Profil Citra Wahidahtul Janah Ratu Jamu Gendong

Foto Profil Biodata Citra Wahidahtul Janah Ratu Jamu Gendong Indonesia 2014Citra Wahidahtul Janah (21) seorang Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) asal Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, terpilih sebagai Ratu Jamu Gendong Indonesia 2014. Citra menyisihkan 10 finalis lainnya dari beberapa kota di Indonesia. Dia memenangkan kontes itu karena keahliannya meracik jamu. Perempuan berusia 21 tahun itu memikat hati dewan juri karena kepiawaiannya meracik aneka rempah-rempah menjadi jamu tradisional. Citra juga dinilai paling luwes tatkala menyajikan jamu racikannya kepada para konsumen.

Wajah Citra Wahidahtul Janah langsung memerah begitu dewan juri menetapkannya sebagai pemenang kompetisi Ratu Jamu Gendong Indonesia garapan PT Jamu Jago Semarang. Wanita akrab dipanggil Ida itu tak kuasa menahan emosi. Dia langsung duduk dan sujud syukur di atas panggung di kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Minggu (7/12). Ida tidak memedulikan mahkota yang baru saja dikenakankanya terjatuh dan berguling di panggung. Dia justru melempar senyum ke semua hadirin kemudian memeluk Ratu Jamu Gendong 2013, Any Poncowati.

Wanita muda dengan satu anak ini terlihat begitu emosional sebab untuk meraih prestasi itu dia harus melalui perjalanan yang panjang. Meski berasal dari Desa Semawung Daleman, Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, dia harus mengikuti seleksi dari Kota Semarang. Proses seleksi yang panjang itu dirasa cukup melelahkan. Atas keberhasilannya itu, dia akan dikontrak selama dua tahun menjadi duta produk-produk PT Jamu Jago.

Ida mengungkapkan punya tanggungan biaya kuliah di UMP. Dia harus membayar biaya kuliah sebesar Rp 2,5 juta per tahun ditambah biaya tes, buku dan lainnya. Sebagai juara pertama, Ida mendapatkan hadiah sebesar Rp 15 juta. Di UMP, Citra wahidahtul Janah tercatat sebagai mahasiswi Jurusan Pendidikan Matematika semester lima. Di sela-sela jadwal kuliah yang padat dan mengurus keluarga, Ida membantu tantenya, Harmi, berjualan jamu di Kutoarjo. Hal itu dilakukan demi mencari biaya kuliah dan menambah penghasilan keluarga.

Meski berstatus mahasiswi, perempuan kelahiran 23 Januari 1993 tersebut sama sekali tidak malu berjualan jamu. Dia juga tidak merasa terganggu dengan ulah iseng sebagian pembeli. Dia merasa berjualan jamu sudah menjadi bagian dari hidupnya. Di keluarga besarnya, tak hanya Harmi dan Ida yang berjualan jamu. Nenek buyutnya, almarhum Ensyiah, juga berjualan jamu racikan sendiri. Ensyiah berjualan jamu dengan cara digendong berkeliling dari kampung ke kampung.

Sebagai penjual jamu, Ida rutin mengonsumsi jamu racikan sendiri, seperti kunir asem, beras kencur, dan lainnya. Alumnus SMP 12 dan SMA 11 Purworejo itu mengungkapkan, akan mempromosikan jamu ke segenap lapisan masyarakat. Dia menilai jamu merupakan warisan nenek moyang yang harus dilestarikan. Jamu tidak mengandung bahan kimia sehingga sehat dan menyehatkan. Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki keanekarahaman hayati yang bisa menjadi sumber bahan jamu.

Selain Citra, Eka Sulastri yang berasal dari Kabupaten Garut, Jawa Barat, terpilih sebagai pemenang Jamu Gendong Teladan 2014 setelah menyisihkan 10 finalis dengan kategori yang sama. Eka dinilai paling telaten namun cekatan ketika menghaluskan aneka bahan tanaman seperti jahe, kencur, beras, dan daun-daunan untuk menjadi jamu. Pada kategori ini, pengalaman serta dedikasi terhadap profesi penjual jamu gendong juga menjadi penilaian dewan juri. Perempuan berusia 36 ini mengaku mulai meracik jamu sejak umur 16 tahun.

Selepas menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP), Eka langsung terjun untuk meracik jamu dan berbisnis jamu keliling hingga Bandung, Jawa Barat. Resep racikan jamunya diperoleh Eka dari keluarganya yang memang sudah berjualan jamu turun-temurun. Grand Final Pemilihan Ratu Jamu Gendong dan Jamu Gendong Teladan Indonesia 2014 diselenggarakan di pelataran Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (7/12/2014). Kontestasi ini diselenggarakan oleh perusahaan jamu PT Jamu Jago bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Magelang dan PT Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB).

Direktur Utama PT Jamu Jago, Ivana Suprana, mengatakan ajang ini digelar sejak tahun 1980 silan. Namun setelah itu vakum dan kembali digelar rutin mulai tahun 2008. Menurut Ivana, kontestasi ini merupakan wujud partisipasi aktif untuk melestarikan jamu tradisional Indonesia, serta merupakan upaya untuk terus menggalakkan budaya minum jamu di masyarakat terutama di kalangan generasi muda. Para pemenang kompetisi ini, lanjut Ivana, akan menjadi duta jamu Indonesia. Mereka akan bertugas mempromosikan jamu sebagai obat tradisional asli Indonesia di acara-acara berskala nasional maupun internasional. Pihaknya berharap melalui kegiatan ini, masyarakat semakin mencintai jamu serta menghargai penjual jamu sebagai profesi yang luhur.