Nurul Almy Hafild - Emmy Hafild Pejuang Lingkungan

Biografi Profil Biodata Nurul Almy Hafild wikipedia meninggal Wanita Pejuang LingkunganNurul Almy Hafild yang akrab disapa Emmy Hafild adalah Ketua Bidang Maritim DPP Partai Nasdem yang terpapar Covid-19 setelah sebelumnya menderita kanker meninggal dunia, pada Sabtu (3/7/2021) malam pukul 21.17 WIB. Perempuan asal Pertumbukan, Sumatera Utara ini malang melintang selama 30 tahun dalam gerakan lingkungan. Bahkan majalah Time menganugerahkan gelar “Pahlawan Planet” pada tahun 1999.

Emmy Hafild menamatkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor pada tahun 1982. Dia memulai karirnya di Sekretariat Kerjasama Konservasi Hutan (Skephi) Pada tahun 1982. Emmy menerima beasiswa Fulbright untuk belajar Master of Science dalam Studi Lingkungan di University of Wisconsin pada tahun 1994. Dia adalah Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) serta Forum Lingkungan Hidup Indonesia dari tahun 1996 sampai 2001.

Dia juga merupakan co-founder dan Direktur Eksekutif Transparency International Indonesia (TII), sebuah organisasi anti-korupsi yang berbasis di Jakarta, selama tiga tahun. Emmy juga pernah menjadi Direktur Ekselutif Greenpeace Asia Tenggara. Saat ini, Emmy memegang posisi sebagai Direktur Eksekutif Yayasan Komodo Kita.
Meski sejak 2015, ia memilih keluar dari Greenpeace meski telah menduduki jabatan penting, namun kepeduliannya terhadap lingkungan tak pernah berhenti. Ia senantiasa mengajak semua pihak untuk peduli akan lingkungan sekitarnya. Jiwa perlawanannya terhadap ketidakadilan yang merugikan alam dan masyarakat rela mengorbankan posisinya di Greenpeace dulu.

Lulusan Agronomi IPB dan Universitas Wisconsin, AS, dalam bidang Ilmu Lingkungan pada tahun 1994 ini memutuskan total di dunia aktivis lingkungan sejak lulus dari IPB, saat umurnya menginjak 24 tahun. Ia masuk di Yaysan Indonesia Hijau selama 2 tahun berkarir. Karirnya di lembaga swadaya masyarakat melesat cepat, ia masuk ke Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI). Ia menjadi Direktur Walhi selama dua periode.

Pada tahun 1998 saat masih tergabung dalam WALHI, ia juga terlibat dalam pembentukan gabungan LSM antikorupsi. Bahkan dia juga tercatat pernah melawan Presiden Soeharto. Ia juga mendapat perhatian dari AS dan menjadi orang asing pertama yang beraksi di depan Senat urusan dana bantuan luar negeri dan lingkungan.