Ranty Maria (lahir di Jakarta, 26 April 1999) adalah seorang pemeran indonesia yang berdarah manado-korea.Ia mulai dikenal setelah membintangi sinetron "Menanti Keajaiban Cinta" produksi SinemArt bersama dua rekannya, Chelsea Olivia dan Glenn Alinskie. Setelah membintangi film Heart Series dan Anakku Tidak Gila . Ia juga ernah berperan bersama Giovanni Yosafat Tobing, Gracia Indri, Putri Patricia, Rico Tampatty, Dwi Yan, Rudi Salam, dan Sandi Tumiwa dalam film Menanti Keajaiban Cinta.
Nama lahir Ranty Maria Aprilly Kariso
Lahir 26 April 1999 (umur 16)
Bendera Indonesia Jakarta, Indonesia
Pekerjaan Aktris
Tahun aktif 2006-sekarang
Orang tua Lee Ki Young
Joanita Kariso
Agama Kristen
Ranty Maria memerankan Ratna di sinetron 7 Manusia Harimau produksi SinemArt yang ditayangkan RCTI. Sinetron ini diangkat dari serial novel Tujuh Manusia Harimau karya Motinggo Boesje. Pada tahun 1986, jilid pertama dari novel tersebut telah diadaptasi menjadi film 7 Manusia Harimau. Sinetron ini ditayangkan RCTI setiap hari pukul 20:15 - 22:00 WIB
Berikut ini beberapa perbedaannya dengan novel Tujuh Manusia Harimau dan film 7 Manusia Harimau:
Latar yang digunakan dalam cerita sinetron ini adalah Bengkulu.
Ada beberapa tokoh utama yang namanya diubah untuk penyesuaian yang bertujuan untuk unsur estetika, misalnya Harwati diganti dengan Karina, Lading Ganda diubah menjadi Rajo Langit, dan beberapa penamaan tokoh lainnya.
Istilah dan bahasa yang digunakan di sinetron diselipkan kosakata dan dialek dari bahasa daerah yang lazim digunakan di daerah-daerah Bengkulu seperti yang biasa digunakan penutur bahasa Melayu Tengah dan bahasa Rejang.
Inyik dijadikan istilah untuk menyebutkan harimau jadi-jadian. Istilah ini tidak ditemukan pada versi novel dan film.
Kitab Tujuh menggunakan aksara Kaganga yang merupakan aksara khas suku Rejang.
Kisah dalam versi sinetron memiliki kesamaan dengan legenda tentang suku Rejang yang memang dilegendakan bahwa leluhurnya adalah kaum harimau jadi-jadian. Kisah yang disuguhkan juga memiliki kesamaan dengan sejarah konflik suku Rejang dengan suku-suku bangsa terdekat lainnya. Legenda ini masih dipercaya dan nyata sesuai dengan sejarah yang ada di kalangan suku Rejang dan suku Serawai.