Biodata Bayu Santoso - Desainer Cover Album Maroon 5

Bayu Santoso Menangi Desain Sampul Album Maroon 5Bayu Santoso Tampilkan Ornamen Nusantara dalam Desain Alternatif Cover Album Maroon 5. Mahasiswa Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Bayu Santoso, menampilkan ornamen nusantara dalam desain alternatif cover album kelompok band Maroon 5. Nama Bayu Santoso akhir-akhir ini menjadi pembicaraan di berbagai media. Mahasiswa semester 3 jurusan desain dan komunikasi visual di Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini berhasil menjadi pemenang kontes desain untuk alternative cover album kelompok band Maroon 5. Beberapa waktu lalu kelompok band yang berasal dari California ini memang mengajak para fans untuk menciptakan cover untuk album terbaru mereka yang berjudul ‘V.’

Setelah melihat informasi mengenai kontes ini di halaman Facebook Maroon 5, Bayu pun memutuskan untuk ikut berlomba. Tidak pernah terpikir kalau dirinya akan memenangkan kontes bergengsi ini. Bayu tahu bahwa dirinya berhasil memenangkan kontes ini melalui para fans Maroon 5 di Indonesia yang melihat desainnya ditampilkan di halaman Facebook Maroon 5. Perasaan senang bercampur kaget pun dirasakan olehnya. Begitu berita mengenai kemenangan ini mulai menyebar, Bayu mulai merasa takut, karena dirinya merasa belum begitu paham mengenai seni, karena masih belajar.

Untuk kontes desain alternatif cover album Maroon 5 ini, Bayu menggambar harimau dengan menggabungkan unsur barat dan ornamen nusantara Indonesia. Ia memilih harimau karena mengaku suka akan bentuk dan coraknya. Penggarapan gambar harimau ini berlangsung sekitar satu minggu. Untuk kontes ini Bayu berhasil memenangkan dua tiket konser Maroon 5 yang bisa digunakan di negara mana saja. Selain itu Bayu juga memenangkan aneka suouvenir Maroon 5 dan sejumlah uang. Ini bukan pertama kalinya Bayu mengikuti kontes bergengsi yang diadakan oleh band papan atas dunia. Sebelumnya Bayu juga pernah memenangkan kontes membuat poster yang diadakan oleh musisi Billy Joel, di mana hasil karya Bayu kemudian ditampilkan di situs halaman fans milik musisi yang terkenal lewat lagu “Uptown Girl” tersebut.

Mengenai kabar bahwa dirinya pernah menjadi penggembala kambing, sambil tertawa Bayu mengatakan bahwa hal itu merupakan amanah dari almarhum sang ayah. Rencananya sebentar lagi Bayu akan melakukan pameran lukisan perdananya di Bandung, sekaligus meluncurkan koleksi kaosnya di bawah nama 'Gale'. Kepada teman-teman di Indonesia, Bayu berpesan untuk selalu mengejar kesempatan yang ada di depan mata. "Kalau ada kesempatan jangan ditutup. Coba aja dulu. Nggak usah berpikir menang atau kalah. Yang penting kita sudah berpartisipasi. Karena kita nggak tahu hasilnya juga. Jadi coba saja, hajar saja semua yang ada di depan,” papar Bayu menutup wawancara dengan VOA. -VOA-



Dunia desain dan musik Indonesia gempar setelah grup musik internasional Maroon 5 memilih rancangan sampul album terbarunya. Desain wajah harimau yang kaya ornamen dengan huruf V di tengahnya itu ternyata karya mahasiswa semester tiga Desain Komunikasi Visual Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta, Bayu Santoso. Untuk mendesain kover wajah harimau, Bayo melewati banyak tahapan. Pertama, dia mencari inspirasi dengan melihat kover album Maroon 5 sebelumnya. Kover-kover itu dia pelajari untuk melihat ciri khas dari band kesukaannya ini. Wajah harimau dia pilih sebagai senjata utama mengikuti kompetisi ini. Di tengah proses penggarapan inilah masalah muncul. Bayo sempat kehabisan ide dan konsep untuk melanjut-kan wajah harimau itu. Dalam proses pencarian inilah, alumnus SMKN 1 Kalasan, Sleman ini membuka buku lamanya. Ide muncul ketika dia melihat ragam ornamen nusantara. Ornament khas Jepara pun dia aplikasikan dalam desain wajah harimau ini.

