Drs. Ade Komarudin, MH (lahir di Purwakarta, Jawa Barat, 20 Mei 1965; umur 50 tahun) adalah seorang politikus senior Partai Golongan Karya yang telah menjabat sebagai anggota DPR RI selama lima periode berturut-turut. Pria yang merupakan alumnus Universitas Islam Negeri, Jakarta ini sejak tahun 1997 telah berhasil duduk di kursi DPR RI hingga tahun 2019. Mengawali karier politik dengan bergabung menjadi anggota partai Golongan Karya, karier politik Ade Komarudin terus menanjak. Ia pernah menjabat menjadi wakil sekretaris jenderal di dua organisasi kepemudaan yang berbeda, yakni Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) sejak tahun 1993 hingga tahun 1998.
Pada tahun 2010, Ade Komarudin melakukan langkah besarnya dalam kariernya dengan maju turut serta dalam bursa pemilihan ketua umum Sentra Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia atau SOKSI. Kendati saat itu Ade Komarudin mencalonkan dirinya dalam pemilihan tanpa didampingi adanya tim sukses, namun dirinya telah mendapat banyak dukungan kuat dari sejumlah pengurus SOKSI di daerah. Selain mendapat dukungan dari beberapa tokoh didaerah, Ade Komarudin juga memperoleh dukungan dari sejumlah tokoh Partai Golkar, seperti Akbar Tanjung. Setelah melalui proses pemilihan yang panjang, Ade Komarudin berhasil keluar sebagai pemenang.
Ade Komarudin selanjutnya memimpin SOSKI dibantu seorang wakil ketua umum, yakni Ria Ru-mata Aritonang, serta 22 orang ketua. Sekjen dijabat Lawrence Siburian dengan 23 wakil sekjen, serta bendahara umum dijabat Melchias M Mekkeng yang dibantu 23 wakil bendahara umum. Kepengurusan itu juga dilengkapi 22 departemen. Dengan demikian, total pengurus sebanyak 150 orang. Pelantikan Ade beserta jajarannya sendiri dilakukan pada tanggal 25 Juni 2010 dan dilakukan pendiri SOKSI Prof. Suhardiman yang didampingi Ketua Umum DPP Partai Golkar pada saat itu, Aburizal Bakrie. Ia terpilih menjadi Ketua Fraksi Golkar di DPR untuk periode 2014 - 2019.
Ade Komarudin ditunjuk sebagai pengganti Setya Novanto untuk menjadi ketua DPR. Kendati belum dilantik, pria yang akrab disapa Akom itu tetap menunggu proses politik yang tengah berlangsung terkait pengunduran diri Setya Novanto. "Saya mau menunggu proses politik dulu. Kita tunggu dulu. Kalau itu sudah terjadi saya akan berikan arah yang mau saya bangun di DPR sesuai harapan masyarakat Indonesia," ujar Akom di Gedung DPR, Senayan, Jumat 18 Desember 2015. Dia mengungkapkan, pihaknya akan mengintensifkan komunikasi dengan seluruh fraksi tanpa terkecuali. Apabila terjadi sesuatu dengan DPR, pemimpin-pemimpin fraksi yang pertama kali akan ditemuinya. "Fraksi-fraksi itu sesungguhnya kalau dalam istilah perusahaan, sebagai pemegang saham DPR. Termasuk misalnya soal disiplin anggota, termasuk soal legislasi yang kurang produktif sekarang ini," jelas dia.
Dia menilai saat ini DPR harus memperhatikan pengawasan yang bersifat konstruktif. Selain itu juga terkait pembahasan anggaran yang mengutamakan kemaslahatan rakyat Indonesia. "Kita tahu negara ini pada posisi menghadapi arus global, terutama melambatnya ekonomi dunia. Tidak ada pilihan bagi kita DPR dan seluruh rakyat agar negara ini terus survive menuju kemajuannya," tutur Akom. "Maka pengawasannya pun harus konstruktif yang bisa menyelesaikan masalah bangsa, bukan yang membuat masalah. Pengawasan itu kan berasal dari masalah, kita tidak boleh mempermasalahkan masalah-masalah itu, kita mencari titik temu solusi untuk selesaikan masalah itu," pungkas Akom.