Tim penyelam gabungan TNI Angkatan Laut yang diterjunkan Kamis (8/1/2015) pagi, tidak melihat adanya jenazah di sekitar ekor pesawat AirAsia QZ8510 yang ditemukan di Selat Karimata. "Sudah kita sisir, (jenazah) yang nyangkut tidak ada lagi," kata Serma Marinir Boflen Sirait, di KRI Banda Aceh, usai penyelaman, Kamis (7/1/2015).
Bahkan, lanjut Boflen, kursi-kursi penumpang juga sudah lepas dari tempatnya. Padahal, kata dia, bagian ekor itu cukup panjang, hampir sepertiga badan pesawat. "Kursinya sudah lepas semua, sudah tidak ada," ucap Boflen. Karena cuaca tiba-tiba memburuk, Boflen dan penyelam lain hanya mengangkut satu box, masker oksigen, dan serpihan yang diduga bagian kabin pesawat. Setelah tidak melihat adanya jenazah, tim yang diterjunkan selanjutnya akan mencoba mencari kotak hitam atau black box.
Momen mendebarkan penyelam kehabisan oksigen terekam dalam evakuasi ekor AirAsia QZ8501. Serma Marinir Boflen Sirait sempat kehabisan oksigen di kedalaman 30 meter. Untungnya, Serka Marinir Oot Sudarma punya sisa cadangan oksigen. Nyawa Boflen pun bisa diselamatkan setelah Oot berbagi Oksigen. Memang, tak selamanya kondisi mendukung memudahkan penyelaman. Dan itu, dirasakan betul oleh Serma Marinir Boflen Sirait. Usai menemukan bagian ekor pesawat, Rabu (7/1), Serma Boflen kehabisan pasokan oksigen. Padahal, proses penemuannya berlangsung singkat.
Ini terjadi, bermula dari penyelaman yang dimulai pukul 10.30 WIB. Dan pada pukul 10.47 WIB, Boflen sudah naik kembali ke permukaan air dengan sejumlah foto dan tali yang sudah terpasang untuk penanda lokasi. Boflen sempat mengalami masalah fatal dengan habisnya tabung oksigen yang dia gunakan saat masih berada di kedalaman. Untungnya, Oot yang menemani Boflen menyelam membawa cukup oksigen. Akhirnya, satu tabung oksigen dipakai untuk berdua secara bergantian hingga akhirnya mereka naik ke permukaan.
Komandan Gugus Keamanan Laut Armada Barat Laksma TNI Abdul Rasyid Kacong pun mengingatkan penyelam untuk mengutamakan keselamatan. “Mungkin karena terlalu semangat sudah menemukan ekor pesawat. Jangan sampai ekor pesawat sudah ketemu, kita men-SAR penyelam kita sendiri,” ujarnya. Ada 95 penyelam yang siap. Mereka dibagi menjadi sembilan tim yang stand by di titik yang dideteksi sebagai terakhir pesawat. Namun, ketika ROV memberikan data positif, hanya dua penyelam yang diterjunkan, yakni Serma Boflen dan Serka Oot. "Mereka akan menjajaki dulu, jangan sampai ada masalah di bawah air. Sebab, kondisinya sangat berat. Jadi harus hati-hati, coba dulu 10 meter, 2 meter. Jika sudah lancar sampai kedalaman 30 meter, baru cari benda itu," terangnya.
Secara terpisah, CEO AirAsia Tony Fernandes menyatakan ekor pesawat yang ditemukan Rabu siang itu adalah sisi kanan yang merupakan tempat penyimpanan blackbox. Supriyadi mengaku sudah mendapatkan informasi bahwa diduga ada kotak hitam di ekor pesawat yang ditemukan timnya. Pada Rabu siang, sejumlah kapal perang Indonesia yang mengangkut tim penyelam dan chamber sudah mulai membantu pencarian blackbox. Kapal-kapal tersebut di antaranya KRI Sultan Hasanuddin, KRI Usman-Harun, dan KRI Banda Aceh.
Supriyadi memperkirakan, ekor pesawat tak perlu diangkat secara utuh. "Kalau memungkinkan, cuma blackbox yang mau diambil. Letaknya di ekor kanan. Yang penting kan blackbox-nya. Itu saja yang mau diambil," ujarnya. Supriyadi menambahkan, tugas Basarnas belum selesai meski blackbox sudah ditemukan. "Kami ingin body pesawat yang banyak menampung korban bisa ditemukan agar semua korban bisa dievakuasi. Itu yang jadi fokus pencarian kami," kataya. "Kalau benar ekor pesawat ditemukan, berarti kami belum menemukan bodinya. Jadi, operasinya masih panjang," katanya.