Kristina Paskibraka Mamasa dan Anggie F Tamuntuan

Biografi Profil Biodata Paskibraka Kristina dan Anggie Fricilia Tamuntuan instagram ig Wikipedia IndonesiaKristina atau Christina siswi kelas 11 asal SMAN 1 Mamasa, Sulawesi Barat, lolos sebagai peringkat pertama anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka). Ia seharusnya mewakili Sulbar ke Istana Negara pada puncak HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus 2021. Namun, impiannya gagal. Hasil swab pertama yang menyebutkan ia positif Covid-19 menjadi dasar keputusan Dinas Pendidikan dan Olahraga (Dispora) Sulawesi Barat menganulir namanya. Namun, ia merasa janggal. Dua hari setelah swab pertama yang dilakukan di Puskesmas Binanga, Kristina kembali melakukan swab mandiri yang kedua kalinya di Puskesmas Mamasa dan hasilnya negatif. Meski tidak terbukti tidak terpapar Covid-19, Dispora Sulbar tetap mencabut hak Kristina menjadi Paskibraka mewakili Sulbar ke Istana Negara pada 17 Agustus 2021. 

Sosoknya digantikan oleh nama Paskibraka dari luar yang namanya tidak ada dalam rentetan peringkat yang telah diseleksi Dispora sebelumnya. Kristina pun memilih meninggalkan kamar kosnya di Kota Mamasa. Dia pulang kampung dan berkumpul bersama ayah dan ibunya di sebuah gubuk kecil. “Saat ini saya hanya bisa berdoa semoga Tuhan tetap memberi saya yang terbaik. Dan suatu saat saya bisa meraih impian dan cita-cita saya untuk membanggakan kedua orangtua,” tutur Kristina, Jumat (13/8/2021). Saat ditemui di kampung halamannya, Jumat (13/8/2021), Kristina tampak menghibur diiri dengan banyak melakukan rutinitas, termasuk sibuk membantu sang ibu memasak di dapur.
Kristina merupakan gadis berprestasi yang tinggal di pelosok Kota Mamasa. Jarak tempuh antara kota Mamasa dan tempat tinggal Kristina yang berada di Kecamatan Bambang, tepatnya di Desa Salutabang, ditempuh selama empat jam perjalanan dengan kondisi jalan setapak, jalan terjal, dan berlubang. Terlebih lagi, jika musim hujan seperti saat ini, kendaraan roda empat tak bisa melintas. Kristina lahir dan besar di rumah berukuran 4x3 meter, Baru tahun ini Kristina mendapatkan bantuan renovasi rumah dari Kementerian PUPR dan masih dalam tahap penyelesaian. Bungsu dari tiga bersaudara ini tinggal di Kota Mamasa selama sekolah dan ia mengontrak di sebuah kamar kos karena tak memungkinkan untuk bolak-balik setiap hari. Ayah Kristina merupakan seorang buruh tani dan ibunya seorang ibu rumah tangga.

Hingga saat ini, Kristina masih memilih tinggal di bersama orangtuanya dan belum tahu kapan kembali ke kota Mamasa lagi, apalagi saat ini ia melakukan sekolah via daring (online). Kristina sendiri bercita-cita menjadi polisi wanita agar bisa mengabdikan diri pada negara. Kristina berharap, meski gagal jadi Paskibraka, kelak ia bisa menjadi polwan yang baik dan mengabdi tulus pada negara. Berkirim surat Paman Kristina, Melki Sedek, juga ikut kecewa dengan apa yang dialami keponakannya. Melki sedek yang melupakan rasa kecewanya bahkan berkirim surat ke Presiden Jokowi. “Sejak Kristina gagal jadi Paskibraka, saya hanya terus mendampingi sambil berusaha memberi semangat agar tidak larut dengan kekecewaannya,” jelas Melki Sedek. Kristina sempat ditawari menjadi bagian Paskibraka di Provinsi Sulawesi Barat pada puncak peringatan HUT Kemerdekaan RI, tetapi dia menolak.

Kristina mengaku kecewa dan trauma gara-gara gagal lolos sebagai Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) nasional di Istana Negara. Padahal, saat seleksi tingkat provinsi, siswi kelas 11 SMAN 1 Mamasa, Sulawesi Barat, ini mendapat peringkat pertama. Dia akhirnya meninggalkan kamar kosnya di Mamasa kota, lalu memilih pulang kampung untuk menenangkan diri. Meski ada tawaran untuk menjadi bagian Paskibraka Provinsi Sulawesi Barat pada peringatan HUT ke-76 Kemerdekaan RI, Kristina menolaknya. Dia lebih ingin berkumpul bersama keluarga di rumahnya di Desa Salutabang, Kecamatan Bambang, yang berjarak empat jam perjalanan dari pusat Kota Mamasa. Di kampung, Kristina tampak menghibur diri dengan banyak melakukan aktivitas, termasuk membantu ibundanya memasak di dapur.