Pussy Riot adalah sebuah grup musik punk rock wanita asal Moskow, Rusia, yang beranggotakan Nadezhda Tolokonnikova, Maria Alyokhina dan Yekaterina Samutsevich dikenal karena pentas pertunjukan dadakan politik provokatifnya mengenai kehidupan politik Rusia di lokasi-lokasi yang tidak biasa, seperti di atas sebuah bis, di halaman gereja, atau pada perancah di Moscow Metro. Pada tanggal 21 Februari 2012, empat anggota grup musik ini menggelar pertunjukan di depan Katedral Kristus Juru Selamat di Moskow, yang merupakan gereja Ortodoks terpenting di ibukota Moskow. Pertunjukan ini mereka namakan “Doa Punk” dan menunjukkan aksi mereka yang menentang kembalinya Vladimir Putin yang kala itu menjabat perdana menteri, untuk memegang jabatan presiden.
Mereka juga memprotes hubungan erat antara negara dan gereja di Rusia. Pertunjukan mereka saat itu di interupsi oleh petugas keamanan gereja. Kemudian, pada tanggal 3 Maret 2012, video penampilan mereka muncul di internet. Tiga anggota grup musik tersebut ditangkap dan didakwa atas tuduhan telah melakukan "hooliganisme" dan memicu kebencian agama. Penampilan mereka yang kontroversial ini terutama sekali adalah mengenai video aksi protes yang diposting di internet, dengan lagu yang dialih suara menjadi "Bunda Maria, perawan suci, usirlah Putin.“ Putin sendiri setelah terpilih sebagai presiden secara terbuka mengatakan kemarahan atas tampilan aksi protes tersebut. "Saya harap, itu tidak akan pernah terulang kembali,“ kata Putin pada tanggal 7 Maret 2012.
Proses pengadilan mereka dimulai pada akhir Juli dan memunculkan banyak kontroversi di Rusia dan diseluruh dunia. Menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh Levada Center, 44% warga Rusia mendukung persidangan mereka dan percaya pada keadilan, sementara 17% lainnya tidak mendukung. Menurut jajak pendapat lain yang juga dilakukan oleh Levada, hanya 6% warga Rusia yang bersimpati pada Pussy Riot. Sementara 51% lainnya "berantipati atau tidak tahu harus mengatakan apa tentang mereka", hanya 4% responden yang menganggap bahwa Pussy Riot harus dibebaskan dari segala tuduhan. Pada tanggal 17 Agustus 2012, tiga anggota Pussy Riot, yaitu Maria Alekhina, Yekaterina Samutsevich dan Nadezhda Tolokonnikova di vonis masing-masingnya hukuman dua tahun penjara oleh Pengadilan Distrik Tagansky.
Pada Final Piala Dunia 2018 mereka beraksi masuk lapangan di babak kedua pertandingan final Piala Dunia 2018 antara Prancis vs Kroasia. Berhasil menerobos pengamanan, mereka berlari sampai ke tengah lapangan di antara para pemain. Aksi keempat penerobos itu tak berlangsung lama karena langsung bisa diamankan di diseret keluar. Beberapa saat setelah kejadian itu bank punk Pussy Riot mengklaim bertanggung jawab. Mereka menerobos masuk lapangan bukan sekadar iseng atau mencari sensasi, tapi membawa agenda politik tertentu menyuarakan berbagai isu sosial, Final Piala Dunia menjadi ajang sempurna Pussy Riot mengambil perhatian.