Dua penyelam TNI Angkatan Laut, Serma Boflen Sirait, dan Serka Marinir Oot Sudarma, membutuhkan waktu sekitar 17 menit untuk mencapai ekor pesawat AirAsia QZ 8501 yang terempas dan karam di Selat Karimata, dekat Pangkalan Bun, Kalimatan Tengah, Rabu (7/1/2015) siang.
Komandan Gugus Keamanan Laut Armada Barat Laksamana Pertama TNI Abdul Rasyied menjelaskan, pada pukul 10.30 WIB, Serma Boflen dan Serka Oot Sudarma, turun dari perahu untuk memulai penyelaman. Sesampainya di dasar laut, Boflen dan Oot menemukan bagian ekor pesawat dan memotretnya. Keduanya juga memasang tali untuk penanda jalur bagi penyelam selanjutnya. Pukul 10.47 WIB, Boflen dan Oot sudah naik kembali ke permukaan air. "Total cuma butuh waktu 17 menit," kata Rasyied.
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI FHB Soelistyo memastikan tim SAR telah menemukan ekor pesawat AirAsia QZ 8501 di dasar laut. Material itu dipastikan sebagai ekor pesawat karena terdapat tulisan AirAsia dan PK-AXC yang merupakan nomor registrasi pesawat QZ 8501. Menurut Soelistyo, penyelaman dilakukan setelah kapal MGS Geosurvey milik perusahaan survey laut PT Mahakarya Geosurvey menangkap sinyal yang menunjukkan ada obyek berukuran besar di dasar laut sekitar 30 km dari titik QZ 8501 dinyatakan lost contact. Alat side scan sonar di kapal tersebut, pada Rabu sekitar pukul 05.00 WIB menangkap citra obyek berukuran 10 x 5 x 3 meter.
Selanjutnya, tim menurunkan remotely operated vehicle (ROV) atau wahana tanpa awak untuk memotret keadaan di dasar laut. Tim kemudian menerjunkan dua penyelam yakni Serma Boflen Sirait dan Serka Marinir Oot Sudarma. Menurut Soelistyo, cuaca di lokasi pada Rabu siang sangat mendukung. Ekor pesawat AirAsia QZ8501 yang terempas ke laut pada Minggu (28/12), ditemukan ketika pencarian memasuki hari kesebelas.
Penemuan ekor pesawat terjadi sehari setelah delapan anggota kelompok pengajian Pangkalan Bun pimpinan Ustaz Gusti Kadran mendaraskan doa dari dalam helikopter Super Puma TNI AU yang terbang di atas lokasi yang diperkirakan sebagai lokasi jatuhnya QZ 8501. Dari dalam helikopter, para warga Pangkalan Bun itu juga menebar beras kuning. Menabur beras kuning ke laut merupakan tradisi warga Pangkalan Bun ketika menghadapi musibah di laut.
Ada 95 penyelam yang siap. Mereka dibagi menjadi sembilan tim yang stand by di titik yang dideteksi sebagai terakhir pesawat. Namun, ketika ROV memberikan data positif, hanya dua penyelam yang diterjunkan, yakni Serma Boflen dan Serka Oot. "Mereka akan menjajaki dulu, jangan sampai ada masalah di bawah air. Sebab, kondisinya sangat berat. Jadi harus hati-hati, coba dulu 10 meter, 2 meter. Jika sudah lancar sampai kedalaman 30 meter, baru cari benda itu," terangnya.
Secara terpisah, CEO AirAsia Tony Fernandes menyatakan ekor pesawat yang ditemukan Rabu siang itu adalah sisi kanan yang merupakan tempat penyimpanan blackbox. Supriyadi mengaku sudah mendapatkan informasi bahwa diduga ada kotak hitam di ekor pesawat yang ditemukan timnya. Pada Rabu siang, sejumlah kapal perang Indonesia yang mengangkut tim penyelam dan chamber sudah mulai membantu pencarian blackbox. Kapal-kapal tersebut di antaranya KRI Sultan Hasanuddin, KRI Usman-Harun, dan KRI Banda Aceh.
Supriyadi memperkirakan, ekor pesawat tak perlu diangkat secara utuh. "Kalau memungkinkan, cuma blackbox yang mau diambil. Letaknya di ekor kanan. Yang penting kan blackbox-nya. Itu saja yang mau diambil," ujarnya. Supriyadi menambahkan, tugas Basarnas belum selesai meski blackbox sudah ditemukan. "Kami ingin body pesawat yang banyak menampung korban bisa ditemukan agar semua korban bisa dievakuasi. Itu yang jadi fokus pencarian kami," kataya. "Kalau benar ekor pesawat ditemukan, berarti kami belum menemukan bodinya. Jadi, operasinya masih panjang," katanya.