Ismail bin Katsir (gelar lengkapnya Ismail bin 'Amr Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi, Imaduddin Abu Al-Fida Al-Hafizh Al-Muhaddits Asy-Syafi'i) adalah seorang pemikir dan ulama Muslim. Namanya lebih dikenal sebagai Ibnu Katsir. Ia lahir pada tahun 1301 M di Busra, Suriah dan wafat pada tahun 1372 M di Damaskus, Suriah. Beliau adalah seorang yang dijuluki sebagai Al-Hafizh, Al-Hujjah, Al-Muarrikh, Ats-Tsiqah Imaduddin Abul Fida, Ismail Ibnu Umar Ibnu Katsir Al-Qurasyi Al-Bashrawi Ad-Mimasyg Asy-Syafii.
Lahir disebuah desa bernama Mijdal daerah bagian Bushra pada tahun 700H. Ayahnya meninggal ketika beliau berusia tiga tahun dan beliau terkenal sebagai khatib di kota itu. Adapun Ismail Ibnu Katsir merupakan anak yang paling bungsu. Beliau dinamai Ismail sesuai dengan nama kakaknya yang paling besar yang wafat ketika menimba ilmu di kota Damaskus sebelum Beliau lahir. Pada tahun 707H, Ibnu Katsir pindah ke Damaskus, dan di sanalah Beliau mulai menuntut ilmu dari saudara kandungnya Abdul Wahhab, ketika itu Beliau telah hafal Al-Quran dan sangat menggandrungi pelajaran hadits, fikih maupun tarikh. Beliau juga turut menimba ilmu dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (wafat tahun 728H).
Begitu besar cintanya kepada gurunya ini sehingga beliau terus-menerus bermulazamah (mengiringi), dan begitu terpengaruh dengannya hingga mendapat berbagai macam cobaan dan hal-hal yang menyakitinya demi membela dan mempertahankan gurunya ini. Pergaulan dengan gurunya ini membuahkan bermacam faedah yang turut membentuk keilmuannya, akhlaknya dan tarbiyah kemandirian dirinya yang begitu mendalam. Karena itulah beliau menjadi seorang yang benar-benar mandiri dalam berpendapat. Beliau akan selalu berjalan sesuai dengan dalil, tidak pernah ta;assub (fanatic) dengan mazhabnya, palagi mazhab orang lain, dan karya-karya besarnya menjadi saksi atas sikapnya ini. Beliau selalu berjalan diatas sunnah, konsekuen mengamalkannya, serta selalu memerangi berbagai bentuk bid;ah dan fanatic mazhab.
Di antara guru beliau yang terkemuka selain Ibnu Taimiyah adalah Alamuddin Al-Qashim bin Muhammad Al-Barzali (wafat tahun 739H) dan Abul Hajjaj Yusuf Bin Az-zaki Al-Mizzi (wafat tahun 748H). Para ulama di zamannya maupun yang datang sesudahnya banyak memberikan kata pujian terhadap dirinya, diantaranya Al-Imam Adz Dzahabi yang berkata mengenai dirinya; Beliau adalah Al-Imam Al-Faqih Al-Muhaddits yang ternama, seorang faqih yang handal, ahli hadits yang tersohor, serta seorang ahli tafsir yang banyak menukil. Muridnya yang bernama Ibnu Hijji berkata, Beliau adalah orang yang pernah kami temui dan paling kuat hafalannya terhadap matan hadits, paling paham dengan takhrij dan para perawinya, dapat membedakan hadits yang shahih dengan yang lemah, banyak menghafal diluar kepala berbagai kitab tafsir dan tarikh, jarang sekali lupa, dan memiliki pemahaman yang baik serta dien yang benar.
Al-Allamah Al-Aini berkata, Beliau adalah rujukan ilmu tarikh, hadits dan tafsir; Ibnu Habib berkata, Beliau Masyhur dengan kekuatan hafalan dan redaksi yang bagus, dan menjadi rujukan ilmu tarikh, hadits maupun tafsir. Diantara karya besarnya adalah Tafsir Al-Qur;anul Azhim, Jami Al-Masanid Wa As-Sunan, At-Takmil Fi Ma;rifatits Tsiqat Wa Adh-Dhuafa Wa Al-Majahil dalam kitab ini beliau menggabungkan apa yang terdapat dalam kitab Tahdzibul Kamal karya besar Al-Mizzi dan Mizanul I;tidal karya Adz-Dzahabi dengan sedikit penambahan dlam ilmu jarh wa at-tadil dan kitab lainnya yaitu Al-Bidayah Wan Nihayah. Kitab terakhir ini merupakan ensiklopedi ilmu sejarah.
