Raeni. Gadis kelahiran Kendal, 13 Januari 1993, mengubah perihnya kehidupan keluarga menjadi kesuksesan. Siapa yang menyangka, putri pengayuh becak ini menjadi mahasiswi lulusan terbaik Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang (UNNES) tahun 2014. Telah ia buktikan indeks prestasi 4 (summa cumlaude) diraihnya. Ia lulus dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,96.
Ia mendapat jamuan Presiden SBY sebagai mahasiswi penerima beasiswa bidik misi. Bahkan, sebuah foundation melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menawarinya beasiswa melanjutkan pendidikan pascasarjana ke Inggris. Di balik semua pencapaiannya yang luar biasa, Raeni gadis desa biasa. Kendati sang Ayah hanya mampu menamatkan pendidikan sampai bangku SD, namun nasihat mengalir dari sang ayah. Ia mengaku, ayahnya menjadi motivasi dan mengajarinya kehidupan.
Raeni dikenal sebagai Muslimah yang taat beribadah. Kegemarannya bertilawah (membaca Alquran) membuatnya tergabung sebagai anggota One Day One Juz (ODOJ). Ia mengaku, setiap hari membaca Alquran satu atau dua juz. Menurutnya, ibadah sumber kekuatan beraktivitas. Kendati ia mendapatkan peringkat akademis yang tinggi, ternyata gadis ini mengutamakan bertilawah Alquran ketimbang berkutat dengan diktat-diktat kuliahnya.
Raeni mengisahkan, waktu KKN ia mengalami penurunan semangat beribadah. Ketika itu, akibat kecerobohannya, Raeni kehilangan uang yang jumlahnya banyak. Ia panik karena kebutuhan dan kewajiban kuliah harus dilunasi. Ia pun merenung. Ia menganggap musibah menimpanya merupakan peringatan Allah atas kelalaiannya beribadah. Semenjak itu, ia tak mau bermalas-malasan beribadah. Tilawah minimal satu juz merupakan kewajiban baginya setiap hari. Di samping itu, ia menambah dengan surat lain, seperti surah Yasin atau mengulang hafalan Alquran.
Raeni bertekad selama Ramadhan ini mengkhatamkan tilawah Alquran beberapa kali. Ia mengaku mengkhususkan waktu untuk tilawah, yakni selepas tarawih (sebelum tidur) dan setelah sahur. Selepas shalat Subuh ia melanjutkan tilawah Alquran untuk mengejar targetnya. Ditanya mengenai cita-cita, Raeni menjawab ingin menjadi guru atau dosen. Di samping itu, ia ingin mengangkat ekonomi kedua orang tuanya agar tidak letih mengayuh becak. Ia bahkan bertekad memberangkatkan kedua orang tuanya ke Tanah Suci.
Kendati demikian, tekad Raeni tak pudar. Ia ingat kerja keras bapak dan ibunya sehingga menghantarkannya bisa kuliah. Raeni mengisahkan, bagaimana ia diantar sang bapak dari Kendal ke Semarang pagi-pagi untuk mengikuti tes. Padahal, bapaknya baru pulang ke rumah pukul lima pagi. Dulu, ia agak minder dengan teman-temannya karena bapaknya seorang pengayuh becak. Namun, ia sadar, tak ada yang lebih mulia di sisi Allah kecuali derajat ketakwaan.
Saat ini, sang ayah tidak lagi bekerja sebagai pengayuh becak. Karena prestasi Raeni, Bupati Kendal menerima sang ayah sebagai tukang kebun di rumah dinasnya. Namun, saat Raeni melihat tukang becak, matanya berkaca-kaca. Selalu saja, ia seperti melihat ayahnya. Raeni tak tega melihat tubuh sang ayah bermandi keringat mendorong becak. Namun akhirnya, keduanya pun sampai di kampus UNNES. Senyum bangga di wajah sang ayah, Mugiyono, membawa penumpang wisudawan terbaik tahun ini, yang tak lain adalah putrinya.