Rini Mariani Soemarno Soewandi (lahir di Maryland, Amerika Serikat, 9 Juni 1958; umur 56 tahun) adalah Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada Kabinet Gotong Royong. Sarjana Ekonomi lulusan 1981 dari Wellesley College, Massachusetts, Amerika Serikat ini adalah termasuk salah seorang menteri yang diangkat dari kalangan profesional. Pada 26 Oktober 2014, ia dipilih menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara dalam Kabinet periode 2014-2019 oleh Presiden Jokowi.
Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo-M. Jusuf Kalla menunjuk Rini Mariani Soemarno sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2014-2019. Presiden Joko Widodo mengumumkan susunan "Kabinet Kerja" di halaman Istana Kepresidenan, Minggu (26/10/2014), pukul 17:15 WIB. Seluruh calon menteri hadir mengenakan seragam putih. "Beliau adalah dari kalangan professional, kaya pengalaman sebagai CEO di perusahaan besar, pekerja keras. Dia ketua tim transisi, pernah menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Saya menilai dia sebagai pekerja yang cepat, eh bukan, tercepat, dia lincah," ujar Presiden Jokowi.
Rini menggantikan Menteri BUMN Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II Dahlan Iskan yang menjabat sejak 19 Oktober 2011 menggantikan menteri sebelumnya Mustafa Abubakar. Berdasarkan catatan Bisnis, Rini Soemarno cukup lama masuk ke dalam birokrasi pemerintahan di Indonesia. Rini ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai Kepala Staf Kantor Transisi. Bekas Menteri Perindusterian dan Perdagangan pada kabinet Gotong Royong 2001-2004 ini memang dikenal dekat dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Wanita kelahiran Maryland Amerika Serikat, 9 Juni 1958 ini pertama kali memasuki birokrasi pemerintahan saat menjabat sebagai Wakil Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), Jakarta pada 1998. Dia mengenyam pendidikan di Fakultas Ekonomi Wellesly College Massachusetts AS pada 1981. Dia menjabat sebagai Menperindag menggantikan Luhut Binsar Panjaitan dan kemudian diteruskan oleh Mari Elka Pangestu. Rini menjadi Menperidag ke-29 dengan masa jabatan 10 Agustus 2001 hingga 22 Oktober 2004. Mantan istri Soewandi ini memiliki 3 orang anak. Sebelum bercerai, Rini dikenal dengan nama Rini M. Soewandi.
Perjalanan karir profesional Rini memang cukup panjang. Rini terakhir kali memegang jabatan sebagai Presiden Direktur PT Kanzen Motor Indonesia. Pada awal karirnya, Rini menjabat Pengurus Pinjaman Bank Dunia untuk Negara-negara Asia Afrika, Departemen Keuangan Amerika Serikat, AS (1979-1980). Dia kemudian berkarir sebagai Trainee Departemen Keuangan AS, Office of Multilateral Development Bank, AS (1981-1982). Namun, Rini kemudian kembali ke Indonesia dengan menjadi Trainee Citibank N.A, Jakarta (1982).
Karier Rini gemilang di Citibank. Dia kemudian diapuk menjadi Asisten Manager Citibank N.A, Jakarta (1982-1983), lalu Manager Citibank N.A, Jakarta (1984-1988), Asisten Vice President Citibank N.A, Jakarta (1986-1988), hingga menjadi Vice President Citibank N.A, Jakarta (1988-1989). Pindah dari Citibank, Rini menjadi GM Finance Division PT Astra International, Jakarta (1989). Setahun kemudian, Rini langsung ditunjuk menjadi Direktur Keuangan PT Astra International, Jakarta (1990). Di Group Astra, Rini menduduki pucuk pimpinan dengan menjabat sebagai Direktur Utama PT Astra International Tbk., Jakarta (1998-2000).
Disela-sela itu, Rini sempat menjabat sebagai Komisaris Bank Universal, Wakil Presiden Komisaris PT United Tractors, Komisaris PT Bursa Efek Jakarta, dan Komisaris PT Astra Agri Lestari. Lepas dari Group Astra, Rini kemudian menjabat sebagai Komisaris PT Agrakom - Bidang Bisnis Internet, Jakarta (2000). Kemudian Presiden Direktur PT Semesta Citra Motorindo (2000-2001), dan Presiden Direktur PT Kanzen Motor Indonesia (2005). Selain itu, Rini juga memiliki kegiatan di luar perusahaan dengan menjadi Ketua Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), dan Penasihat Ahli Keuangan Koperasi Pegawai Negeri, khususnya pada Bank Kesejahteraan Ekonomi.
Kendati demikian, rekam jejak Rini sempat diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait penyelidikan Surat Keterangan Lunas (SKL) dalam Bantuan Likuiditas Bank Bank Indonesia (BLBI) pada Juni 2013. Joko Widodo pernah menyatakan keyakinan atas kredibilitas Rini Soemarno meski pernah diperiksa KPK. "Jangan bilang diduga-duga. tidak boleh menduga seperti itu. Kalau sudah ditangkap, itu baru bisa," ujar Jokowi pada Agustus lalu. - Berbagai Sumber