Michael Chilufya Sata lahir 6 July 1937 dan meninggal 28 October 2014 adalah politikus Zambia yang menjadi Presiden ke-5 Negara Zambia, sejak 23 September 2011 hingga kematiannya pada tanggal 28 October 2014. Sata sangat populer dengan sebutan "King Cobra". Setelah sepuluh tahun sebagai oposisi, pada September 2011 menang pada presidential election with a plurality of the vote.
Presiden Zambia, Michael Sata, meninggal pada Selasa malam, 28 Oktober 2014, di Rumah Sakit Raja Edward VII, London. Menurut stasiun televisi Muzi dan laporan dari Zambia yang dilansir dari Reuters pada 29 Oktober 2014, pemimpin Zambia itu meninggal pada usia 77 tahun setelah menjalani pengobatan untuk penyakit yang tidak diungkapkan ke media. Informasi tersebut dibenarkan oleh pemerintah Zambia yang segera mengumumkan berita duka. Untuk jangka dekat, Sata akan digantikan sementara oleh Menteri Pertahanan Edgar Lungu atau Wakil Presiden Guy Scott, yang akan menjadi kepala negara kulit putih pertama di Zambia sejak pimpinan F.W. de Klerk pada tahun 1994.
Konstitusi mengatakan pemilihan presiden yang baru bisa dilaksanakan dalam waktu 90 hari, dan itu menyebabkan Scott tidak dapat menjadi presiden karena terhalang masalah kewarganegaraan. Sata meninggalkan Zambia untuk perawatan kesehatan di luar negeri sejak 19 Oktober 2014, ditemani istri dan anggota keluarga yang lain. Tidak ada informasi lebih lanjut dari pemerintah Zambia secara resmi tentang kondisi Sata setelah berangkat dan perkembangan pemerintahan di bawah kepemimpinan Lungu.
Kesehatan Sata terus menurun sejak menghilang dari mata publik pada Juni tanpa penjelasan dan kemudian dilaporkan mendapatkan perawatan medis di Israel. Sata melewatkan pidato Sidang Umum PBB yang dijadwalkan pada September saat ia jatuh sakit di hotel New York. "Aku tidak mati," canda Sata setelah siuman saat menghadiri pembukaan parlemen di Lusaka. Setelah itu, Sata tak pernah terlihat di depan umum hingga kabar meninggalnya muncul.
Presiden Zambia, Michael Sata yang dijuluki 'King Cobra' menghembuskan napas terakhirnya pada usia 77 tahun, di sebuah rumah sakit di London, Inggris. "Dengan berat hati, saya mengumumkan kematian presiden tercinta kami, Michael Chilufya Sata," ujar sekretaris kabinet Roland Miska seperti dimuat BBC, Rabu (29/10/2014). Kendati demikian, penyebab kematian Sata tidak dijelaskan secara rinci. Pihak rumah sakit hanya menyebutkan dia tutup usia setelah detak jantungnya meningkat tiba-tiba, lalu berhenti selamanya.
"Presiden Zambia, Michael Sata, meninggal di London. Tempat dia dirawat di rumah sakit swasta untuk penyakit yang tidak diungkapkan," demikian pemerintah Zambia mengkonfirmasi kematian orang nomor satu di negaranya seperti dimuat The Guardian. "Sata meninggal pada Selasa 28 Oktober tak lama setelah pukul 23.00 waktu setempat, di Rumah Sakit King Edward VII London," ungkap sekretaris kabinet Zambia, Roland Msiska dalam sebuah pernyataan. "Istri Sata, Christine Kaseba dan putranya, Mulenga Sata mendampingi presiden 77 tahun itu ketika ia meninggal," jelas Msiska.
Sementara waktu, pengganti Sata sebagai presiden belum diumumkan. Hal itu akan diputuskan oleh kabinet Zambia dalam rapat Rabu ini. Sebelum meninggal, Sata bertolak ke luar negeri untuk berobat awal bulan ini di London. Menteri Pertahanan Edgar Lungu menjabat sebagai presiden sementara saat ia tak ada. Ia tidak pernah terlihat di depan umum sejak kembali ke Zambia dari New York pada akhir September. Zambia sebenarnya memiliki Wakil Presiden yang dijabat Guy Scott. Namun, karena dia keturunan Skotlandia dan orang tuanya tidak lahir di Zambia, dia tak berpeluang menggantikan Sata.
Dalam konstitusi, Zambia terdapat sebuah klausul yang khusus menyebutkan syarat menjadi presiden, antara lain memiliki orang tua yang lahir di Zambia. Di bawah konstitusi Zambia, negara harus menyelenggarakan pemilihan untuk pemimpin baru dalam waktu 90 hari dari kematian presiden. Sejauh ini, Perdana Menteri Uganda, Ruhakana Rugunda, dan presiden Somalia, Hassan Sheikh Mohamud, berada di antara para pemimpin dunia pertama yang mengungkapkan belasungkawa mereka. Kemudian menteri luar negeri Inggris, Philip Hammond. - Berbagai Sumber