
Kesan polisi yang selalu hidup gelamor dengan rumah mewah, mobil mewah, dan tampilan rapi serba perlente dan perut yang membuncit pun tidak tampak pada sosok Seladi. Sosoknya jauh dari pandangan umum tentang kehidupan polisi itu. Tampilannya sangat sederhana. Bahkan setiap hari dia naik sepeda pancal kuno untuk bekerja. Sepeda pancal atau sepeda angin yang dicat putih tersebut merupakan teman setianya dalam bertugas mengatur lalulintas, di manapun dia ditempatkan. Seladi tampak ramah. Dengan hanya menggakan celana pendek abu-abu dan baju lorek cerah yang tampak lusuh, Seladi tidak canggung. Dia malah mempersilakan wartawan masuk ke tampat kerjanya mengepul sampah. Seladi tampak santai di dalam rumah tersebut. Di antara tumpukan sampah, Seladi terlihat memilih sampah-sampah yang bisa dijualnya kembali ke dalam kantong plastik besar. Tidak ada rasa jijik pada wajahnya. Satu persatu kantong plastik hitam berukuran besar yang isinya sampah dari para penumpang kereta api di Stasiun Besar Malang dibukanya. Sore itu, langit tampak mendung. Suladi ditemani anak keduanya Rizal Dimas Wicaksono (20).
Sekarang, sehari rata-rata dia bisa membawa pulang uang dari hasil memulung sampah antara Rp30-50 ribu. Pada awalnya, sampah itu diantar ke pengepul, tetapi sekarang pedagang pengepulnya yang datang mengambil sampah di tempat Seladi. Lama kelamaan, Seladi pun jadi mengerti sampah jenis apa saja yang bisa dijual. Pada 2008, ada salah satu temannya yang memiliki rumah kuno dan kondisinya sudah rusak. Rumah tersebut, berada di Jalan DR Wahidin. Akhirnya, rumah itu disewanya untuk menjadi tempat penampungan dan pemilahan sampah. Dengan sampah itu juga Seladi bisa mempekerjakan dua orang warga. Dalam batinnya, dia tidak pernah menyangka akan membuka lapangan kerja dari mengola sampah. Dalam memulung sampah, Seladi tidak sendiri. Dia dibantu anaknya yang merupakan lulusan Diploma 2 Jurusan Informatika Universitas Negeri Malang (UM). Sama dengan Seladi, anaknya tidak malu menjadi pemulung meski lulusan universitas. Ketekunan Seladi dalam bekerja ternyata membuahkan hasil. Melalui gaji sebagai petugas polisi yang sangat kecil dan memulung sampah, Seladi bisa menyekolahkan semua anak-anaknya hingga pendidikan tinggi.
Saat ini, puteri pertamanya Dina Aprita Sari sudah lulus kuliah diploma jurusan farmasi dan telah bekerja sebagai tenaga farmasi di RSI Dinoyo, Kota Malang. Putera keduanya Rizal Dimas Wicaksono sudah lulus diploma jurusan informatika. Rizal saat ini ikut bekerja memilah sampah bersama Seladi. Terakhir, putri ketiganya Neni Winarti masih duduk di bangku Kelas 2 SMA Negeri 6 Kota Malang. Saat ini, Seladi beserta istri Ngatiani dan ketiga anaknya masih tinggal menumpang mertua, di Jalan Gadang VI, No 44, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Sementara itu, Rizal Dimas Wicaksonom anak Seladi mengaku ingin mengikuti jejak bapaknya sebagai polisi, karena sangat terkesan dengan kejujuran, dan integritas yang ditunjukkan bapaknya tersebut. Selama ini, banyak orang yang menganggap polisi itu tidak memiliki integritas, dengan mudah menerima suap. Tetapi, Rizal tidak melihat sama sekali hal itu pada bapaknya. Baginya, bapaknya telah mampu menjaga amanah sebagai abdi negara.