Pemilihan wajah harimau sebagai senjata utama ini memiliki alasan kuat. Bagi Bayo, harimau adalah sosok hewan yang misterius dan memiliki aura kekuatan. Selain itu, wajah harimau dirasa kuat untuk menghidupkan huruf V khas Maroon 5. Huruf V ini pula yang menjadi syarat wajib kompetisi desain album. Secara kreatif Bayo menyematkan Vdi tengah wajah harimau dari hidung hingga telinga. Uniknya, dalam ketentuan Maroon 5 juga mencantumkan alasan lainnya, di mana sang desainer menganggap desain yang dibuat untuk diri masing-masing. Sehingga karya yang dihasilkan benar-benar jujur, hidup dan memiliki makna. Dua minggu kemudian, tepatnya Kamis (9/10), Bayo mendapat kabar dari manajemen Maroon 5. Desainnya terpilih sebagai pemenang kompetisi ini dan dibeli lepas. Beberapa hadiah seperti dua tiket gratis konser Maroon 5 di mana dan kapan saja dia dapatkan.

Selain itu masih ada beberapa merchandise asli dari Maroon 5. Tentu saja penghargaan tertinggi dari kompetisi ini adalah melambungnya nama Bayo. Alhasil beberapa instansi hingga individu sibuk menghubunginya untuk menjalin kerja sama. Melihat sosok Bayo, pada awal-nya mungkin akan mengiranya sebagai sosok pendiam. Tapi setelah cukup lama mengobrol, sosok Bayo yang asli keluar. Dia ternyata pemuda yang suka tertawa dan berbicara apa adanya. Bahkan jika mendengar logat berbicaranya sangat kental gaya Jakarta. Tetapi dengan tertawa dirinya membantah hal ini. Dengan bangga dia mengaku merupakan produk asli Jogjakarta. Mimik mukanya pun kembali serius ketika bercerita tentang dunia desain grafis. Berdasarkan pengalamannya, dunia ini merupakan lahan subur. Sayangnya penghargaan atas hasil pikir dan kerja desain grafis masih rendah.

Beberapa karyanya pernah dihargai sangat rendah. Bahkan suatu waktu dia pernah memergoki salah satu desainnya dibajak. Tentunya ini menjadi permasalahan, terlebih dalam menghargai sebuah hak karya cipta. Baginya ini merupakan sebuah dilema dalam dunia desain grafis. Sebab, penghargaan tinggi justru diberikan oleh warga-warga asing. Meski demikian dia tetap optimistis, termasuk dalam melakukan edukasi, terlebih kepada kliennya. Untuk mencapai penggarapan seperti ini, Bayo belajar ke almarhum ayahnya, Guritno. Sejak kecil dia dibiasakan untuk angon kambing.

Pagi-pagi buta Bayo kecil harus bangun pagi untuk antre ampas tempe di dekat rumahnya, Prambanan. Ampas tempe ini lalu diolah menjadi makanan untuk kambing. Bahkan dirinya harus ngarit untuk memberi makan kambing-kambingnya. Kebiasaan ini berlangsung hingga dirinya duduk di bangku SMK. Didikan keras sang ayah ini pulalah yang melahirkan seorang Bayo seperti saat ini. Dia harus berjuang dengan terus aktif mendesain. Cita-cita memiliki produk clothing sendiri pun menjadi target berikutnya. Baginya, desain sudah men-jadi bagian dari hidupnya. Meski sebuah profesi, Bayo meng anggap profesi ini menyenangkan. Bahkan dia dapat menikmati proses kreatif dalam mencipta-kan sebuah karya. - JPNN