Nur Rohman disebut oleh Kapolri sebagai terduga tunggal pelaku peledakan bom bunuh diri di Mapolresta Surakarta. Lelaki kelahiran Solo 1 November 1985 itu adalah warga asli Kampung Sangkrah RT 1 RW 12, Kelurahan Sangkrah, Solo. Para tetangga mengenali Nur Rohman sebagai pribadi yang hangat dan sangat peduli lingkungan. Namun setelah mengikuti kelompok tertentu, Nur menjadi sangat memilih teman dan hingga akhirnya menghilang setelah teman-temannya ditangkap polisi. Dia bersama istri dan kedua anaknya menempati rumah peninggalan orangtuanya yang telah meninggal. Karena dikenal sebagai pemuda yang mudah bersosialisasi dan peduli lingkungan, Nur Rohman bahkan dipilih sebagai Ketua RT setempat. Wilarno, ketua RT yang menggantikan Nur Rohman mengatakan, Nur Rohman menjadi suka memilih teman. Tidak semua warga diajak ngobrol. Sedangkan kepada yang diajak ngobrol, pembicaraannya selalu menyangkut prinsip hidup untuk berjihad melalui jalan kekerasan.
Wilarno mengatakan sekitar pertengahan 2015, secara tiba-tiba, Nur Rohman datang ke rumah Wilarno dan berpesan bahwa Nur dan teman-teman sedang dalam kondisi sulit dan kemungkinan akan segera ditangkap aparat terkait kegiatannya selama ini. Nur berpesan, jika sewaktu-waktu dia menghilang maka Wilarno yang saat itu menjabat sekretaris pengurus RT agar menggantikan posisinya sebagai ketua RT. Nur telah berusaha menghilangkan identitas dirinya dari berkas kampung. Saat mengundurkan diri itu Nur lewat istrinya hanya menyerahkan cap basah kepengurusan RT. Sedangkan seluruh berkas kependudukan warga, termasuk Kartu Keluarga atas nama Nur Rohman tidak diserahkan kepada Wilarno. Tentang kebaikan Nur Rohman juga disampaikan oleh dua tetangga dekatnya, Kardi dan Asmuni. Keduanya mengatakan bahwa semula Nur adalah pribadi yang hangat dan tekun menghidupi keluarganya. Perubahan sikap dan perilaku itu terlihat semenjak mengikuti kelompok tertentu.
Nur Rohman tenyata sudah hampir setahun meninggalkan keluarganya. Istri dan kedua anaknya, tidak ada jaminan ekonomi sepeninggal Nur meninggalkan mereka untuk mengikuti prinsip yang dipegangnya. Semenjak menikah, pasangan Nur Roman dan Siti Aminah tinggal di rumah milik orang tuanya di Kampung Sangkrah RT 1 RW 12, Kelurahan Sangkrah, Pasarkliwon, Solo. Bahkan setelah kedua orangtuanya meninggal, Nur berserta istri dan kedua anaknya tetap tinggal di rumah yang berada persis di bawah tanggul tersebut. Semenjak bulan Agustus 2015, Nur Rohman memilih meninggalkan keluarganya dengan alasan akan bekerja ke Kalimantan. Nur tidak benar-benar ke Kalimantan. Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, menyebut bahwa Nur Rohman pernah lolos dari sebuah penggerebekan di Bekasi pada pertengahan Desember tahun lalu. Bahkan terakhir kali jejak Nur Rohman diketahui berada di Jawa Timur pada awal Juni yang lalu. Nama Nur Rohman disebut-sebut saat polisi melakukan penangkapan terhadap sejumlah orang di Surabaya saat itu. Polisi kehilangan jejaknya hingga kemudian Nur Rohman melakukan aksi bunuh diri, pagi tadi.
Selama itu, Nur Rohman, meninggalkan istri anak-anaknya. Wilarno, Ketua RT setempat, mengatakan semenjak pamit pergi akan bekerja ke Kalimantan, Nur Rohman sama sekali tidak pernah pulang ke rumahnya. Namun Asmuni, tetangga dekatnya, mengatakan Nur Rohman benar-benar tak pernah pulang sama sekali semenjak pasca bom Thamrin di Jakarta. Selama itu istri dan anak-anaknya hidup sendiri di perkampungan padat penduduk tersebut. Situasi itu tentinya cukup merepotkan Siti Aminah. Dia harus menghidupi kedua anaknya yang mesih belia, padahal dia sendiri juga tidak punya pekerjaan tetap. Terlebih lagi Aminah tidak punya sanak kerabat dekat di Solo karena dia berasal dari Jawa Barat. Hal serupa juga disampaikan oleh Wilarno. Melihat kondisi Aminah dan kedua anaknya yang mulai butuh biaya karena harus masuk TK, Wilarno sering menghimbau warga sekitarnya untuk sering menolong dan menyantuni Aminah dan kedua anaknya.
Wilarno mengakui meskipun perkampungannya merupakan kawasan padat dengan tingkat ekonomi, namun tingkat kerukunan dan kepedulian warga cukup tinggi. Aminah dan kedua anaknya direngkuh baik seluruh warga sebagai keluarga besar. Bukan hanya warga, pihak keluarga juga berpikir untuk menemani Aminah dan kedua anaknya. Mul Purwanto, kakak kandung Nur Rohmah, sejak dua bulan terakhir memilih memboyong anak istrinya tinggal di rumah orangtuanya demi bisa menemani dan membantu kondisi kehidupan Aminah dan kedua anaknya. Yayuk mengakui bahwa Nur Rohman memang memiliki pendirian dan jalan pikiran yang berbeda dengan keluarga lainnya. Namun demikian keluarga tidak berani menegur atau memperingatkannya. Bagi keluarga sebenarnya yang jauh menjadi beban pikiran adalah anak-anak Nur yang kurang perhatian setelah Nur menghilang dan Aminah juga tidak mempunyai pekerjaan tetap.