Mayor Arh. (Purn.) H. Yoyok Riyo Sudibyo (lahir di Batang, Jawa Tengah, 27 April 1972; umur 43 tahun) adalah Bupati Batang yang menjabat sejak 13 Februari 2012. Bersama wakilya Soetadi, ia dilantik 13 Februari 2012 setelah memenangkan pilkada Batang 2011 dengan perolehan 113.027 suara (40,03 persen) mengalahkan dua kandidat lainnya yakni Susi Iriani-Lafran Panca Putranto yang memperoleh suara sebesar 62.397 (22,10 persen), dan Dheddy Irawan-Mujarwo yang memperoleh suara sebesar 107.992 (37,87 persen).
Nama Yoyok Riyo Sudibyo, Bupati Batang (Jawa Tengah) tiba-tiba melejit di pentas nasional karena menerima Bung Hatta Anti-Corruption Award 2015. Ia terpilih penghargaan bergengsi tersebut bersama Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, Tri Rismaharini. Jika Risma telah banyak dikenal publik dengan sepak terjangnya selama memimpin Surabaya, tak banyak yang mengenal Yoyok Riyo Sudibyo. Namun begitu melihat jejak kariernya hingga menjadi Bupati, barulah kita berdecak kagum.
Betapa tidak, ia berani memutuskan mundur dari dunia yang didambakan banyak orang, yakni dunia militer. Bahkan alumni Akmil 1994 itu telah berpangkat Mayor saat memutuskan pensiun dini tahun 2007. Jika saja ia tetap melanjutkan kariernya di TNI, bukan tak mungkin pangkatnya kini sudah letnan kolonel bahkan kolonel. Yoyok mengakui bahwa tantangan terberat dalam kariernya adalah datang dari orangtua. Betapa tidak saat itu ia menjadi anak kebanggaan karena seorang Perwira TNI. Tiba-tiba memutuskan mundur hanya untuk berdagang. Saat itu, Yoyok pun sempat dicap “mayor edan” karena memilih keluar dari TNI.
Namun oleh rekan bisnisnya, pemilik distro dari Bandung, justru posisi Yoyo dianggap unik. Setiap ada acara termasuk seminar, Yoyok diajukan sebagai pembicara. “Temanya, tentara, dagang kok bisa…” kata Yoyok di acara Mata Najwa Metro TV. Ternyata pengalaman hidupnya tak kalah sukses justru setelah keluar dari militer. Ketika kembali ke tanah kelahirannya, Batang, Yoyo bukanlah siapa-siapa. Namun karena keuletannya, ia sukses di dunia dagang, bahkan politik. Tahun 2011, tatkala suasana Pilkada Batang mulai terasa, oleh sekelompok orang Yoyo pun dicalonkan untuk menjadi Bupati. Yoyo yang semula tak berminat akhirnya menyatakan bersedia. “Masa kamu yang tentara nggak berani,” kisah Yoyok, tentang candaan adiknya yang seorang anggota Brimob.
Selanjutnya, Yoyok dipasangkan dengan Sutadi, Sekda Pemkab Batang. Yoyo-Sutadi pun sukses mengalahkan dua pasangan lainnya. “Menjadi bupati merupakan pengalaman paling dahsyat dalam hidup saya. Ini jauh lebih sulit dibandingkan saat saya menjalankan operasi militer,” demikian ungkap Yoyok seperti dikutip dari harian Kompas edisi Kamis. Ternyata, sebagai Bupati, Yoyok pun sukses menjalankan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Pada 2012, pendapatan asli daerah (PAD) Batang hanya Rp 67 miliar. Pada 2014, PAD Batang menjadi Rp 186 miliar dan diharapkan pada 2017 menjadi lebih dari Rp 200 miliar.
Pada tahun 2014, untuk pertama kalinya, Batang pun berhasil meraih Piala Adipura. Lalu sebagai Bupati, setahun kemudian, ia menerima Bung Hatta Anti-Corruption Award 2015. Penghargaan itu diberikan karena Yoyok berhasil menerapkan transparansi anggaran dan pembangunan. Mulai 2012, Pemkab Batang bekerja sama dengan Ombudsman RI di bidang layanan publik, termasuk mulai menerapkan lelang jabatan. Yoyok juga membentuk Unit Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik (UPKP2) Kabupaten Batang pada 2013. Hasilnya, sistem layanan pengadaan secara elektronik (LPSE) Batang pada 2014 meraih standar ISO 27001 dari Lembaga Sertifikasi Internasional ACS Registrars.