Akadi alias Dirjo 42 tahun seorang ayah dua anak warga yang tinggal di Gang 13, Desa Undaan Tengah, Kecamatan Undaan, Kudus, Jawa Tengah, mampu melahap makanan dengan jumlah besar dan banyak di atas kewajaran. Sekali makan, Akadi mampu menghabiskan banyak porsi makanan, dia menyantap lima piring nasi berikut lauknya berupa olahan ikan kakap di Rumah Makan Raja Iwak di desanya. Tak hanya itu, dia lanjut menyantap sepiring olahan daging keong penuh kenikmatan. Bagi Dirjo, sapaan akrab Akadi, sepiring nasi hanya akan mengundang hasrat kembali menambah porsi nasi. Dia memang kalau makan banyak nasinya sedangkan Lauknya malah sedikit.
Banyaknya porsi makan berbanding lurus dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskannya. Sepiring nasi munjung (berlimpah), hanya butuh waktu Dirjo sekitar 2 menit untuk menandaskannya. Kebiasaan makan banyak itu sudah melekat sejak dia masih bocah. Sampai sekarang, lelaki yang bekerja sebagai sopir truk ini masih memiliki kebiasaan yang sama. Di kalangan teman seprofesinya, tak jarang dia dipanggil Rai Badokan yang kemudian disingkat RB. Rai merupakan bahasa Jawa yang berarti muka. Badokan, istilah yang kasar, berarti makan. Kemudian diartikan sebagai orang yang memiliki tampang banyak makan. “Karena dianggap kasar, kemudian Rai Badokan diganti Raja Badok atau Raja Makan,” tutur pria berperawakan tinggi besar tersebut. Orang yang tinggal di sekelilingnya sudah paham dengan kebiasaan makan Dirjo.
Dirjo bercerita, pemilik atau penjaga warung yang disambanginya saat istirahat mengemudi truk tak jarang terheran-heran. Sebab, sekali makan dia mampu menghabiskan 4 sampai 6 porsi makan. Sekali makan pula dia bisa menghabiskan uang sekitar Rp 30.000 sampai Rp 50.000 di warung tepi jalan yang sederhana. “Biasanya pemilik warung akan berseloroh, makannya kok banyak gitu,” tutur Dirjo. Menu makanan yang paling disukainya adalah nasi sambal. Pernah dalam suatu kesempatan dia makan di angkringan atau hik, Dirjo menghabiskan 25 bungkus nasi kucing. Nasi kucing adalah istilah bagi nasi yang tersedia di angkringan atau warung hik di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Porsinya kecil, di dalam nasi ada lauknya satu jenis yang juga berukuran kecil. Semisal bandeng, sarden, daging ayam, telur dadar, ati ayam atau usus. “Pedagangnya sampai geleng-geleng, kok bisa habis banyak banget nasinya,” ungkap Dirjo tergelak.
Meski memiliki kebiasaan makan di luar batas kewajaran, sampai saat ini Dirjo belum pernah mengeluh karena gangguan kesehatan. Dia mengimbanginya dengan berolahraga bulutangkis tiga kali dalam seminggu. “Kalau penyakit tidak ada keluhan, baik perut maupun lainnya. Terus kemarin saya tes kesehatan kadar gula normal. Kolesterol tidak terlalu tinggi. Yang agak tinggi cuma asam urat,” paparnya. Banyaknya porsi makan tidak membuat sang istri, Astuti (40), kelimpungan. Bahkan Tuti merasa senang karena masakannya selalu habis dilalap suami. “Dia paling suka makan nasi sambal. Bisa sambal terasi atau sambal bledeg. Masak sekilo beras bisa dihabiskan dia sendiri,” tuturnya. Saat Astuti memasak makanan berkuah. Dirjo tidak lagi menggunakan piring sewaktu makan. Dia akan menggunakan baskom ukuran sedang. Seperti biasa, dia akan tambah nasi lagi dan lagi sampai merasa kenyang.