportase, dia menjadi pembawa berita bersama Tiffany Raytama, Ivan Kurnia, Christian Reinaldo, Zulfikar Naghi, Reni Risty Riswanda, dan lainnya. Akhir Januari 2012 menjadi akhir kariernya di Trans TV. Sejak 1 Februari 2012 hingga kini, ia menjadi anchor di program berita Fokus di Indosiar. 

Mengenal dunia broadcast diawalinya dari radio kampus di Yogyakarta. "Aku sudah mencintai broadcast sejak kuliah dan bergabung dengan radio kampus" tutur Ryan santai dalam suatu wawancara. "Hmm, kalau memulai karier broadcast, aku melakukannya dari beberapa radio yang berbasis anak muda di Jogjakarta, sementara karier televisi sendiri kumulai dari salah satu televisi lokal di Jogjakarta yang menawarkanku untuk menjadi music presenter sebelum akhirnya aku bergabung dengan Trans TV," kata pemuda lulusan Teknologi Informasi salah satu universitas di Jogjakarta ini. 

Dulu saat menunggu wisuda tahun 2006 di UPN Jogja, ada pendaftaran untuk News Reporter & Presenter Trans TV. Ryan tahu dari Iklan di Trans TV. Saat itu, ia lebih berminat jadi presenter musik (karena basic sebagai penyiar radio). Tapi ia mendaftar saja dan kebetulan Trans TV mengadakan test di Jogja, tepatnya di kampus UPN Condong Catur. September 2006 ia lolos masuk Trans TV. Trans TV melihat bakatnya bukan hanya presenter musik, tetapi justru di program berita. Tahun 2007 sampai 2012 ia menjadi news presenter dalam program Reportase. Mengikuti alurnya bercerita mengenai pengalaman bergabung dengan Trans TV,dari basis entertainment menjadi news yang memiliki beberapa karakter yang berbeda. "Mengadaptasi penyampaian komunikasi dari entertainment ke news, pada prinsipnya diselami saja dari apa yang sudah menjadi basic aku di dunia broadcast di Jogja dulu. Terus belajar mengenai cara penyampaian, gaya bahasa dan sebagainya. Dan aku bersyukur karena Trans TV sangat mendukung aku dalam melakukan itu semua." Perjuangan pun juga sangat berat mengingat harus bersaing dengan anak muda Ibu kota yang notabene lebih percaya diri.
Dinamika kehidupan jurnalistik seperti mengingatkannya kembali pada sebuah pengalaman tak terlupakan ketika kerja keras itu sangat mengesankan meskipun lelah. "Live Report meninggalnya mantan Presiden Soeharto, selama 24 hari pada Januari 2008 lalu. What a hectic day. Tapi sangat berkesan, karena harus jaga liputan di kantor, live report di Rumah Sakit Pusat Pertamina dan sebagainya. Breaking news yang panjang mulai dari jam 2 siang sampai malam dengan hanya dua kali break, dan esok harinya aku harus membawakan Reportase Pagi spesial akhir perjalanan Soeharto selama dua jam", tuturnya seolah-olah mengajak kembali mengingat peristiwa besar yang terjadi pada Januari 2008. Selain itu, penyuka warna biru dan penggemar film Da Vinci Code ini juga aktif sebagai jurnalis yang meliput berbagai hal, termasuk saat meletusnya gunung Merapi kemarin (Ryan merasa seperti bertugas di kampung halaman). Kemudian ia diangkat menjadi News Associate Producer. 

Awal Februari 2012 Ryan memutuskan pindah ke Indosiar menjadi produser dan juga news presenter. Perubahan management baru di Indosiar membuatnya tertantang sebagai Broadcaster untuk membuat gebrakan baru dalam pertelevisian Indonesia. Zona nyaman di Trans TV harus ia tinggalkan untuk memecut dirinya lebih keras dalam berkarya. Di Indosiar ada kanvas putih yang bisa ia lukis sesuai kemampuan dan kemauannya, dan ia berharap semoga berhasil. Ini tantangan yang harus Ryan taklukkan. Ia berharap semoga karyanya bisa diterima penonton televisi Indonesia.