Matsushita Konosuke termasuk di dalam kelompok dari beberapa nama tokoh Jepang yang berhasil membangun perekonomian Jepang. Matsushita berhasil membangun kerajaan industrinya hingga mencapai 795 perusahaan dengan jumlah karyawan sebanyak 150.000 orang. Setelah sukses, Matsushita menulis beberapa buah buku dan majalah yang berperan dalam menyebarkan gagasannya untuk dapat dipahami oleh masyarakat Jepang. Ia juga mengumpulkan pemuda-pemudi Jepang yang berbakat untuk dididik dan dipersiapkan sebagai generasi penerus yang siap memimpin Jepang di masa datang. Matsushita Konosuke dilahirkan pad tahun 1894 di Wakayama, Wilayah Barat Jepang. Sebagai seorang anak bungsu dari keluarga petani tuan tanah selama empat puluh generasi, masa muda Konosuke dapat dilalui dengan baik.
Kebahagiaan ini tidak dapat dinikmati lebih lama oleh Konosuke karena ayahnya menderita rugi dalam sebuah usaha spekulasi beras. Selanjutnya ayahnya pergi ke Osaka dan bekerja sebagai buruh. Setelah menderita keugian terus-menerus, saudara-saudara Konosuke mulai meninggal satu persatu karena TBC. Dalam keadaan krisis tersebut, surat ayahnya datang yang memberitahukan bahwa di Osaka ada sebuah keluarga yang membutuhkan seorang tenaga pembantu yang masih muda. Pada usia 9 tahun, Konosuke memulai perjalannya yang pertama menuju Osaka dengan kereta api. Perjalanan itu pada tanggal 23 November 1904 pada saat perang Rusia Jepang sedang berkecamuk dengan dahsyat. Ia sampai di Osaka dan mendapat pekerjaan yang diberitahu ayahnya, merawat anak majikannya dengan gaji 10 sen per bulan yang dibayar dua kali setiap bulan.
Konosuke mulai memperlihatkan bakatnya yang rajin dan tanggung jawab pada pekerjaan dan ini menjadikan majikannya sangat menyukainya. Konosuke akhirnya berhenti dari pekerjaan merawat bayi, tetapi majikannya membantu Konosuke mendapatkan pekerjaan baru yang lebih baik. Akhirnya ia bekerja di pedagang sepeda, Dodai Shoten, di Senba, Osaka. Ia bekerja keras untuk membersihkan rumah dan barang dagangan dan mulai mempelajari cara mengelola usaha itu dan memperbaiki sepeda yang rusak. Belajar dari pengalaman tersebut Konosuke menyadari sepenuhnya pentingnya bekerja keras dan serius dalam berusaha. Konosuke mulai tertarik pada kereta api listrik ketika trem listrik muncul pertama kali di Osaka. Konosuke lalu bekerja di Osaka Electric Light Company sejak Oktober 1910, dengan tujuan belajar kelistrikan. Ia bekerja pada usia 16 tahun sebagai pembantu mandor yang mengatasi perbaikan kabel. Dua tahun bekerja, Konosuke memutuskan sekolah di Kansai School of Commerce and Industri dan tahap persiapan ia selesaikan setahun.
Usia dua puluh tahun, Konosuke memutuskan untuk menikah dan dua tahun kemudian ia diangkat menjadi penguji para mandor. Setelah bekerja selama tujuh tahun di Osaka Electric Light Company, Konosuke merasa telah memiliki pengetahuan yang memadai dalam masalah listrik dan memutuskan untuk keluar. Ia keluar pada usia 22 tahun dan dengan tabungan sebesar ¥ 20 di tambah dengan ¥ 42 dari pesangonnya. Dengan modal ¥ 62, Konosuke bermaksud untuk membuka usaha baru. Bermodalkan pengalaman memodifikasi barang, yaitu sarang lampu pijar, ia membuka usahanya. Konosuke kesulitan dalam memasarkan produksinya dan keuangannya mulai menipis. Pada saat kritis, nasib baik menyertainya ketika ia mendapat pesanan 1000 insulator kipas angin listrik. Selanjutnya, pelanggan tersebut memesan 20.000 sampai 30.000 insulator bila Konosuke mampu mengirimkan 1000 insultor sebelum akhir tahun. Dibantu beberapa sub-kontraktor lainnya, pada tanggal 31 Desember, Konosuke berhasil mengirimkannya dan mendapatkan ¥ 160 sebagai imbalannya.
