Abu Abdullah Muhammad bin Battutah lahir tanggal 24 februari 1304 adalah seorang pengembara Maroko. Atas dorongan Sultan Maroko ia mendiktekan beberapa perjalanan pentingnya kepada sarjana bernama Ibnu Juzay yang ditemuinya ketika sedang berada di Iberia. Meskipunmengandung beberapa kisah fiksi, rihlah merupakan catatan perjalanan dunia terlengkap yang berasal dari abad ke 14.
Hampir semua yang diketahui tentang kehidupan Ibnu Batutah datang dari dirinya sendiri. Meskipun dia mengklaim bahwa hal-hal yang diceritakannya adalah apa yan dilihatnya dan dialami sendiri, kita bisa tahu kebenaran dari cerita tersebut. Sekitar usia 20 tahun Ibnu Batutah berangkat haji. Setelah selesai, dia melanjutkan perjalanan hingga melintasi 120.000 km sepanjang dunia Muslim (sekitar 44 negara modern)
Perjalanan ke Mekkah dilaluinya melalui jalan darat, menyusuri pantai Afrika Utara hingga tiba di Cairo. Pada titik ini ia masih berada dalam wilayah Mamruk yang relatif masih aman. Jalur yang umum digunakan menuju Mekkah ada tiga dan Ibnu Batutah menggunakana jalur yang jarang digunakan yaitu pengembaraan menuju Sungai Nil, dilanjutkan ke arah Timur dengan jalur darat menuju dermaga Laut Merah di Aydhad. Tetapi ketika mendekati kota tersebut ia dipaksa kembali karena pertikaian lokal.
Kembali ke Kairo ia menggunakan jalur ke 2 ke Damaskus dengan alasan anjuran orang yang ditemuinya di perjalanan pertama, bahwa hanya akan sampai di Mekkah jika telah melalui Suriah. Keuntungan lain ketika memakai jalur pinggiran adalah ditemuinya tempat-tempat suci sepanjang jalur tersebut, Hebron, Yerusalem dan Betlehem dan penguasa Mamluk memberi perhatian khusus untuk mengamankan para peziarah.
Setelah menjalani Ramadhan di Damaskus, Ibnu Batutah bergabung dengan suatu rombongan yang menempuh jarak 800 mil dari Damaskus ke Madinah tempat dimakamkannya Nabi Muhammad. Empat hari kemudian dia melanjutkan perjalanannya ke Mekkah. Setelah melaksanakan Haji, sebagai renungannya ia kemudian memutuskan untuk melenjutkan mengembara. Tujuan selanjutnya adalah “il-Khanate” sekarang Irak dan Iran. Dengan cara bergabung dengan suatu rombongan, dia melintasi perbatasan menuju Mesopotamia dan mengunjungi Najaf, tempat dimakamkannya Sayidina Ali. Dari sana dia melanjutkan ke Basrah lalu Isfahan, kemudian Shiraz dan Bagdad.
Disana ia bertemu Abu Sa'ad pemimpin terakhir Il-Khanate dan ia mengembara bersama rombongan penguasa, kemudian berbelok ke utara menuju Tabzir di Jalur Sutra. Kota ini merupakan gerbang menuju Mongol yang merupakan pusat perdagangan penting. Setelah perjalanan ini Ibnu Batutah kembali ke Mekkah untuk melaksanakan Haji ke 2 dan tinggal selama setahun sebelum melakukan perjalanan lagi yang kedua melalui Laut Merah dan Pantai Afrika Timur. Persinggahan pertamanya adalah Aden dengan tujuan perniagaan menuju semenanjung Arab dari sekitar Samudra Indonesia. Akan tetapi sebelum itu ia memutuskan untuk melakukan petualangan terakhir dan mempersiapkan suatu perjalanan sepanjang Pantai Afrika.
Menghabiskan sekitar seminggu di setiap daerah tujuannya, Ibnu Batutah berkunjung ke Ethiopia, Mogadishu, Mombasa, Zanzibar, Kilwa dan beberapa daerah lainnya. Mengikuti perubahan arah angin, bersama kapal yang ditumpanginya kembali ke Arab Selatan. Setelah menyelesaikan petualangannya, sebelum menetap, ia berkunjung ke Oman dan Selat Hormuz dan setelah selesai ia berziarah ke Mekkah lagi. Setelah setahun disana, ia memutuskan untuk mencari pekerjaan di kesultanan Delhi. Untuk keperluan bahasa, dia mencari penterjemah di Anatolia.
Kemudian dibawah kendali Turki Saljuk, ia bergabung dengan sebuah rombongan menuju India. Pelayaran Laut dari Damaskus mendaratkannya di Alanya di pantai selatan Turki sekarang. Dari sini ia mengelana ke Konya dan Sinope di pantai laut Hitam. Setelah menyebrangi laut Hitam, ia tiba di Kaffa di Crimea dan memasuki tanah Golden Horde. Dari sana ia membeli kereta dan bergabungdengan rombongan Ozbeg, Khan dari suku Golden Horde dalam suatu perjalanan menuju Astrakhan di sungai Volga.