Ali Imron adalah terpidana seumur hidup dan mantan teroris Bom Bali I menceritakan pengalaman hingga menjadi bomber di Pulau Dewata. Perjalanan masa lalu kelam yang kini membawanya ke balik jeruji besi itu dengan lugas disampaikan kepada jemaah kajian Ramadan di Masjid Al Fataa, Menteng, Jakarta Pusat. Berawal dari Ali Ghufron alias Mukhlas yang pergi ke Afghanistan selama enam tahun pada 1984 hingga 1990. Kembali ke Tanah Air, dia dibekali sejumlah uang oleh Osama bin Laden untuk menjalankan aksi jihad di Asia, khususnya di Indonesia.
"Pesan Osama bin Laden dari Mukhlas saya dengar sendiri," tutur Ali di Masjid Al Fataa, Jalan Menteng Raya, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (28/6/2016). Setelah sejumlah perekrutan eksekutor bom, Ali kemudian bersama dengan sang kakak yakni Amrozi, melakukan perjalanan ke Solo untuk menggelar teknis pembagian tugas. Di lokasi sudah ada Mukhlas, Imam Samudera, dan rekan lainnya yang menunggu. Hasil pertemuan itu menetapkan Bali sebagai lokasi peledakan bom. Hati kecil Ali yang tergelitik pun akhirnya menuntun dia mempertanyakan alasan dari aksi heroik yang menurutnya janggal.
"Mereka bilang mau membalas Amerika dan sekutunya karena menyerang Afghanistan. Sudah saya protes kenapa serang bule di Bali? Disana kan (Afghanistan) yang nyerang tentara. Apa hubungannya? Kemudian saya tanya apakah semua Jamaah Islamiah sudah setuju semua dengan rencana ini?," beber dia. Sedikit keras, Ali mendapat jawaban dari Mukhlas. Dengan lantang saudaranya itu mengatakan bahwa semua itu adalah tanggung jawabnya. Masuk ke rencana awal, ada tiga jenis bom yang akan diledakan. Pertama, bom mobil yang dirakit dengan bobot mencapai satu ton. kemudian bom motor yang memiliki berat 50 kilogram. Terakhir bom rompi.