Tamerlane (1336 – 14 Februari 1405) (Bahasa Turki Chagatai: تیمور Tēmōr, "besi"), juga dikenal sebagai Temur, Timur Lenk, Taimur, atau Timur i Leng, yang artinya Timur si Pincang, karena kaki kirinya yang pincang sejak lahir adalah seorang penakluk dan penguasa keturunan Turki-Mongol dari wilayah Asia Tengah, yang terkenal pada abad ke-14, terutama di Rusia selatan dan Persia. "Tidak mungkin adalah kata-kata yang ada dalam kamus orang-orang bodoh," kata Napoleon ketika ia bersama pasukannya yang hebat mendaki sebuah tebing yang sulit di pegunungan Alpen. Tapi ia tidak berbuat sesuai dengan prinsipnya itu, dan terpaksa mengakui keberadaan dunia ini setelah ia mengalami kekalahan di Lipzi dan Waterloo. Kata-kata ini ditolak keras oleh Timur Leng, penakluk besar Asia, yang berasal dari keluarga rendahan tapi berhasil mengalahkan dua raja terbesar pada masa hidupnya; Toktamish raja Mongol dan Bayazid Yildrim raja Turki.
Timur lahir dari sebuah keluarga miskin di kota Hijau. Bapaknya, seorang kepala Tartar Barlas, banyak menghabiskan masa hidupnya bersama-sama orang suci. Timur sendiri banyak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Islam dari bapaknya. Sebagai pemuda pendiam, ia tidak suka akan perbuatan-perbuatan bodoh yang bisa menyedot waktunya. Dan selama hidupnya ia tidak punya waktu untuk bergurau. Timur, juga pemuda yang cerdas sekaligus pemberani dan bijaksana. Ia mempersatukan suku Tar-tar yang selalu bentrok antar suku. Kota Hijau berhasil ia rebut, dengan kecerdasannya. Ia menyebar bala tentaranya yang kecil di sekeliling kota. Mereka menebang dahan-dahan yang menimbulkan tebaran abu yang luas, dan pasukan jahat menyangka mereka diserang oleh angkatan perang yang besar; mereka lantas menyerah. Ini terjadi di awal karirnya.
Pada waktu yang sama, ketika melawan jendral jahat yang hebat bernama Bikijuk, lagi lagi otak jeniusnya mengalir. Timur menyebarkan orang-orangnya sepanjang malam, memerintahkan mereka menyalakan api sebanyak mungkin di perkemahan musuh. Musuh merasa ketakutan begitu melihat api sebanyak itu dan segera pergi sebelum fajar menyingsing. Salah satu penulis kroniknya mengatakan, "Sungguh beruntung raja Timur selalu mengalahkan sebuah angkatan perang hanya dengan api dan merebut sebuah kota hanya dengan sebuah debu" Setelah berhasil menunjukan superioritasnya sebagai seorang pemimpin dan prajurit, Timur dipilih sebagai komandan bangsa Tar Tar oleh ulama-ulama Islam yang dipimpin tokoh rohani Zainuddin. Tidak hanya bangsa Tar Tar saja yang merasakan kehebatan Timur Leng, bahkan negri Heart_sebuah kota penting yang memiliki beratus ratus lembaga pendidikan bisa dikuasainya.
Ancaman terbesar yang dihadapi oleh bangsa Tar Tar adalah orang-orang Mongol yang dipimpin oleh anak cucu Jengis Khan, Toktamish. Gerombolan ini ketika itu pada puncak kekuatannya berkuasa di dataran Rusia-Siberia, tidak henti-hentinya menggempur bangsa Tartar. Pada suatu ketika di musim dingin Toktamish datang dengan kekuatan yang sangat kuat ke arah sungai Syr. Para penasihat Timur pada saat itu menyarankan agar Timur menunggu pasukannya yang tersebar supaya berkumpul, tapi karena keyakinannya pada Allah beliau sanggup untuk memimpin pasukannya yang dibagi kedalam resimenresimen kecil. Dengan mengendarai kuda dibawah guyuran hujan dan salju, walaupun sebagian kuda mereka terbenam ke dalam lumpur setinggi lutut, dengan hebatnya Timur dan pasukannya menyerang bagian pos-pos luar gerombolan Toktamish dan merasuk ke dalam divisi-divisinya. Manuvernya yang hebat dan sangat mengagumkan itu membuat pasukan Toktamish mundur.
Timur mengarah pada Persia untuk melakukan pengembangan Islam.Persia yang saat itu di pimpin oleh Muzaffar, pun ditaklukkan. Setelah Persia, ambisinya menuju penaklukan Cina, yang saat itu banyak menyembah berhala.. Rupanya ini menjadi ambisi terakhir dari perjalanan Timur Leng. Dalam perjalanan dari Samarkand menuju Cina, Timur kembali ke Haribaan Sang Pencipta, meninggalkan sekitar seperempat juta prajurit yang dipimpinnya saat itu. Timur Leng, adalah sosok pribadi berlian, sederhana, jujur, yang tidak menyukai sikap pongah, kebohongan, maupun berpesta pora membuang waktu. Ia lebih suka berpihak pada kebenaran meski harus berhadapan dengan hal yang sangat di bencinya. Meski pejuang yang gigih, tidak pernah ia berlaku kejam kepada musuhnya yang teraniaya. Timur tidak pernah mengenal arti kegagalan. Walau berasal dari lapisan masyarakat kecil, ia begitu besar dengan amanah yang diembannya, demi tegaknya kalimat Tauhid di bumi ini. [Tabloid MQ EDISI 10/TH.II/FEBRUARI 2002]