Nurulita Adriani Rahayu, yang memilih jadi fotografer profesional karena merasa dirinya tidak fotogenic. Ketertarikan Nurulita pada dunia fotografi sudah muncul sejak ia masih menginjak bangku SMA. Kala itu, ia lebih suka memotret teman-temannya karena merasa dirinya tidak terlihat lebih cantik ketika difoto. "Kalau aku difoto kayaknya memang agak susah angle-nya karena aku susah fotogenic, terus aku akhirnya tertarik apa sih yang bikin orang susah difoto," ungkap Nurulita kepada wolipop yang ditemui langsung di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Dari hobinya mengambil gambar teman-teman sekolah dengan memakai kamera sang kakak, Nurulita terus berlatih hingga melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Dia sempat berhenti memotret saat masuk kuliah, kemudian melanjutkan hobi itu kembali setelah lulus. Jurusan yang diambil oleh Nurulita pun sangat jauh berbeda dengan hobi fotografinya, yaitu Teknik Kimia di Institut Teknologi Bandung. Ketika kuliah, dia pun sadar kalau ternyata passion-nya ada dalam lingkup foto. "Pas sudah kuliah, aku ingin mendalami fotografi, dan ternyata itu passion aku. Jadinya, mulai belajar dari nol setelah lulus kuliah," jelas wanita yang hobi membaca komik itu.
Sebelum mengembangkan sayap sebagai fotografer komersil, wanita kelahiran 6 Februari 1976 ini pernah bekerja di majalah Bazaar Indonesia selama 1,5 tahun sejak 2003. Kemudian, dia diajak bergabung menjadi fotografer komersil hingga sekarang. Perjalanan karier Nurulita tidak semulus yang dibayangkan. Pernah suatu kali dia menjalani suatu proyek iklan di outdoor. Cuaca yang tidak mendukung membuat Nurulita harus menggunakan kemampuan memotretnya secara maksimal. "Hujannya lima kali, lagi motret berhenti hujan, itu sih seru, tapi Alhamdulillah hasilnya bagus sih. Waktu itu motret iklan buat rokok. Kalau outdoor kan tergantung cuaca, hujan memang nggak berhenti-berhenti, baru 10 menit hujan lagi, jadi di antara tenggang waktu itu kita harus cepat-cepat motret, sedangkan yang difoto nggak cuma satu orang, ada banyak orang," cerita Nurulita yang juga mempunya hobi diving ketika liburan.
Tidak hanya itu, dia juga menceritakan pengalaman memotretnya bersama pemain bola asal Brazil yang tidak dapat berbahasa Inggris sehingga harus mengarahkannya hanya dengan bahasa tubuh. Hal itu menjadi pengalaman menarik bagi Nurulita. Sebab, hasil foto yang didapat sangat bagus dan menjadi foto terbaiknya pada tahun 2011. Nurulita pun menjelaskan kalau dia melatih kemampuan fotografinya tidak dengan sekolah atau kursus. Cukup berbagi dengan teman, ikut workshop, seminar, serta latihan untuk mengasah kemampuan memotretnya. Akan tetapi, Nurulita menganjurkan lebih baik sekolah agar dibekali pengetahuan yang lebih mengenai teknik foto. "Mungkin akan lebih baik sekolah karena bekal teknisnya kuat, tapi aku percaya apa pun kalau ada kemauan pasti bisa," tutup Nurulita mengakhiri pembicaraan.