Dari untung yang diperoleh, Konosuke lalu menyewa gedung di jantung kota Osaka sebagai kantor pertama Matsushita Electric Manufacturing Company. Produk selanjutnya adalah kombinasi steker dengan harga 30% lebih murah dari saingannya. Produk ini segera habis diserbu pembeli. Dalam waktu dua tahun, Konosuke telah mampu memakai 30 orang karyawan. Mereka dididik untuk memproduksi peralatan listrik. Saat itu terdapat kecenderungan untuk tidak memberikan pendidikan kepada karyawan karena dipandang karyawan tersebut dapat keluar dan mendirikan perusahaan tandingan jika sudah pintar. Tetapi Konosuke berpandangan lain, ia menganggap karywan yang pandai akan mampu menghasilkan produk yang bermutu. Keyakinan ini diambil dari ajaran Bushido yang menyatakan bahwa kita tidak boleh menyerang orang yang tidak bersenjata.
Produk berikutnya adalah steker berujung dua dengan harga lebih murah dan kualitas yang terjamin. Untuk memperlancar usahanya, konosuke mengaktifkan sub-kontraktor dan meperluas jaringannya. Pada usia 27 tahun ia telah mampu membeli sebidang tanah dan memajukan usahanya tanpa pernah meminjam uang. Selanjutnya ia memproduksi batu baterai berbentuk lonjong untuk lampu sepeda. Ia lalu membangun jaringan penjualan selama 3 tahun dan setiap bulan melakukan perjalanan dari Osaka ke Tokyo mengunjungi para penyalurnya. Tahun 1927 Konosuke memproduksi lampu sepeda berbentuk segi empat dengan merek National dan berpromosi memberi gratis 10.000 lampu kepada konsumen. Permasalahan timbul karena Konosuke tidak membuat batu baterai. Ia lalu meminta contoh 10.000 baterai gratis untuk promosinya dan bersedia memesan 20.000 baterai per tahun. Ia pun mulai promosi dan mampu menyalurkan 470.000 lampu per tahun. Keuntungan besar diperolehnya dari perusahaan batu baterai dan peristiwa ini terkenal sebagai legenda matsushita.
Perang Dunia terjadi dan perusahaan Konosuke tetap berjalan tetapi dengan produk yang berbeda. Konosuke memproduksi suku cadang bagi keperluan kapal dan pesawat bagi Angkatan Perang Kerajaan Jepang. Setelah perang usai, pengaruh Konosuke dalam Kamar Dagang Osaka mulai dihapus karena keterlibatannya dalam pembuatan suku cadang untuk perang. Konosuke membela diri karena keterlibatannya karena dipaksa oleh Angkatan Perang Kerajaan. Pembelaannya gagal dan Konosuke dilarang melakukan bisnis karena ia terliat dalam memproduksi amunisi untuk perang. 40 buah perusahaan Konosuke yang terlibat dalam perang segera dibubarkan dan Konosuke hanya dapat melakukan kontrol secara tidak langsung terhadap sisa perusahaannya karena tidak dapat memegang jabatan resmi. Atas usaha Konosuke dalam membantu untuk membentuk serikat buruh, tahun 1949 sanksi terhadap Konosuke dihapus dan ia diperbolehkan untuk melakukan bisnis kembali.
Setahun kemudian, Perang Korea pecah dan Konosuke mendapat pesanan dari Angkatan Perang Amerika sebesar ¥ 400 juta. Modal baru segera diperoleh untuk menggerakkan usahanya. Tahun 50-an, Konosuke melakukan perjalanan keliling Eropa dan Amerika untuk mempelajari peluang usaha di wilayah tersebut. Hasil dari perjalannya itu adalah sebuah keputusan untuk melakukan kerja sama dengan Philip’s dari Belanda. Kerja sama dilakukan dengan modal awal sebesar ¥ 600 juta dan Philip’s memberikan modal sebesar 30% dan meminta bayaran sebesar 7% atas pengetahuan tehnik mereka. Konosuke merundingkan angka tersebut dan akhirnya berhasil menekan sampai 5%. Selanjutnya ia meminta nilai sebesar 3% atas posisi penasehat pada perusahaan patungan ini. Strategi Konosuke akhirnya dapat menekan biaya kemampuan tehnik hingga 2%.
