Orang tua Ananda, Moris Saubaki dan Telly Saubaki berasal dari Kupang, Nusa Tenggara Timur atau NTT sangat terkejut dan bangga, sebelumnya tidak menyangka foto anaknya akan menghiasi uang khusus itu.
Uang pecahan baru edisi khusus memperingati HUT ke-75 RI baru saja diluncurkan, Senin (17/8/2020). Tampak belakang uang ini adalah gambar deretan anak-anak yang memakai berbagai baju adat dari Sabang sampai Merauke.
Baju adat tersebut berasal dari sembilan provinsi di Indonesia, yaitu Aceh, Riau, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, Maluku, dan Papua.
Pakaian adat khas Aceh adalah Ulee Balang. Biasanya, pakaian adat Ulee Balang ini hanya dipakai oleh para raja dan keluarga-keluarganya ketika acara sakral atau upacara adat. Terdiri dari dua versi, yang perempuan disebut Daro Baro, sedangkan pakaian untuk kaum lelaki seperti yang dikenakan anak di uang baru itu disebut Linto Baro.
Sementara, busana adat Riau yang dikenakan sosok anak perempuan disebut Kebaya Laboh. Busana adat tersebut biasa dikenakan oleh masyarakat Melayu Riau. Sedangkan, dari Jawa Tengah diwakili gambar anak mengenakan beskap. Sebutan resmi untuk busana adat dari Jawa Tengah adalah Jawi Jangkep, terdiri dari atasan yang berupa baju beskap yang biasanya memiliki motif bunga, dan bawahan berupa kain jarik yang dililitkan pada ikat pinggang yang tersedia.
Lalu dari Kalimantan Barat diwakili gambar anak perempuan yang mengenakan busana adat khas suku Dayak yang disebut King Bibinge. Pakaian adat ini biasanya menggunakan bahan dasar dari kulit kayu kapuo yang diolah menjadi kain. Sebelum memakainya, para perempuan harus menggunakan stagen. Sementara, kain bawahannya biasanya dihiasi bermacam manik-manik, dan bulu burung enggang.
Dari Kalimantan Utara dikenal dengan pakaian adat yang disebut sapei sapaq untuk kaum laki-laki dan ta'a untuk kaum wanita. Pakaian ta'a terdiri dari semacam ikat kepala yang disebut da'a, dibuat dari pandan. Biasanya pakaian adat itu dikenakan oleh masyarakat suku Dayak Kenyah.
Namun, dalam uang baru, busana adat yang dikenakan gambar anak lelaki yang berada di tengah-tengah adalah busana adat khas suku Tidung. Pakaian adat warga suku beragaman Islam itu terdiri Pelimbangan dan Kurung Bantut (Pakaian Sehari-hari), selampoy (pakaian adat), Talulandom (pakaian resmi), dan Sina Beranti (pakaian Pengantin).
Sementara dari Nusa Tenggara Timur (NTT) diwakili gambar anak perempuan yang mengenakan busana adat khas suku Rote. Hal itu terlihat dari hiasan kepala berbentuk seperti bulan sabit. Kaum wanita biasanya akan memakai baju kebaya yang pendek dan untuk bagian bawahnya menggunakan kain tenun.
Lalu dari Gorontalo diwakili oleh anak lelaki yang mengenakan busana adat yang disebut Makuta. Jenis baju adat yang satu ini tidak boleh digunakan untuk acara sembarangan. Penduduk setempat hanya menggunakan pakaian tradisional khas Gorontalo untuk beberapa acara adat atau sakral saja.
Kemudian, dari Maluku diwakili gambar anak perempuan yang mengenakan Baju Cele. Baju adat khas Maluku yang memiliki corak dengan ciri-ciri kotak kecil. Corak tersebut berbentuk geometris yang mana bergaris-garis lurus.
Terakhir, ada Papua yang diwakili dengan gambar anak lelaki yang berada paling kanan. Pakaian adat lelaki Papua dikenal dengan sebutan koteka, serta hiasan di kepala berupa rumbai-rumbai yang bentuknya seperti mahkota.
Di halaman belakang tersebut, juga terdapat motif tenun nusantara, antara lain gringsing Bali, Batik Kalong Jawa, dan Songket Sumatera Selatan yang menggambarkan kebaikan, keagungan, dan kesucian. Halaman belakang uang pecahan baru ini juga melambangkan filosofi menyongsong masa depan gemilang pada era digital dengan satelit merah putih sebagai jembatan komunikasi NKRI.