Adam Alis Setyano yang lahir di Jakarta, Indonesia, 19 Desember 1993; umur 23 tahun adalah pesepak bola Indonesia yang kini bermain untuk East Riffa di Liga Bahrain. Adam Alis adalah penggemar Inter Milan dia bermimpi suatu saat akan bermain untuk Inter Milan. Adam Alis agak-agak terharu ketika ia menceritakan perjuangan orang tuanya. Bagaimana tidak, ayah dan ibunya cukup bersusah payah untuk mewujudkan mimpinya jadi pesepakbola. Adam memang masih bisa berbicara dengan santai, tapi dari raut wajahnya tergambar jelas keharuannya ketika benaknya menjarahi memori bertahun-tahun silam. Adam ingat betul bagaimana sang ayah, yang merupakan pensiunan dari sebuah perusahaan swasta sampai rela meminjam uang dari saudara. Ketika itu, Adam hendak membeli sepatu bola, yang tentunya merupakan modal untuk bermain bola.
Yang tak juga ia lupakan adalah bagaimana sang ibu selalu ikut menemaninya bermain di mana pun. Baginya, keliling ke berbagai tempat bersama sang ibu merupakan pengalaman terbaiknya ketika baru akan merintis karier menjadi pesepakbola. Adam pun terkekeh ketika mengingatnya sekarang. Dia nekat memboncengi ibunya dari Cibubur ke Tangerang, padahal ketika itu ia belum punya SIM. Adam sudah menyukai olahraga si kulit bundar sedari kecil. Tapi ketika itu, ia tak berpikir bisa menginjakkan kakinya di Liga Indonesia karena menurutnya sepakbola adalah sebuah hobi dan hiburan. Sampai pada akhirnya dia mengikuti turnamen yang mewakili RT kampungnya di Jakarta dan mengantarkannya juara. Ketua RT tempat tinggalnya lantas melontarkan pujian hingga memprediksi bahwa dia akan menjadi pemain hebat.
Berangkat dari situ, Adam mulai serius menekuni hobinya bermain sepakbola. Tapi, terkadang keinginan tak berjalan mulus. Selain urusan keuangan, Adam juga mendapatkan cibiran. Beberapa tetangga di dekat rumahnya memandang sinis niat Adam untuk menjadi pesepakbola. Raut wajahnya jadi agak serius ketika menceritakan soal cibiran-cibiran tetangganya itu. Setelah beberapa tahun berlalu, mereka yang mencibir itu pun mengubah pandangannya. Melihat Adam kini bisa menghidupi diri dengan bermain sepakbola, mereka malah menaruh rasa hormat. Setelah bermain dari turnamen antar-RT, Adam kemudian bergabung ke SSB Persigawa dan tampil di final Danone National Cup wilayah Jakarta. Ia lalu menghabiskan masa-masa SMP dan SMA-nya di SSB AS-IOP. Tapi, tidak akan ada perubahan nasib jika tidak ada keberanian. Ketika Martapura FC mengadakan seleksi pemain di Jakarta, Adam memberanikan diri untuk ikut.
Tidak disangka oleh pemain kelahiran 19 Desember 1993 itu, ia dinyatakan lolos. Dia langsung diboyong untuk bergabung dengan Martapura FC. Adam cuma menghabiskan waktu satu tahun bersama klub Divisi Utama itu. Penampilannya yang selalu ngotot menarik perhatian tim-tim lainnya. Namun pada akhirnya Adam memilih Persija Jakarta. Alasannya sederhana: sejak kecil, ia memang sudah menggemari tim berjuluk 'Macan Kemayoran' tersebut. Benar saja, baru dua bulan memperkuat Persija, Adam mendapatkan panggilan untuk mengikuti seleksi timnas. Berbekal tidak hanya kemampuan, tetapi semangat dan optimisme, Adam pun akhirnya merasakan berseragam 'Merah-Putih' ketika tampil di Kualifikasi Piala Asia U-23. Di ajang tersebut, Adam sempat mencetak satu gol dan satu assist.
Namun, langit tidak selamanya cerah. Ketika kariernya sedang menanjak, kondisi sepakbola Indonesia justru menghadapi masalah lantaran PSSI dibekukan FIFA dan kompetisi pun terhenti. Tapi, cuaca mendung bukan alasan untuk terkungkung dan tetap berdiam diri; Adam akhirnya memberanikan diri merumput di luar negeri di Liga Bahrain, membela East Riffa. Kariernya di East Riffa memang tidak lama. Tidak lama setelahnya, Adam akhirnya kembali ke tanah air dan kini tengah membela Barito Putera di Indonesian Soccer Championship. Meski begitu, Adam mengaku banyak mendapatkan pengalaman selama di Bahrain dan akan diterapkannya di Indonesia.
Kini, kendati dirinya perlahan-lahan bisa mewujudkan mimpi-mimpinya satu demi satu, Adam tak pernah lupa daratan. Ia juga sadar bahwa dia tak mungkin menjadi pesepakbola selamanya. Oleh karenanya, ia memilih untuk memperlakukan uang yang ia dapatkan dari bermain sepakbola sebaik-baiknya. Dari pendapatannya mengolah si kulit bundar, ia membangun kontrakan. Tidak lupa juga, Adam membalas perjuangan kedua orangtuanya. Sebagian pendapatannya juga diberikan kepada mereka. Ia juga berharap bisa membawa ibu dan ayahnya ke tanah suci Mekkah tahun depan untuk naik haji.