Jenderal Hoegeng yang bernama lengkap Hoegeng Imam Santoso ini lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, 14 Oktober 1921. Ia meninggal dunia di usia 82 tahun pada 14 Juli 2004. Selama berkarier, ia sempat menjabat sebagai Kapolri periode 1968-1971. Sejak dulu, Hoegeng sudah dikenal sebagai panutan di kalangan kepolisian. Ia dianggap sebagai sosok yang mampu menunjukkan nilai-nilai positif sebagai polisi.
Di usia 6 tahun, suami dari Meriyati Roeslani tersebut mengeyam pendidikan di sekolah Belanda (HIS). Jenjang pendidikannya berlanjut di Rechts Hoge School Batavia pada 1940. Ia juga sempat menjalani latihan militer Nippon (1942) dan Koto Keisatsu Ka I-Kai (1943) selama masa penjajahan Jepang. Kariernya di kepolisian terbilang mulus. Ia sempat mengemban tugas sebagai Wakil Kepala Polisi Sie II Jomblang Semarang (1944), Kepala Polisi Jomblang (1945), dan Komandan Polisi Tentara Laut Jawa Tengah (1945-1946).
Saat menjadi Kapolri, Hoegeng melakukan beberapa pembenahan, khususnya terkait struktur agar menjadi lebih dinamis. Di bawah pimpinannya, Polri semakin aktif terlibat dalam organisasi internasional seperti International Criminal Police Organization (ICPO). Berkat peran aktif Polri, Jakarta pun ditunjuk sebagai lokasi untuk berdirinya Sekretariat National Central Bureau (NCB) Interpol.
Semasa hidupnya, ia juga sudah meraih banyak penghargaan. Beberapa di antaranya adalah Satya Lencana Ksatria Tamtama, Satya Lencana Penegak, Bintang Gerilya, Bintang Dharma, dan Satya Lencana Perang Kemerdekaan (I dan II). Reputasinya sebagai polisi jujur mulai terbentuk saat ia menolak menerima suap. Kala itu, tawaran untuk menerima suap datang saat Hoegeng sedang menangangi kasus penyelundupan mobil mewah.