Valentino Simanjuntak, SH., MH. (lahir di Jakarta, 11 Juli 1982; umur 34 tahun) adalah seorang presenter olah raga, pengacara, dan juga pengajar komunikasi. Selain acara olah raga, Ia juga menjadi presenter acara pencarian bakat pesulap di Trans7, The Next Mentalist dan juga acara rohani Kristen di U-Channel Indonesia, Embun Sepanjang Hari. Ia pernah menjadi pejabat sementara CEO dari Asosiasi Pemain Sepak Bola Profesional Indonesia (APPI). Ia juga bergabung menjadi anggota dari tim Indonesia All Star Legend (Indonesia XI) saat melawan AC Milan Legends (disebut juga AC Milan Glorie) pada bulan September 2011.
Asal Mula Kata Jebret dan Oow-Oow-Oow dan Iiih.. Iiih.. Ya Ampun.. - Pertandingan Piala Federasi Sepak Bola Asia Tenggara (AFF) usia di bawah 19 tahun (U-19) tak lepas dari meriahnya komentar orang soal sang komentator bola, Valentino Simanjuntak. Dari awal hingga akhir pertandingan berlangsung, Valentino kerap berseru jebret. Aksi jebret Valentino pun mengundang reaksi positif dan negatif. Meski demikian, kata jebret pun jadi populer di jejaring sosial Twitter.
Ia pun menceritakan asal pengunaan kata jebret tersebut. Awalnya, Valentino kerap membawakan acara play by play yang lebih mengarah ke Inggris. Biasanya, ia menyampaikan data-data sambil menyebutkan nama pemain bola. Tapi, waktu menjadi komentator AFF, ada permintaan khusus. Ia diminta membawakan gaya Amerika Latin dan Italia, dari permintaan itulah, Valentino pun mencoba gaya komentator ala Radio Republik Indonesia dan gaya di kampung-kampung. Valentino mencari kata yang lebih sesuai dan lebih untuk menggambarkan serunya detik-detik tendangan gol. Ia pun menjajal kata jebret pada waktu timnas U-19 Indonesia melawan Malaysia.
Inspirasi kata jebret itu berdasarkan dari pengalaman Valentino kecil waktu main bola di kampungnya. Kata jebret kerap terucap waktu bermain bola pada masa kanak-kanaknya di tempat masa kecilnya, Srengseng Sawah. Sementara kata oow-oow-oow digunakan Valentino pada pertandingan pertama sampai pertandingan ketiga AFF. Ketika mengucapkan oow-oow-oow, Valentino merasa kurang cocok. Ia merasa kepanjangan dan kurang sesuai. Akhirnya, kata oow-oow-oow itu hanya dipakai kalau peluang mencetak gol terbuang.