Sarwono mengatakan bahwa sosok Rahman Tolleng merupakan sosok yang berkepribadian kuat dan teguh dalam prinsip. Menurutnya, almarhum memiliki analisa politik yang tajam. "Seperti rekan-rekan lain segenerasi yang dibesarkan di Bandung, saya merasa dididik oleh bung Rahman Tolleng. Beliau adalah seorang pribadi yang sangat kuat, teguh dalam prinsip dan juga daya analisa politiknya sangat tajam," kata Sarwono. Baca juga: Calon Panelis Debat Kedua Berasal dari Kalangan Akademisi dan Aktivis Alumni ITB tahun 1974 ini pun mengatakan bahwa dirinya dan almarhum sempat bekerja sebagai wartawan selama dua tahun di mingguan Mahasiswa Indonesia. Baginya, almarhum sosok yang menyenangkan, dan bisa memberikan arah ketika orang menghadapi pilihan sulit. "Masih sering ketemu bicara banyak hal.
Pribadi yang kuat dan menyenangkan. Banyak. Bagi saya paling penting adalah dia bisa memberikan arah yang jelas dan tegas ketika orang menghadapi pilihan yang sulit, kita berpaling pada dia mencari arahan," tuturnya mengenang. Karangan bunga ucapan belasungkawa pun berdatangan. Beberapa diantaranya adalah dari Komisaris Utama Kereta api Indonesia Jusman Syafii Djamal, Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya, DPP Partai Golkar Ketum Airlanga Hartarto dan Sekjen Lodewijk F Paulus, Keluarga Besar almarhum Adnan Buyung hingga Keluarga Besar Solidaritas ITB. Selain itu, sejumlah kerabat hingga mantan menteri pun datang ke rumah duka beberapa diantaranya mantan menteri era orde baru, Sarwono Kusumaatmadja, dan Marsilam Simanjuntak. Sekitar pukul 14.00 WIB, almarhum Rahman Tolleng dimakamkan di Pemakaman Cibarunai, Kota Bandung.
Aktivis gerakan 66, Rahman Tolleng, berpulang pada pagi ini. Rahman Tolleng merupakan aktivis Gerakan Mahasiswa Sosialis (GMSos). Kabar duka Rahman Tolleng disampaikan oleh budayawan Goenawan Mohamad lewat akun Twitter. Goenawan Mohamad menyebut, Rahman berpulang tadi pagi. "Rahman Tolleng, aktivis Gerakan Mahasiswa Sosialis (GMSos) sejak akhir tahun 1950-an meninggal pagi ini di Jakarta. Pejuang demokrasi yang konsisten, tanpa pamrih, berkali-kali gagal - tanpa putus asa. Sahabat yang tak selamanya sepaham," ujar Goenawan lewat akun Twitternya @gm_gm, Selasa (29/1/2019). Goenawan juga memposting foto almarhum Rahman Tolleng dengan Wimar Witoelar. Dia mengatakan, Rahman adalah pejuang demokrasi tanpa pamrih.
"Rahman Tolleng dan sahabatnya, Wimar Witoelar. Bung Rahman bukan penggemar puisi, tapi ada satu sajak yang ia selalu kenang, dari penyair Belanda Hanriette Roland Holst: "Kita adalah angkatan yang musti punah/Agar tumbuh generasi yang lebih sempurna di atas makam kami," tulis GM. Mantan Menkeu Chatib Basri juga menyampaikan duka cita lewat akun Twitter-nya. Chatib menjelaskan, Rahman merupakan sahabat sekaligus gurunya. "Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Duka yang amat dalam pagi: telah meninggal dunia sahabat, kakak dan guru saya A. Rahman Tolleng. Nama yang akan tercatat dalam sejarah politik Indonesia. Saya akan selalu kenang, diskusi dan obrolan politik kita. Selamat jalan Bos," tulis @ChatibBasri.