Ida Pedanda Gede Made Gunung yang lahir di Geria Gede Kemenuh Purnawati Blahbatuh pada 31 Desember 1950 adalah seorang Tokoh Hindu di Bali, Indonesia. Tokoh yang menjadi wiku (pandita) sejak 27 Oktober 1994 ini adalah sulinggih yang sederhana. Dia dinilai oleh banyak orang memiliki pendekatan pemikiran yang jauh ke depan, terampil dalam menerjemahkan filosofi Hindu dengan bahasa yang jelas dan lugas dan memiliki rasa humor yang tinggi. Dia seolah-olah mengubah citra Pedanda (Pendeta Hindu) dari sekedar muput karya (memimpin pelaksanaan upacara), menjadi pemberi Dharma Wacana, disamping tentunya juga muput karya.
Setelah menamatkan SD (1965) di Blahbatuh dan SMPN (1968) di Gianyar, beliau lalu melanjutkan pendidikan ke Taman Guru Atas (1971) di Sukawati. Beliau kemudian bekerja sebagai Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Gianyar (1972 - 1974), lalu menjadi guru SD di mawang Ubud (1975 - 1983) dan selajutnya pindah ke SD 7 Saba (1987 - 1994). Tahun 1992 beliau sempat mendapat peringkat sebagai guru teladan Kecamatan Blahbatuh. Disela -sela kesibukan sebagai guru, beliau melanjutkan pendidikan di Institut Hindu Dharma (IHD) hingga memperoleh gelar Sarjana Muda pada tahun 1986.
Beliau Madiksa atau menjadi pedanda pada tahun 1994 dan sejak tahun 2002 sampai sekarang beliau menjadi dosen luar biasa di almamaternya di Fakultas Usada Universitas Hindu Indonesia, sebutan IHD sekarang. Selain itu beliau juga aktif dalam kegiatan organisasi sejak akhir tahun 1960-an. Mula - mula di bidang olah raga, menjadi pemain voli seleksi PON Bali, menjadi pelatih karate (sabuk hitam), dan kemudian organisasi keagamaan. Mula - mula beliau aktif di Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) kecamatan Blahbatuh, PHDI Gianyar (1989-1994) PHDI Bali (1994-2001) dan PHDI Bali versi Campuhan (2001-2006)
Kondisi Ida Pedanda mulai drop sejak 9 Mei 2016. Pada Rabu (18/5/2016) pukul 04.45 Wita, Ida Pedanda Gede Made Gunung menghembuskan napas terakhir di ICU Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar, Bali, dalam usia 65 tahun setelah dirawat beberapa hari akibat stroke. Ida Bagus Made Purwita Suamem (40), putra kedua almarhum menjelaskan, ada gumpalan di otak kiri ayahandanya sehingga menghalangi peredaran darah dan masuknya oksigen. Duka mendalam atas kepergian rohaniwan dari Griya Gede Purnawati Kemenuh, Banjar Tengah, Desa Blahbatuh, Gianyar ini begitu terasa di kediamannya. Tangis pun pecah saat layon (jenazah) Ida Pedanda tiba di griya sekira pukul 09.30 Wita.