Kapten Laut (P) Haryanto, pilot helikopter Basarnas yang jatuh di Bukit Muntung, Gunung Butak, Desa Canggal, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Minggu (2/7/2017), berasal dari Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Anggota Skadron Udara 400/Wing Udara 1/Puspenerbal TNI AL itu menghabiskan masa kecil hingga remaja di Dusun Pelemwulung, Desa Pulorejo, bersama kedua orangtuanya yang berprofesi sebagai petani. Haryanto adalah putra pertama dari dua bersaudara pasangan Sali dan Marmi. Dia adalah alumni SMAN 1 Purwodadi serta lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) Surabaya. Sosoknya dikenal baik dan religius.
Jenazah Kapten Laut Haryanto tiba di rumah duka di desa Pulorejo kecamatan Purwodadi, Grobogan, Senin (3/7/2017). Jenazah dibawa ke musala setempat untuk disalatkan dan disemayamkan di rumah duka. Keluarga dan sejumlah pelayat yang menyambut kedatangan jenazah tak kuasa menahan tangisan. Tangisan sang istri, Khusnul, semakin menjadi saat jenazah dibawa masuk ke dalam rumah duka. Setelah 15 menit disemayamkan di rumah duka, jenazah dibawa ke pemakaman desa setempat. Proses pemakaman dilakukan secara militer.
Untuk menghormati jasa-jasanya, korban kami hadiahkan kenaikan pangkat satu tingkat menjadi Mayor Laut Anumerta. Korban selama ini memiliki prestasi yang terbilang apik. Terakhir, korban diperbantukan menjadi pilot Basarnas, dipercaya mengawaki helikopter Dauphin yang dalam pengoperasiannya membutuhkan keterampilan khusus. Selama sepuluh tahun berkarier di TNI Angkatan Laut, korban sempat diproyeksikan untuk mengawaki Heli Panther Anti Kapal Selam dan sudah menjajal simulator di Singapore. Namun sayangnya sebelum terlaksana, korban sudah dipanggil Yang Maha Kuasa.