Mamat Alkatiri adalah seorang Komika Stand Up Comedy Indonesia season 7 (SUCI 7) asal Papua. Panggung YouTube hari Senin (10/4), diwarnai video yang sukses memuncaki trending nomor 1. Pelakunya adalah seorang anak asli Papua dari Komika Stand Up Comedy Indonesia season 7 (SUCI 7) yang berhasil memukau banyak penonton YouTube gegara celetukannya yang menyebut Mau sampai kapan masyarakat Indonesia maju, jika menilai kualitas seseorang hanya dari wajah?
Materi konten yang disampaikan Mamat di depan ketiga juri SUCI 7: Indro Warkop, Pandji Pragiwaksono, dan Cak Lontong. Selama lima menit, ia menyampaikan keluh kesahnya selama kuliah di jurusan Kedokteran Gigi di sebuah universitas swasta di Yogyakarta. Pengalaman nyata karena hampir semua orang nggak percaya kalau ia adalah calon dokter. Apa iya kalau seseorang berkulit hitam, memiliki wajah pas-pasan alias ndeso, nggak pantas menjadi dokter gigi? Sedemikan parahkah kisah Mamat? Sampai ia harus curcol di acara SUCI 7 yang ditayangkan di Kompas TV? Entah mengapa banyak orang yang hanya menilai kualitas seseorang dari sampul luarnya saja?
Namun, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini mengaku bangga karena ia adalah anak papua pertama yang bisa eksis di panggung Stand Up Comedy Indonesia 7. Komika ini lahir dan tumbuh kembang di Fakfak, sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Papua Barat. Namun Mamat berhasil menimba ilmu di jurusan favorit. Di kesempatan itu pula, Mamat membeberkan seabrek keresahannya sebagai anak asli Papua yang hidup di lingkaran garis kemiskinan. Padahal tempat tinggalnya adalah negeri emas. Dalam salah satu guyonannya, Mamat Alkatiri bilang gini. "Saya jelaskan 70 triliun per tahun kalo dipake bikin papeda untuk satu Indonesia lengket".
"Sudah 6 season dan 3 orang Indonesia Timur luar biasa yang menyampaikan keresahan kami di Indonesia Timur, terutama Papua. Semoga pemerintah peka dengan keresahan kami masyarakat di papua, yang belum bisa merasakan yang namanya "negeri emas". Terus suarakan suara cendrawasih di bumi pertiwi, Mamat. Papua proud have u" Masyarakat lokal hidup miskin di sebuah Negeri Emas adalah hal yang sangat kontradiktif. Banyak masyarakat Papua yang justru nggak mendapat penghidupan layak. Anak-anak di sana juga susah untuk mengeyam pendidikan yang seharusnya. Kegelisahan itu ia sampaikan di ending penampilan kocaknya.
Bagaimana ia mengemas pesan moral bagus tentang sebuah harga diri dalam bentuk humor. Tonton deh kalau kamu penasaran dengan sindiran 50 juta rupiah untuk sebuah ciuman kening. Om Indro Warkop melabeli materi stand up Mamat dengan Kompor Gas. Pandji Pragiwaksono dibuat terkagum-kagum oleh message yang dihadirkan komika Papua itu. Bahkan Cak Lontong pun ingin mengenal lebih dekat saudara-saudara Mamat yang tinggal di Fakfak.