Dicky Zaenal Arifin Pria kelahiran Bandung, 22 Maret 1968 ini bertindak sebagai ketua Yayasan Hikmatul Iman memiliki misi utama membina dan mengembangkan syiar Islam disamping membentuk pribadi yang berahlakul karimah, membina mental spiritual generasi muda yang sehat, dan membantu pemerintah dalam melakukan pembangunan nasional baik di bidang pendidikan, sosial ekonomi, dan kesehatan masyarakat. Kiprahnya yang fenomenal ini membuat dirinya tercatat sebagai salah satu tokoh dalam 101 tokoh "Profil Top Indonesia" yang diterbitkan Pusat Profil dan Biografi Indonesia
Dicky menikahi Risti Aristia Finia 25 Maret 1995, yang juga sama-sama alumnus STKS Bandung. Hanya Risti masuk 2 tahun setelah Dicky mengakhiri studinya. Mereka mengaku hanya kenal tak kurang dari 3 bulan. Setelah menikah, banyak hikmah yang didapatkannya. Setidaknya alumnus SMU 2 Bandung ini semakin memahami hakikat interaksi sosial. Baginya, sikap ingin menang sendiri tidak boleh muncul dalam keluarga, semuanya memiliki hak dan kewajiban untuk saling melengkapi dan memberi. Keluarga adalah amanah yang harus dijaga dengan baik. Sesibuk apa pun setiap hari harus ada waktu untuk mereka.
Dicky Zaenal Arifin adalah Guru Besar Lembaga Bela Diri Hikmatul Iman Indonesia merupakan sosok yang disegani. Baginya hidup adalah ibadah dan itulah visi dan misi hidupnya. Ayah dari Pertala Maruta Mandraguna dan Reksa Gumarang Kencana ini mendirikan Yayasan Hikmatul Iman Indonesia, 20 April 1989. Dua divisi utamanya Lembaga Seni Bela Diri Hikmatul Iman (LSBD HI) dan Hikmatul Iman Therapy House (HITH) telah berkembang dengan pesat. Dicky yang bertindak sebagai pendiri sekaligus guru utama mengajarkan beberapa materi bela diri berupa tenaga dalam, tenaga metafisika, dan silat.
Sebagai penemu bela diri ini, alumnus Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung ini mengaku mulanya tidak menyadari kalau dirinya memiliki kelebihan-kelebihan tertentu, khususnya dalam tenaga dalam. Seiring dengan perjalanan waktu, kesadaraan atas kelebihan yang dimilikinya mulai berkembang dalam diri Dicky. Lantas, ia pun berpikir untuk mengaplikasikan kelebihannya itu hingga dapat berguna bagi masyarakat banyak. Dicky pun mulai menggunakan kelebihannya untuk melakukan pengobatan.
Secara langsung dia melakukan terapi pada pasien, namun ia mengakuinya juga sebagai sarana latihan. Walaupun latar belakang pendidikannya ilmu sosial, namun penemu teknologi untuk mengaktifkan sel otak ini (brain activator) berhasilkan membuat berbagai temuan hanya dengan bermodal kemampuan kritisnya dalam berpikir dan memahami ayat-ayat Alquran. Ia berhasil menemukan mikroba negatif yang bermanfaat, juga beberapa penemuan tentang gelombang elektromagnetik dan pupuk serta pakan organik.