Ahed Tamimi seorang gadis kecil berusia 13 tahun, yang bertekad akan terus memperjuangkan Pembebasan Palestian dari Tangan zionis Israel dan bercita-cita untuk menjadi seorang pengacara. Aksinya yang begitu berani mengacungkan tinjunya ke tentra zionis dan mencacimaki ketika abangnya hendak ditangkap oleh tentara Israel. Kerena aksinya ini. Ahed Tamimi kerap kali menghadiri pertemuan dan menggelar pameran bertajuk "Menjadi Anak di Palestina".
Bagi pendukung Palestina, nama Ahed Tamimi dan Janna Jihad sudah tak asing lagi. Keduanya adalah singa kecil Palestina yang saat ini sudah tumbuh remaja. Namun tak seperti remaja umumnya, Ahed dan Janna menghabiskan masa kanak-kanak dan remaja dengan ikut aksi demonstrasi dan protes di Palestina, tanah air mereka yang masih terjajah oleh Israel. Ahed Tamimi berasal dari keluarga pemberani. Seluruh anggota keluarganya setiap minggu bergabung dengan rakyat Palestina yang lain dalam aksi protes di Tepi Barat. Ibu dan ayahnya pernah ditangkap oleh pihak otoritas Israel. Namun hal itu tak pernah menyurutkan tekad Ahed untuk terus berjuang demi pembebasan tanah airnya. Semenjak kecil ia telah ikut berpartisipasi bersama rakyat Palestina lainnya dalam membela bumi pertiwi.
Ahed Tamimi adalah gadis berusia 16 tahun yang dikenal sebagai ikon pejuang muda Palestina. Dia baru-baru ini ditangkap oleh tentara Israel karena ‘menampar’ seorang tentara yang menyelusup ke halaman belakang rumahnya. Kejadian ini berlangsung setelah sepupu Ahed yang berusia 14 tahun ditembak di kepala oleh tentara Israel. Sosok Ahed anehnya tidak begitu didukung dan dipuji oleh berbagai organisasi feminis Barat, badan HAM, atau tokoh-tokoh Barat yang mengaku sebagai pembela HAM dan pemberdayaan perempuan.
Saat ini Ahed tengah menjadi tawanan di penjara Israel. Ia ditangkap di rumahnya oleh pasukan pendudukan Israel tengah malam. Atas dasar tuduhan apa? Menampar serdadu Israel! Ya, seorang anak remaja berusia 17 tahun dengan tangan kosong menampar serdadu Israel. Tamparan tersebut menyebabkan ia ada di penjara saat ini. Adilkah? Hanya karena menampar serdadu Israel yang notabene adalah penjajah di negerinya diadili, dijebloskan penjara bahkan oleh petinggi israel (Naftali Bennett) disarankan agar ia mendekam selama seumur hidup di penjara. Israel yang katanya adalah tentara terkuat di dunia takut pada remaja.
Sementara ketika seorang aktivis asal Pakistan berusia 15 tahun, Malala Yousafzai, ditembak di kepala oleh Taliban, reaksi organisasi-organisasi ini sangat berbeda. Mantan PM Inggris, Gordon Brown, bahkan membuat petisi berjudul “I am Malala.” Badan internasional UNESCO pun merilis kampanye bernama “Stand Up For Malala.” Malala diundang untuk bertemu Presiden Barack Obama, mantan Sekjen PBB Ban Ki-moon, dan juga diberi kesempatan berbicara di Majelis Umum PBB. Dia dimasukkan dalam daftar “100 Orang Paling Berpengaruh” oleh majalah Time, serta mendapat hadiah Nobel perdamaian pada tahun 2014.