Para Pendaki Ternama ke Gunung Semeru

Biografi Profil Biodata Para Pendaki Ternama ke Gunung SemeruGunung Semeru atau Sumeru adalah sebuah gunung berapi kerucut di Pulau Jawa, Indonesia. Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Gunung Semeru juga merupakan gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia setelah Gunung Kerinci di Sumatera dan Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat. Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko.

Gunung Semeru secara administratif termasuk dalam wilayah dua kabupaten, yakni Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Gunung ini termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Semeru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Posisi geografis Semeru terletak antara 8°06' LS dan 112°55' BT. Pada tahun 1913 dan 1946 Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 m hingga akhir November 1973.

Clignet (1838) adalah orang pertama yang mendaki gunung ini adalah seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda dari sebelah barat daya lewat Widodaren.

Franz Wilhelm Junghuhn (lahir di Mansfeld (dekat Pegunungan Harz), 26 Oktober 1809 – meninggal di Lembang, 24 April 1864 pada umur 54 tahun) adalah seorang naturalis, doktor, botanikus, geolog dan pengarang berkebangsaan Jerman (lalu Belanda). Junghuhn berjasa sebagai peneliti pulau Jawa dari sudut pandang ilmu bumi, geologi, vulkanologi dan botanik dan juga daerah Batak di Sumatera.

Uraian menurut ilmu alam dia menuangkan pada karya utamanya, Pulau Jawa - Bentuknya, Permukaannya dan Susunan Dalam (3 jilid, 1852-54), yang dilengkapi oleh peta pertama dari pulau itu yang terperinci dan mengandalkan. Junghuhn juga menyusun sejumlah herbarium, singkatan ilmiahnya adalah Jungh. Dikenal pada upaya-upayanya untuk membina pemiliharaan pohon-pohon cinchona untuk menghasilkan obat kinine.

Juni 1842 Pemerintah kolonial Belanda menugaskan dia dengan pengukuran topografis Jawa Barat, kemudian juga Jawa Timur. Mei 1845 ia diangkat resmi sebagai anggota Natuurkundige Commissie di Batavia. Dari gubernur jenderal Rochussen ia bertugaskan mencari tempat di pulau Jawa, di mana dapat ditambang batubara. Junhuhn (1845) mendaki Semeru dari utara lewat gunung Ayek-ayek, gunung Inder-inder dan gunung Kepolo.

Van Gogh dan Heim Tahun 1911 lewat lereng utara dan setelah 1945 umumnya pendakian dilakukan lewat lereng utara melalui Ranupane dan Ranu Kumbolo seperti sekarang ini.

Soe Hok Gie (lahir di Djakarta, 17 Desember 1942 – meninggal di Gunung Semeru, 16 Desember 1969 pada umur 26 tahun) adalah seorang aktivis Indonesia Tionghoa yang menentang kediktatoran berturut-turut dari Presiden Soekarno dan Soeharto. Ia adalah mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jurusan Sejarah tahun 1962–1969. Soe adalah seorang etnis Tionghoa Katolik Roma. Leluhur Soe Hok Gie sendiri adalah berasal dari provinsi Hainan, Republik Rakyat Tiongkok. Ayahnya bernama Soe Lie Piet alias Salam Sutrawan. Ia keempat dari lima bersaudara di keluarganya; kakaknya Arief Budiman, seorang sosiolog dan dosen di Universitas Kristen Satya Wacana, juga cukup kritis dan vokal dalam politik Indonesia.

Idhan Dhanvantari Lubis adalah juga legenda serta tokoh pendakian yang mana kala itu meninggal di Puncak Semeru bersama Soe Hoek Gie pada tanggal 16 Desember 1969. Selama ini, memang tentang dia jarang terlihat di bicarakan dikalangan pendaki gunung, karena ketokohan Soe Hoek Gie yang terlanjur sangat melegenda. Tetapi syukurlah, Idhan Lubis tak terlupakan begitu saja. Idhan Lubis anak kedua dari pasangan Bachtar Lubis dan Kusrahaeni, dengan kakak kandung Idhat Lubis dan dua orang adik Piet Bachtari Lubis dan Poeng Wiyata Indra Lubis dan juga keponakan dari seorang jurnalis dan pengarang terkenal di Indonesia yaitu Mochtar Lubis.

Sebagai seorang pendukung hidup yang dekat dengan alam, tahun 1965 Soe Hok Gie membantu mendirikan Mapala UI, organisasi lingkungan di kalangan mahasiswa. Dia menikmati kegiatan hiking, dan meninggal karena menghirup gas beracun saat mendaki gunung berapi Semeru sehari sebelum ulang tahun ke 27. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis. Dia dimakamkan di tempat yang sekarang menjadi Museum Taman Prasasti di Jakarta Pusat.