Intan Olivia Marbun Banjarnahor, bocah perempuan usia dua tahun enam bulan menjadi korban ledakan bom molotov di pekarangan Gereja Oikumene, Samarinda. Duka menyelimuti keluarga besar Pungaran Banjarnahor, kakek Intan yang tinggal di Jalan Ringroad, Gang Guntur, Medan Sunggal, Kota Medan, Senin (14/11/2016). Tamu-tamu berdatangan menyampaikan ucapan belasungkawa. Rumah ini ditinggali Agustini Banjarnahor, bibi Intan. Sementara Pungaran memilih terbang ke Samarinda untuk melayat cucunya, Intan.
Agustini meneteskan air mata melihat foto Intan lewat layar ponsel. Perempuan berkulit putih ini terakhir bertemu Intan tiga pekan lalu. Intan dibawa orangtuanya melayat ke rumah bibinya, Dewi Sartika boru Banjarnahor (34). Dewi adalah saudara perempuan Anggiat Manumpak Banjarnahor, ayah Intan. Intan menyapa Dewi dengan sebutan namboru, atau bou. Setelah menghadiri pemakaman Dewi di Simalingkar pada 25 Oktober lalu, Intan bersama keluarga besarnya ke Aek Kenopan, Labuhan Batu Utara. Mereka melayat ke rumah opung Intan yang juga meninggal karena sakit.
Dia berharap pelaku bom di Gereja Oikumene mendapat hukuman yang berat. Apalagi, perbuatannya telah menewaskan keponakannya yang masih balita. Kejadian malam yang beruntun ini membuat Agustini sangat sedih. Dalam sebulan ia kehilangan tiga anggota keluarga, yakni ibunya, kakak kandungnya Dewi dan Intan, keponakannya. Linimasa pun dipenuhi ungkapan duka, sedih, dan marah setelah bom meledak di pelataran Gereja Oikumene, Sengkotek, Samarinda Kalimantan Timur, Minggu (13/11) lalu. Empat balita mengalami luka bakar akibat ledakan bom molotov, satu di antaranya Intan Olivia Marbun berusia dua tahun, meninggal dunia Senin (14/11) akibat luka bakar yang diderita hampir di seluruh tubuhnya.