Seorang polisi wanita yang ditembak pria bersenjata otomatis di luar kota Paris, Kamis (8/1/2014), akhirnya meninggal dunia sementara korban kedua masih dalam kondisi kritis. Sementara itu, pelaku penembakan yang mengenakan rompi antipeluru berhasil meloloskan diri setelah melakukan aksinya. Insiden ini terjadi hanya sehari setelah para pria bersenjata menyerang majalah satir Charlie Hebdo dan menewaskan 12 orang, termasuk dua orang polisi.
Sebelumnya, seorang pria yang menggunakan senjata otomatis menembaki sejumlah polisi di luar kota Paris mengakibatkan seorang polisi wanita dan seorang karyawan pemerintah terluka parah. Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve, yang bergegas meninjau lokasi penembakan yang berada di sebelah selatan Paris itu, mengatakan, pelaku penembakan langsung kabur seusai melakukan aksinya.
Pernyataan Cazeneuve ini berbeda dengan keterangan sejumlah sumber sebelumnya yang mengatakan bahwa pelaku penembakan sudah diamankan kepolisian. Polisi sebelumnya mengatakan, dua korban luka dalam kondisi kritis. Namun, Cazeneuve meralat kabar itu dan menyatakan bahwa hanya polisi wanita itu yang kini dalam kondisi kritis di rumah sakit. Meski insiden ini terjadi sehari setelah penyerangan majalah Charlie Hebdo, kepolisian belum menyebut keterkaitan antara kedua insiden penyerangan itu.
Seorang polisi wanita telah tewas karena luka yang diderita dalam penembakan baru di bagian selatan dari ibukota Prancis, Paris, hanya sehari setelah serangan mematikan di markas mingguan satir Charlie Hebdo. Menurut saksi, seorang pria bersenjata tak dikenal mengenakan rompi tahan peluru menembaki polisi dengan senapan otomatis di Montrouge. Korban kedua yang juga merupakan polisi dilaporkan dalam kondisi serius.
Menteri Dalam Negeri Perancis Berbard Cazeneuve mengatakan pria bersenjata itu dalam pelarian, menyerukan "kontrol informasi yang disiarkan dan kontrol diri untuk memungkinkan mereka yang di garis depan dalam memerangi kejahatan dan terorisme untuk menyelesaikan investigasi yang berlangsung." Penembakan itu terjadi setelah orang-orang bersenjata menyerang kantor majalah satir Prancis Charlie Hebdo di Paris, menewaskan hampir 12 orang dan melukai sekitar sebelas lainnya pada hari Rabu.
Kepolisian Prancis menyatakan dua kakak beradik Cherif dan Said Kouachi sebagai tersangka penyerangan kantor redaksi majalah Charlie Hebdo, pada Rabu (7/1/2014). Aparat kemudian melansir foto kedua pria itu seraya memperingatkan khalayak bahwa mereka mungkin bersenjata dan berbahaya. Adapun pria ketiga yang disebut dalam dokumen polisi, Hamyd Mourad, menyerahkan diri ke polisi setelah melihat namanya muncul di media sosial.
Selagi foto Kouachi bersaudara dirilis ke masyarakat, kepolisian Prancis masih melancarkan operasi penggerebekan di Kota Reims, 140 kilometer dari Paris. Kouachi bersaudara diduga menyerang kantor redaksi Charlie Hebdo yang mengakibatkan 12 orang tewas, termasuk redaktur Stephane Charbonnier, kartunis Wolinski dan Cabu, serta ekonom Prancis Bernard Maris. Cherif Kouachi, 32, seorang mujahid terkenal yang dihukum pada tahun 2008 karena terlibat dalam jaringan pengiriman pejuang ke Irak, dan saudaranya, Said Kouachi berusia 34 tahun. Kedua orang tersebut lahir di Paris.
Umat Muslim yang yang memiliki iman, terlebih para mujahidin, mempunyai kebencian yang telah berlangsung lama terhadap Charlie Hebdo. Markas Charlie Hebdo pernah dilempari bom bensin pada 2011 setelah majalah itu menerbitkan gambar Nabi Muhammad dengan bom tertanam dalam sorbannya. Pada tanggal 7 Januari, pendukung Daulah Islam (IS) juga menyatakan kemarahannya setelah majalah menerbitkan kartun satir pemimpin IS, Abu Bakr al Baghdadi.