Selesai kuliah di UGM, Siwi ingin sekali menerapkan ilmu antropologi dalam bidang bisnis. Siwi mengawali karier selama 1 tahun pada bidang riset di satu perusahaan yang menjadi cikal bakal stasiun Indosiar. Dia kemudian melanjutkan kuliah di Monash University. Waktu kuliah, Siwi sudah tertarik di bidang pertelevisian dan baru berkarier di bidang riset di salah satu stasiun pertelevisian. Dia tertarik menerapkan ilmu antropologi dan sosialogi di industri pertelevisian. Dia melihat bidang tersebut bisa menjadi inti dari industri pertelevisian karena bisa menggabungkan antara hasil riset dan kreativitas.
Harsiwi sejak kecil sudah menyukai kesenian terutama seni tari dan membaca puisi. Dia menguasai banyak tari Jawa dan sering meraih juara dalam berbagai perlombaan di daerahnya. Dia mengaku bakat seninya tidak berasal dari kedua orang tuanya, tapi diperoleh dari pengaruh lingkungan. Pasalnya, ayahnya bekerja di pemerintahan, sedangkan ibunya mempunyai usaha pemasaran garmen termasuk batik. Kesenangannya terhadap seni pun dikembangkannya dengan memilih Jurusan Antropologi di Universitas Gajah Mada. Sebelum lulus kuliah, Siwi tertarik bekerja menjadi wartawan dan melamar bekerja pada satu surat kabar di Yogyakarta.
Prestasi anak keempat dari delapan bersaudara ini juga terlihat dari hasil akademiknya. Waktu lulus di UGM, meraih prestasi mahasiswa terbaik se-universitas tersebut. Setelah lulus, Siwi ditarik untuk menjadi dosen di perguruan tinggi tersebut. Namun, panggilan hatinya berkata lain. Dia ingin mengaplikasikan ilmu antropologi di bidang bisnis karena telah banyak melakukan penelitian-penelitian tentang budaya dan manusia. Lalu dia hijrah ke Jakarta dan bekerja di bidang riset. Namun, keinginannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi senantiasa bergelora. Terlebih lamaran beasiswanya diterima di Monash University, Melbourne Australia.
Pada era 1990-an televisi swasta di Indonesia mulai berkembang. Melihat kondisi itu, Siwi akhirnya tertarik untuk mendalami berbagai hal tentang pertelevisian di luar negeri. Penelitian-penelitian di bidang sosial sudah didalaminya. Sekarang dia mempunyai kekuatan di bidang tersebut. Saat ini Siwi menilai industri pertelevisian nasional sangat dinamis. Pergerakannya cepat, sehingga riset tidak bisa lama-lama.
Siwi mengklaim SCTV menjadi stasiun yang menayangkan acara produksi dalam negeri paling besar dibandingkan dengan stasiun televisi lainnya. Dia suka bekerja di pertelevisian karena industri ini dinilai dinamis dan generasi muda menjadi salah satu inspirasinya. Untuk menghadapi kompetisi di industri pertelevisian yang ketat, menurutnya, setiap waktu diperlukan ide kreatif. Ide kreatif, memang bisa didapatkan dari mana saja dan kapan saja. #Lihat pula : Daftar Lengkap Peserta Lida 2 Liga Dangdut
Pada era 1990-an televisi swasta di Indonesia mulai berkembang. Melihat kondisi itu, Siwi akhirnya tertarik untuk mendalami berbagai hal tentang pertelevisian di luar negeri. Penelitian-penelitian di bidang sosial sudah didalaminya. Sekarang dia mempunyai kekuatan di bidang tersebut. Saat ini Siwi menilai industri pertelevisian nasional sangat dinamis. Pergerakannya cepat, sehingga riset tidak bisa lama-lama.
Siwi mengklaim SCTV menjadi stasiun yang menayangkan acara produksi dalam negeri paling besar dibandingkan dengan stasiun televisi lainnya. Dia suka bekerja di pertelevisian karena industri ini dinilai dinamis dan generasi muda menjadi salah satu inspirasinya. Untuk menghadapi kompetisi di industri pertelevisian yang ketat, menurutnya, setiap waktu diperlukan ide kreatif. Ide kreatif, memang bisa didapatkan dari mana saja dan kapan saja. #Lihat pula : Daftar Lengkap Peserta Lida 2 Liga Dangdut