Fariz Rustam Munaf yang lebih dikenal dengan nama Fariz RM (lahir di Djakarta, 5 Januari 1959; umur 56 tahun) adalah seorang penyanyi dan musikus Indonesia. Dia dikenal masyarakat melalui lagu-lagu ciptaannya, seperti Barcelona dan Sakura, yang sempat menjadi hits pada awal dekade 1980-an. Fariz lahir dari keluarga pemusik, pasangan Rustam Munaf asal Minangkabau dan Hj. Anna Reijnenberg seorang campuran Belanda-Betawi. Ayahnya adalah seorang penyanyi di RRI Jakarta, sedangkan ibunya adalah seorang pelatih piano. Sejak kecil ia telah diperkenalkan kepada dunia musik. Selain pada ibunya, Fariz belajar piano pada Sunarto Sunaryo dan Prof. Charlotte Sutrisno JP.
Karier bermusiknya dimulai pada usia 12 tahun, saat berteman dengan Debby Nasution dan Odink Nasution, membentuk "Young Gipsy" yang membawakan musik blues dan rock. Selanjutnya, Fariz bekerja sama dengan Addie M.S., Adjie Soetama, dan Iman R.N., membuat operet pada acara perpisahan dan grup vokal sekolahnya. Jalan ke dunia musik profesional mulai terbuka pada tahun 1977. Bersama Adjie Soetama, Raidy Noor, Addie MS, dan Ikang Fawzi yang merupakan teman sekolahnya di SMA Negeri 3 Jakarta, ia mengikuti Lomba Cipta Lagu Remaja yang diadakan oleh Radio Prambors Jakarta. Meski hanya meraih juara III, namun tawaran dari berbagai grup band mulai berdatangan.
Fariz melanjutkan kuliah di ITB jurusan Seni Rupa pada tahun 1978. Fariz pun mencoba untuk mengembangkan dan menimba ilmu serta menambah pengalaman dengan bergabung di dua grup musik beraliran rock, Giant Step dan The Rollies. Fariz menjadi musisi pengganti untuk posisi keyboard Giant Step untuk penampilan panggung, dan menggantikan posisi pada drum untuk karya-karya pentas The Rollies. Fariz juga pernah membantu mengiringi kelompok musik dari Bandung pimpinan Harry Roesli, Harry Roesli Kharisma, pada tahun 1979. Pada tahun 1980, Fariz merilis album keduanya yang bertajuk Sakura. Di album ini, dengan sistem rekam overdubbed, Fariz memainkan berbagai instrumen, seperti drum, kibor, gitar, bas, perkusi, sendirian. Bisa jadi Fariz terinsiprasi Stevie Wonder atau Mike Oldfield, pemusik yang bermain tunggal dalam sejumlah album rekamannya. Warna musiknya pun fresh dan groovy. Album ini sukses besar. Fariz kemudian merilis album perdananya yang belum sempat dirilis.
Di saat tren musik di negeri ini masih terbuai dalam balada yang mendayu-dayu, Fariz malah menawarkan konsep musik yang danceable ala Earth Wind & Fire dengan penonjolan pada aransemen brass section sebagai aksentuasi dan teknik bernyanyi falsetto. Setahun kemudian, Fariz R.M. membentuk grup Transs, yang personelnya antara lain Erwin Gutawa, pemusik yang sekarang banyak dikaitkan dengan aransemen berbau orkestral. Dengan Transs, Fariz menawarkan konsep musik fusion , yang akhirnya membuat sejumlah grup musik terinspirasi untuk menggarap musik fusion, yang memadukan jazz dan rock. Transs adalah grup yang maunya beridealisme tinggi. Ini terlihat dari kalimat yang tertera pada sampul album Transs, Hotel San Vicente (1981): "pembaharuan musik Indonesia dalam warna, personalitas, dan gaya". Boleh jadi kalimat itu berkonotasi gagah-gagahan belaka. Namun patut diakui, sejak pemunculan Transs, mulailah muncul grup-grup fusion seperti Krakatau, Karimata, Emerald, dan lain-lain
Pada tahun 1983, Fariz bergabung dengan Iwan Madjid dan Darwin B Rachman membentuk kelompok musik Wow!. Mereka bertiga, Iwan (vokal, piano, keyboard), Darwin (bas), dan Fariz (drum) kemudian merilis album bertajuk Produk Hijau. Wow! tetap menghadirkan nuansa rock progresif lewat lagu-lagu seperti "Pekik Merdeka", "Armageddon", hingga "Purie". Dhewayani. Setelah debut album dirilis, Fariz RM mengundurkan diri dari formasi Wow! karena alasan sakit. Saat itu, selain bergabung dengan Wow!, Fariz juga aktif di kelompok Symphony hingga Jakarta Rhythm Section, serta beberapa proyek album solonya. Setelah itu, Fariz terus menelurkan karya-karyanya, baik di Indonesia maupun internasional. Selama 25 tahun kariernya sejak tahun 1978 hingga 2003, Fariz telah menghasilkan 20 album solo, 72 album kolaborasi, 18 album soundtrack, 27 album produksi dimana dia berperan sebagai produser, serta 13 album internasional yang dirilis di Eropa dan Asia Pasifik. Di antara lagu-lagu ciptaannya yang terkenal hingga sekarang adalah "Barcelona", "Nada Kasih" (duet dengan Neno Warisman), "Susie Bhelel", "Menggapai Bintang" (Symphony), "Selamat Untukmu" (Jakarta Rhythm Section), dan "Renungan" (Dibayang Dewasa) yang menampilkan duet Fariz RM dengan Marissa Haque.
Fariz pernah 'menghilang' sekitar 10 tahun dari panggung musik Indonesia. Untuk membuktikan eksistensinya, Fariz menggelar konser terbesarnya, yaitu Pagelaran Zaman Emas Fariz RM, 21 Agustus 2003 di Plenari Hall, JCC Jakarta. Konser tersebut menghadirkan pula keponakannya Sherina Munaf, Reza Artamevia, Titi DJ, Katon Bagaskara, Warna, /rif, dan Syaharani. Tak hanya itu, Dwiki Dharmawan ditunjuk untuk menggarap komposisi lagu dalam konser tersebut. Meski Fariz tetap memperlihatkan kepiawaiannya, konser tersebut dinilai gagal karena jumlah penonton yang hadir terbilang cukup sedikit (hanya 2000 orang dari kapasitas 5000). Selain itu, Fariz dinilai terburu-buru, karena setelah menghilang sekian tahun, tiba-tiba muncul dengan konser akbarnya.
Usai menjalani masa hukuman, Fariz menggelar konser tunggal yang bertajuk Anthology Live Concert, di Rolling Stone Live Stone, Jln. Ampera Raya No.16, Cilandak Timur, Jakarta Selatan, 25 Juli 2008. Pada konser tunggalnya tersebut Fariz berkolaborasi dengan artis-artis muda antara lain adalah Sherina Munaf, Koil, dan White Shoes & The Couples Company. Dibulan Oktober mendatang, Fariz RM & Dian Permana Putra ingin meluncurkan sebuah karya baru dialbum baru yaitu Fariz RM & Dian Permana Putra in Collaboration. Dialbum ini, Fariz RM & Dian Permana Putra akan.berkolaborasi dengan Sandy Sondoro, Fatin Shidqia, Angel Pieters, 3 Composer, dan lain lain dialbum ini. Dialbum ini berisikan 11 lagu, yang diluncurkan pada Oktober mendatang, Album ini akan dijual direstoran KFC seluruh Indonesia.