Rico Patikasih, Pria berusia 30 tahun otak sindikat Berlan dan Tanah Tinggi, tewas ditembak polisi pada Jumat, 22 Januari 2016 sore hari. Sebelumnya Rico terlibat dalam pengeroyokan atas petugas polisi dalam penggerebekan di kawasan Berlan, Matraman, Jakarta Timur pada Senin (18/1). Rico baru datang di Jl Narada, Johar Baru, Jakarta Pusat 12 tahun lalu, tepatnya pada 2004. Ia merupakan warga pendatang dari Ambon. Dua tahun berselang, Rico menikah dengan Anapo Ibrahim dan tinggal di rumah yang menjadi lokasi baku tembak dengan polisi Jumat sore.
Tingkah laku Rico semasa hidupnya kerap menggelisahkan warga. Pria berusia 30 tahun ini kerap mengancam warga. Bahkan, jika ada yang berani tidak memenuhi permintaan, Rico tidak segan-segan menganiaya. Ia pernah terlibat pencurian ponsel. Juga pernah membacok warga dengan celurit. Tewasnya Rico oleh timah panas polisi, membuat putranya yang berinisial APR kini hidup sendirian. Pasalnya istri Rico, ibu APR, Anapo Ibrahim masih menjalani masa tahanan di penjara.
Rico bukan cuma berperan sebagai pengguna semata, tetapi juga pengaman peredaran di wilayahnya. Rico bergabung dalam sindikat Mami Yola. Ia juga merupakan jaringan Ade Badak, sosok yang tewas ditembak polisi pada Kamis lalu. Rico menguasai peredaran di Berlan dan Tanah Tinggi. Rico tewas setelah melawan polisi pada Jumat lalu. Dalam baku tembak yang tidak terhindarkan itu, Rico memakai pistol milik Inspektur Satu Hariyadi Prabowo yang direbutnya dalam penggerebekan empat hari sebelumnya. Beberapa warga di sekitar rumah Rico Patikasih, salah satu pelaku pengeroyokan polisi di Matraman, Jakarta Timur, menyesalkan sikap Rico yang kelewat berani melawan polisi.
#Lihat pula : Profil Ade Badak atau Ade Priyooza Wijaya