Faza Candikya Dhanadi (16), seorang pelajar menjadi korban perampokan di sebuah angkot Metro Mini 52 (Kampung Melayu-Cakung) B 7704 AM, di depan Stasiun Buaran, Jalan I Gusti Ngurah Rai, Duren Sawit, Jakarta Timur, Rabu 10 Desember 2014 sekira pukul 16.30 WIB. Tapi dengan gigih dia berjuang mempertahankan handphone-nya yang berisi koleksi foto kereta api karena dia adalah pecinta kereta api.
Faza Candikya Dhanadi (16), pelajar korban perampokan di sebuah angkot Metro Mini 52 (Kampung Melayu-Cakung) B 7704 AM, di depan Stasiun Buaran, Jalan I Gusti Ngurah Rai, Duren Sawit, Jakarta Timur, Rabu (10/12) sekira pukul 16.30, ternyata punya hobi unik. Menurut pengakuan kedua orangtua Faza, Wulandari dan Ainur Rofiq, sejak kecil Faza suka dengan Kereta Api (KA). Bahkan, gadgetnya pun penuh dengan karya jepretan Faza yakni foto kereta api.
"Sejak kecil, Faza memang suka Kereta Api (KA). Saya tahu, Faza saat dirampok di dalam metro mini, itu posisinya dia sama sang sopir aja. Gak ada siapa-siapa lagi. Ada orang naik ke metromini itu, lalu orang itu mau mengambil hape Smartphonenya. Faza melawan dan nggak mau pastinya, soalnya isi hapenya itu foto-foto kereta api," jelas Wulandari.
Sambung Wulandari, Faza sempat mengeluh kepadanya jenuh setelah Faza mengikuti ujian susulan di sekolah. Bahkan, Faza tidak izin kepadanya jikalau Faza ingin hunting kereta api.
"Faza tuh gak izin sama saya kalau mau hunting kereta api. Tapi saya tahu, dia mau foto kereta lagi. Dia bilang ke saya 'Aku jenuh mah, pulang sekolah aku naik Metro mini mau ke Stasiun Buaran ke Manggarai' itu kata Faza. Saya pun ngerti, anak ini usai operasi kan gak masuk sekolah. Terus pas masuk ikut ujian susulan yang ketinggalan selama 3 hari," jelas Wulan.
Ainur menduka, bagian luka tusukan yang dialami Faza, lantaran perampok tersebut mencoba mengambil handphone Faza. Ia pun tahu, Faza mempertahankan handphonenya dengan digenggam erat dan mendekapnya di atas perutnya. "Saya yakin. Dia mempertahankan handphonenya. Makanya, jempol bagian kanan Faza itu luka lantaran perampok itu mencoba menusuk lengan Faza agar handphone terlepas dari tangannya," ucap Ainur.
Faza Candikya Dhanadi (16), seorang pelajar menjadi korban perampokan di dalam Metromini 52 (Kampung Melayu – Cakung), tepatnya di depan Stasiun Buaran, Jalan I Gusti Ngurah Rai, Duren Sawit, Jakarta Timur, Rabu 10 Desember 2014 lalu. Hingga kini Faza masih dirawat instensif di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Senen, Jakarta Pusat, Jumat 12 Desember 2014.
Tubuh Wulandari (40) tersandar lemas di dinding ruang tunggu pasien di dekat Ruang Intensif Care Unit (ICU) Lantai II, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Senen, Jakarta Pusat, Kamis (11/12). Berkali-kali ia memejamkan matanya. Dia tak kuasa menahan kesedihan. Maklum, anaknya Faza Candikya Dhanadi (16) kini tergolek dalam kondisi kritis di Ruang Intensive Care Unit RSCM. Sehari sebelumnya, Rabu (10/12), Faza menjadi korban perampokan di angkutan umum Metro Mini 52 jurusan Kampung Melayu-Cakung bernomor polisi B 7704 AM.
Pelajar kelas 1 SMA Cahaya Sakti, Jakarta Timur, itu dirampok saat Metro Mini melintas di depan Stasiun Buaran, Jalan I Gusti Ngurah Rai, Duren Sawit, Jakarta Timur, sekira pukul 16.30 WIB. Pelaku menusuk dada korban dua kali. Sebab, korban tidak memberikan ponsel yang diminta pelaku. Setelah menusuk, pelaku pun kabur tanpa jejak. Akibat tusukan itu, Faza terluka parah. Dia kehilangan banyak darah. "Kemarin Faza mengeluarkan darah sampai seliter," kata ayah Faza, Ainur Rofiq, dokter di Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, yang saat itu menemani istrinya.
Kemarin luka di tubuh Faza itu bahkan mengalami infeksi. "Luka tusukan yang dialami Faza itu infeksi. Jadi dia terus mengalami pendarahan dan demam sangat tinggi," ujar Ainur ketika ditemui di Ruang Tunggu Keluarga Pasien, Lantai II RSCM. Akibatnya, menurut Ainur, Faza mengalami pembekuan darah sehingga peredaran darahnya menjadi terganggu. "Darahnya masuk ke rongga perut," lanjutnya. Dijelaskan Ainur, kondisi anaknya setelah ditusuk perampok di dalam angkutan umum Metro Mini memang cukup memprihatinkan. "Ya, ususnya tidak terburai, cuman keluar. Faza diketahui ditusuk sama perampok itu dengan belati. Mungkin Faza melindungi handphonenya karena tak mau memberikan ke perampok itu," tuturnya.
Dijelaskan, saat dilarikan ruang ICU, Rabu malam, Faza sempat ditanyai ibunya, Wulandari, apakah remaja itu masih mengingat wajah pelaku perampokan di Metro Mini tersebut. "Dia (Faza) hanya geleng-geleng kepala. Abis itu merem lagi," ucap Wulandari yang berprofesi sebagai terapis. Wulandari pun harus bersabar menunggu kabar perkembangan putranya yang dirawat di ICU RSCM. "Masih nunggu," ucapnya singkat dan pelan. Kemarin, tampak kakek dan nenek Faza juga ikut menunggu kabar terbaru dari dokter. Wulandari yang duduk hanya beralaskan tikar, tiba-tiba memanggil-manggil anaknya. "Faza..." ucapnya pelan. Nenek Faza pun langsung menghibur Wulandari dengan mengelus lengannya. (Harian Warta Kota)