Akhirnya berdiri perusahaan patungan yang merupakan cikal bakal perusahaan Matsushita Electronics Company yang kemudian hari berkembang menjadi industri raksasa. Produksi awal dimulai dengan bola lampu, lampu tabung hampa, lampu neon dan transistor radio di Jepang. Perusahaan ini dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan keuntungan yang diperoleh sangat besar. Kerja sama ini berakhir pada tahun 1967 dan kedua perusahaan mendapatkan honor royalty masing-masing sebesar 2,5%. Sebagai seorang pionir. Konosuke menuntut seorang pimpinan untuk lebih bekerja keras. Ia menuntut seorang pimpinan untuk datang lebih awal dari bawahannya dan pulang paling akhir. Jepang tidak memiliki sumber daya alam dan sedikit terhambat dalam memulai industrialisasinya, maka tidak ada alasan untuk tidak bekerja keras jika ingin maju menyaingi negara Eropa dan Amerika, demikian ia menekankan kepada para karyawannya.
Konosuke adalah orang yang konsisten dalam memegang prinsip bisnisnya. Salah satu jaringan supermarket yang menyalurkian produk Matsushita Electronics Company, Daiel, pada tahun 1979 memiliki pangsa pasar terbesar di Jepang. Ketika mereka menjual peralatan elektronik Matsushita dengan memberikan rabat, Konosuke marah besar dan menghentikan hubungan bisnis dengan Daiel tanpa menghiraukan kekuatan jaringan pemasaran Daiei. Seorang pedagang eceran yang menjual barang Matsushita meminta kepada grosir untuk mendapatkan sebuah lukisan cat air yang ditandatangai oleh Konosuke. Pedagang kecil itu bersedia membeli sepuluh buah air conditioner bila ia mendapatkan lukisan tersebut. Mendengar permintaan itu, Konosuke menyempatkan diri untuk memenuhi permintaan pedagang eceran tersebut. Di sini terlihat kesungguhan Konosuke dalam melakukan usaha sampai ia bersedia memperhatikan hal yang sangat sepele.
Tahun 1975 jumlah pengangguran di Jepang mencapai 1 juta orang, angka tertinggi sesudah perang. Konosuke mengatasi masalah ini dengan menerapkan sistem kerja setengah hari. Ia juga membekukan kenaikan gaji bagi manajemen menengah. Pada tahun ini ekonomi Jepang mengalami kemerosotan dan produk elektronik tidak ada yang meminta. Konosuke dengan lihai mengadakan pameran di Moskow untuk membuka jaringan pemasaran di negara komunis ini. Strategi ini dapat menyelamatkan tingkat penjualan Mitsushita. Dengan terencana Konosuke membangun jaringan pemasaran ke luar negeri. Juni 1975, North European National Service Co muncul untuk mendukung pemasaran matsushita. Untuk pasar Amerika, Konosuke memusatkan bisnis pemasarannnya di New Jersey. Matsushita menjual obligasi sebesar US$ 100 juta. Matsushita USA lalu membangun perusahaan presisi di Filipina dan diikuti oleh pembentukan Quasar Electrik Company.
Tahun 1977 Konosuke memilih Toshihiko yamashita sebagai penggantinya untuk jabatan presiden dan Masabru Matsushita sebagai ketua Boards of Trustees, sedangkan Konosuke menjabat sebagai penasehat perusahaan. Konosuke telah mampu membangun sebuah industri yang besar dengan bermodalkan kemauan keras dan pengalaman. Seperti layaknya pengusaha lainnya, Konosuke selalu bekerja keras dan berusaha untuk tetap konsisten dengan filosofi bisnisnya dan itu merupakan salah satu faktor keberhasilannya di samping banyak faktor lainnya. Tidak seperti kebanyakan pengusaha lainnya yang memiliki jenjang pendidikan formal yang tinggi, Konosuke dapat sukses walaupun ia tidak menyelesaikan pendidikannya. Suksesnya karena kerja keras.