Profil Biodata Lea Simanjuntak Penyanyi Sopran

Profil Biodata Lea Simanjuntak Penyanyi SopranLea Angeline Simanjuntak (lahir di Singapura, 7 Juli 1979; umur 35 tahun) adalah penyanyi pop dan rohani Indonesia yang bersuara sopran. Lea sering bernyanyi dengan teknik seriosa, terutama dalam penampilan panggungnya. Lea mulai menyanyi sejak usianya baru menginjak 5 tahun. Di usia semuda itu, ia sudah berani tampil bernyanyi solo di paduan suara gereja saat bermukim di Singapura.

Nama lahir Lea Angeline Simanjuntak
Lahir 7 Juli 1979 (umur 35)
Bendera Singapura Singapura
Jenis musik pop, gospel, klasik
Pekerjaan penyanyi, aktris
Tahun aktif 2000 - sekarang
Perusahaan rekaman Harvest Music
Terkait dengan Eka Deli, Dira Sugandi
Agama Kristen

Di usia 6 tahun, Lea mulai belajar bermain piano. Baru kemudian di masa remajanya tepatnya di usia 17 tahun, Lea mulai menapaki kariernya sebagai profesional. Alumni Unika Atma Jaya ini sempat mengikuti beberapa kejuaraan tarik suara seperti Festival Tenda Prambors, Aksi dan Horas Indosiar.

Riwayat pendidikan

SD - Singapura Sekunder Tingkat SD St Bellarminus, Menteng, Jakarta
SMP - SMP St Bellarminus, Menteng, Jakarta
SMU - di Perguruan Cikini, Duren Tiga, Jakarta
Universitas Katolik Atma Jaya, FKIP Bahasa Inggris

Di awal kariernya, Lea sempat menjadi backing vocal sejumlah artis ternama seperti Musisi Chrisye, Krisdayanti, Nugie, Rio Febrian, hingga Erwin Gutawa. Pengalamannya bekerja sama dengan nama-nama besar di industri musik Tanah Air tentu saja semakin memperkaya kemampuannya di dunia tarik suara. Saat ini ia sedang mempersiapkan album baru bernuansa orkestra.

Lea Simanjuntak terlahir dengan nama Lea Angelina Simanjuntak di Singapura 7 Juli 1979. Darah seni yang mengalir dalam dirinya diwarisi dari kedua orangtuanya Jackson Simanjuntak dan Rapitha Tobing. James sering bermain gitar di gereja sedangkan sang mama, Rapita, merupakan seorang pelatih paduan suara. Lea mulai menyanyi sejak usianya baru menginjak 5 tahun. Di usia semuda itu, ia sudah berani tampil bernyanyi solo di paduan suara gereja saat bermukim di Singapura. Di usia 6 tahun, Lea mulai belajar bermain piano. Baru kemudian di masa remajanya tepatnya di usia 17 tahun, Lea mulai menapaki karirnya sebagai penyanyi profesional. Alumni Unika Atma Jaya ini sempat mengikuti beberapa kejuaraan tarik suara seperti Festival Tenda Prambors, Aksi dan Horas Indosiar.

Di awal karirnya, Lea sempat menjadi backing vocal sejumlah artis ternama seperti Musisi, Pencipta Lagu Chrisye, Penyanyi, aktris
Krisdayanti, Nugie, Rio Febrian, hingga Produser, komponis, konduktor, penata musik, dan bassist Erwin Gutawa. Pengalamannya bekerja sama dengan nama-nama besar di industri musik Tanah Air tentu saja semakin memperkaya kemampuannya di dunia tarik suara. Yang lebih istimewa lagi, Lea tak hanya piawai bernyanyi tapi juga berbakat menulis lagu berlirik indah. Ia juga mampu mengaransemen lagu-lagu ciptaannya. "Saya mencipta lagu paling sering karena pengalaman pribadi saja. Seperti pernah patah hati, lagi sebel, atau mungkin marah," jelas penggemar kuliner khas negeri Tirai Bambu ini.