Beliau memulai kitab ini dengan menyebutkan kejadian makhluk makhluk besar seperti Arsy, kursi, langit, bumi, apa-apa yang terdapat didalamnya dan apa-apa yang terdapat di antara langit dan bumi berupa para malaikat, jin maupun setan-setan kemudian beliau berbicara tentang proses penciptaan Adam AS, kisah para nabi dan rasul hingga zaman Isa bin Maryam AS, kisah umat-umat yang semasa dengan mereka, sikap para umat terhadap para rasul yang diutus ketengah mereka, dan bagaimana akhir dari perjalanan dan nasib umat-umat tersebut, dengan inilah beliau mengakhiri bagian pertama dari kitabnya.
Adapun bagian kedua kitab ini memuat berita umat-umat terdahulu dari bani Israel dan umat lainnya, hingga akhir zaman al-fatrah (masa kekosongan nabi, pent.) kecuali zaman Arab pra Islam dan masa jahiliyah. Bagian ketiga kitab ini memuat berita tentang sejarah Arab dan diakhiri dengan pernikahan antara Abdullah Bin Abdul Muthalib dengan Aminah Binti Wahab, Ibu Rasulullah SAW. Bagian keempat kitab ini memuat sirah (sejarah) Rasulullah SAW. Penulis mulai menerangkan tema sirah Nabi dengan pembahasan ang panjang, beliau membaginya menjadi beberapa bagian, yaitu:
Pertama, mulai masa kelahiran Rasul hingga beliau diutus sebagai Rasul, Kedua, mulai masa beliau diutus sebagai Rasul hingga hijrah, dan Ketiga, peperangan - peperangan, pasukan - pasukan kecil yang dikirim (datasemen / saariayah), pengiriman para utusan, haji wada, sakit beliau hingga wafatnya. Ibnu Katsir mengulasnya sesuai dengan kronologis waktu. Dimulai dari tahun pertama hijriyah, kemuadian beliau menulis biografi Nabi, istri-istri beliau, surat-surat yang belau kirim, para penjaganya, kuda-kudanya, pakaian-pakaiannya dan seterusnya, kemudian menutup pembicaraan tentang sirah nabi dengan tema-tema yang berkaiatan dengan sirah diantaranya: ktab Syama;il, kemudian kitab Dala;il An-Nubuwah (tanda-tanda kenabian), kemudian beliau berbicara mengenai fadhail (keutamaan-keutamaan nabi) dan kekhususan beliau.
Bagian kelima kitab ini memuat sejarah Islam pertama, catatan kejadian-kejadian penting pada masa itu, serta catatan wafatnya tokoh-totkoh penting. Beliau menyusun keadian-kejadian itu sesuai dengan urutan tahun. Dimulai dari tahun ke- 11 Hijriyah, metode beliau dalam bagian kelima ini, yaitu menyebutkan kejadian-kejadian penting setiap tahun, kemudian barulah beliau menyebutkan wafatnya tokoh-tokoh penting pada tahun itu. Beliau banyak menyebutkan biografi dari tokoh-tokoh tersebut, walaupun terkadang beliau hanya menyebutkan tahun wafat mereka saja, dan begitilah seterusnya metode penulis hingga akhir buku ini. Kitab tarikh yang beliau tulis ini berhenti hingga tahun 768H, yaitu tujuh tahun sebelum beliau wafat.
Bagian keenam kitab ini memuat tentang fitnah dan bencana yang akan terjadi di akhir zaman, tanda-tanda hari kiamat, kemudian mengenai hari berbangkit, berkumpulnya manusia dipadang maksyar, karakter neraka maupun surga. Namun sayang bagian ini tidak dicetak bersamaan dalam kitab ini, tetapi dicetak secara terpisah dengan judul An-Nihayah Fi Al-Fitan Wa Al-Malahim walaupun sebenarnya beliau telah menyebutkan bagian ini dalam mukaddimah, dan beliau kembali menyebutkan perihal ini diakhir pembahasan tentang sirah nabi, dan itulah yang beliau maksud dari kata Wan Nihayah dalam judul kitab.