Dalam menciptakan lagu, Lea mengaku tidak pernah mematok target khusus. "Dulu waktu awal-awal bisa bikin lagu, pinginnya bikin lagu yang keren supaya orang bilang saya jago, tapi sekarang sih apa yang keluar dari hati saja," ujar jebolan SMA Perguruan Cikini Jakarta ini. Seperti penyanyi pada umumnya, sejak terjun di jalur profesional, Lea berkeinginan untuk masuk dapur rekaman dan mempunyai album sendiri. Adik kandung presenter Sophie Navita itu juga memupuk harapannya agar suatu saat dapat menjadi salah satu penyanyi terkemuka di Indonesia.

Dalam bernyanyi, ia tak pernah mengkhususkan aliran musik yang dipilihnya, bahkan hampir semua genre ia kuasai, mulai dari soul, R&B, rock, country, jazz, musik klasik hingga lagu rohani. Pada tahun 2004 Tuhan menjawab doanya. Lea Simanjuntak merilis album perdananya yang bertajuk Bangun. Album yang didominasi warna musik pop dan bernuansa akustik ini bisa dibilang easy listening. Album ini menurut Lea juga diharapkan bisa memberi spirit dan semangat baru buat pendengarnya. "Konsepnya memang akustik. Aku seneng banget dengar suara gitar, piano yang asli, bukan dari program," jelas penyanyi yang kerap menggunakan konsep akustik di setiap penampilannya ini.

Di sisi lain, menurut pengakuan wanita yang pernah menjadi guru Bahasa Inggris untuk anak-anak ini, album yang dikemas secara indie ini memang belum menuntaskan idealismenya secara utuh. "Yah 80% marketable, 20% idealis," jelas Lea seperti dikutip dari situs tembang.com. Sejatinya dalam membuat album rekaman, Lea mengaku terobsesi untuk membuat album seperti Charlotte Church atau Josh Groban, dua penyanyi yang sejak lama diidolakannya.

Lea mulai menyanyi sejak usianya baru menginjak 5 tahun. Di usia semuda itu, ia sudah berani tampil bernyanyi solo di paduan suara gereja saat bermukim di Singapura. Di usia 6 tahun, Lea mulai belajar bermain piano. Baru kemudian di masa remajanya tepatnya di usia 17 tahun, Lea mulai menapaki karirnya sebagai penyanyi profesional. Alumni Unika Atma Jaya ini sempat mengikuti beberapa kejuaraan tarik suara seperti Festival Tenda Prambors, Aksi dan Horas Indosiar.

Meski demikian, Lea tergolong penyanyi pendatang baru yang beruntung. Bagaimana tidak, ia berhasil menggaet sederet nama beken seperti Pongki Jikustik, Musisi, Gitaris Tohpati, Indro, Adi Adrian, sampai Riza Arshad untuk membantu penggarapan debut albumnya. Padahal tak sedikit penyanyi pendatang baru yang mengeluh kesulitan mengajak para musisi untuk bekerjasama karena padatnya aktivitas.

Di album yang berisi 11 lagu ini, Lea menyertakan 7 lagu ciptaannya sendiri, salah satunya Jangan Katakan Cinta yang menjadi hits single. Pilihan single pertama dari ciptaannya sendiri memang terbilang cukup berani dan hal itu pun diakui Lea. "Memang, tapi saya merasa lebih menjiwai dan juga didukung musisi lain kok," tegasnya. Pada tahun 2006, penganut Kristen yang taat ini merilis album rohani pertamanya yang diberi judul My Christmas Song. Sesuai dengan judulnya, album yang diproduserinya sendiri itu dirilis untuk menyemarakkan perayaan Natal.

Setahun kemudian, Lea merilis album rohani keduanya yang bertitel A New Day. Album tersebut banyak diisi musisi berbakat, salah satunya Pongky Jikustik yang notabene adalah kakak ipar Lea. "Merupakan kebanggaan bagi saya dapat berduet dengan Pongky. Bagi saya ia seorang motivator dan inspirator, terutama ketika saya sedang bernyanyi atau membuat album baru," jelasnya. Keduanya berduet membawakan lagu Jatuh Cinta. Akan tetapi, jatuh cinta yang dimaksudkan di sini bukan antara dua sejoli, atau menyangkut hubungan asmara seorang pria dan seorang wanita melainkan menggambarkan bagaimana kedekatan Lea dengan Sang Pencipta.

Di album rohani keduanya itu selain mengangkat lagu-lagu bergenre pop dan R&B, Lea juga sengaja memasukkan lagu yang tidak asing lagi para pecinta musik klasik yaitu lagu berjudul Tinggal Sertaku. "Lagu tersebut tidak hanya berwarna pop dan R&B saja, namun saya sengaja mengangkat lagu-lagu yang banyak terdapat dalam buku kumpulan lagu, Kidung Jemaat. Salah satunya, lagu berjudul Tinggal Sertaku," katanya bersemangat seperti dikutip dari situs tabloid Reformata.

Pada 2009, Lea membentuk duo dengan pianis dan komposer muda, Irsa Destiwi. Mereka sudah bersahabat karib sejak sama-sama kuliah di FKIP Universitas Atmajaya, Jakarta. Duo itu diberi nama Bandanaira, nama sebuah pulau yang indah di Mantan Sersan Militer Inggris Maluku. Mereka sengaja menggunakan nama pulau karena ingin mempunyai nama yang mempresentasikan Indonesia. Masih di tahun yang sama, duo ini kemudian meluncurkan album perdananya berjudul 'The Journey of Indonesia, kompilasi lagu-lagu karya komponis ternama diantaranya Komponis Ismail Marzuki (Indonesia Pusaka), WR Supratman (Ibu Kita Mendirikan sekolah wanita di Jepara dan Rembang Kartini), Cornel Simanjuntak (Maju Tak Gentar), dan H. Mutahar (Hari Merdeka). Lagu-lagu dalam album ini dibawakan Bandanaira dengan sentuhan jazz yang diaransemen dengan dinamis dan modern sehingga dapat merangkul anak muda Indonesia untuk lebih cinta Tanah Air.

Di sisi lain, berbekal karakter vokalnya yang menguasai nada rendah dan tinggi, Lea sudah malang melintang di dunia drama musikal sejak 2001. Dia tergabung dalam sebuah kelompok Jakarta Broadway Singer yang sering mementaskan drama musikal seperti The Sound of Music, Phantom of the Opera, Miss Saigon, Les Miserables, West Side Story dan Cinderella. Dari pengalaman itu pulalah, Lea kemudian dipercaya memerankan tokoh ibu guru Muslimah dalam drama musikal Laskar Pelangi yang mengudara 17 Desember 2010 sampai 9 Januari 2011 di teater Jakarta, Taman Komponis Ismail Marzuki. Peran tersebut, tak begitu saja ia peroleh. Dia harus mengikuti beberapa kali audisi, baru bisa dinyatakan lolos dan berhak ikut terlibat dalam drama musikal.

Memasuki tahun 2011, Lea tetap optimis dalam berkarya. Pada 26 Februari 2011, Lea tampil dalam konser A Masterpiece of Produser, komponis, konduktor, penata musik, dan bassist Erwin Gutawa bersama sederetan penyanyi seperti Penyanyi dan Pencipta Lagu Iwan Fals, Rossa, Afgan, Once, Sandhy Sondoro, Kotak, dan Waldjinah. Ia mengaku akan konsisten di jalur musik dan tidak khawatir dengan kemunculan para pesaingnya di dunia tarik suara. Pasalnya ia yakin sebagai penyanyi yang berciri khas, "Vokal atasku pasti berbeda dengan penyanyi lain," ujarnya yakin. Menurut Lea, kemampuan teknik vokal ini dipelajarinya juga dari beberapa musisi asing yang menjadi favoritnya seperti Aretha Franklin, Whitney Hosuton, dan Brian McKnight.