Mendengar kisah perjuangan Bripda M Taufiq untuk menjadi anggota Kepolisian Republik Indonesia, membuat atasannya, Dir Sabhara Polda DIY Kombes Pol Yulza S terharu. Bahkan, kisah Bripda Taufiq ini menjadi inspirasi bagi anggota Sabhara Polda DIY lainnya. "Semangat dan perjuangan Bribda M Taufiq sangat luar biasa untuk menjalani hidup dan mengejar cita-citanya sebagai anggota polisi," jelas Dir Sabhara Polda DIY Kombes Pol Yulza S saat ditemui di Mapolda DIY, Kamis (15/1/2015).
Menurut Yulza, perjuanga Bripda Taufiq akan membuat siapapun terenyuh. Berbagai kekurangan yang dialami Taufiq tidak pernah menjadi halangan baginya dalam meraih cita-cita. Perjuangan kerasnya tak pernah disertai kata-kata mengeluh. Bahkan, karena tidak ada kendaraan, Bripda Taufiq bersedia bangun subuh dan berjalan sekitar 7 kilometer menuju Mapolda DIY untuk menjalankan tugasnya. "Saya bangga dan salut dengan perjuangan serta dedikasi dia," tuturnya. Menurut Yulza, saat menjalani pendidikan kepolisian, Bripda Taufiq memang bukan siswa yang meraih peringkat pertama. Namun dari segi motivasi, dia yang terbaik.
Selain menginspirasi, lanjut Yulza, kisah kehidupan Bripda Taufiq pun akan dijadikan sebagai ikon semangat perjuangan dan kesederhanaan anggota polisi. Kisah ini nantinya akan diceritaka Yulza kepada seluruh jajaran dan anggota-anggotanya. Tujuanya agar semangat, kemauan dan dedikasi Bripda Taufiq dapat menjadi contoh dan menginspirasi bagi seluruh jajaran Sabhara Polda DIY. "Dia saya jadikan ikon. Harapan saya bisa membawa pengaruh yang lebih baik bagi seluruh anggota Sabhara di Polda DIY," pungkasnya.
Meski telah resmi menjadi anggota kepolisian dan bertugas di Dit Sabhara Polda DIY, Bripda M Taufiq belum menerima gaji pertamanya. Mendengar cerita tentang kondisi kehidupan Bripda M Taufiq, senior-seniornya di Dit Sabhara Polda DIY patungan untuk membantu uang makan sehari-hari. "Dia kan belum menerima gaji pertama dan memang tidak punya uang," kata Wakil Direktur Sabhara Polda DIY AKBP Prihartono, Kamis (15/1/2015). Senior-senior Taufiq di Dit Sabhara Polda DIY pun berinisiatif mengumpulkan uang untuk kebutuhan sehari-hari dan keluarga polisi yang tinggal di rumah bekas kandang sapi tersebut. "Ya, ada yang Rp 20.000, ada yang Rp 30.000. Seikhlasnya, mereka memang inisiatif sendiri membantu," katanya. Satu hari lalu, dari pengumpulan sumbangan itu, Bripda M Taufiq mendapat Rp 370.000.
Selain membantu dengan uang, lanjut Prihartono, senior-seniornya juga menjamin makan sehari-hari Bripda M Taufiq saat berdinas di Dit Sabhara Polda DIY sehingga setiap hari Bripda M Taufiq tak perlu takut tidak bisa makan. "Makan sehari-hari saat dinas sudah dijamin senior-seniornya di sini. Setiap hari," ucapnya. Para seniornya rela membantu Bripda M Taufiq karena memandang semangat dan perjuangan Taufiq untuk menjalani hidup dan meraih cita-citanya sebagai anggota kepolisian sangat besar. Bahkan, semangat itu mengilhami anggota Sabhara Polda DIY untuk menjadi yang terbaik. "Semangat M Taufiq telah menjadi spirit anggota Sabhara di sini," pungkasnya.
Di balik kesuksesan perjuangan Bripda M Taufiq menjadi anggota kepolisian, ada sosok sang nenek, Partilah (65), di belakangnya. Ketika sejumlah Anggota Dit Sabhara Polda DIY dan rombongan wartawan mengunjungi rumah Bripda M Taufiq di area kandang sapi di Dusun Jongke Tengah Desa Sendangadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Kamis (15/1/2015) siang, seorang perempuan tua dengan tergopoh-gopoh berjalan dan langsung memeluk Taufiq.
Dengan terus memeluk M Taufiq, air mata perempuan renta itu tak terbendung. Serentak peristiwa haru ini pun membuat mata beberapa anggota Polwan yang turut serta dalam rombongan juga ikut berkaca-kaca. "Uwis to mbok. Putune ki ora ngopo-ngopo kok nangis (Sudah mbok. Cucunya itu baik-baik saja, jangan menangis)," ujar Taufiq menenangkan sang nenek. Partilah pun menjadi tenang. Ketika ditanyai mengenai cucunya itu, Partilah menuturkan bahwa Taufiq adalah cucu pertamanya.
Sebelum menjadi polisi, cucunya itu sekolah sambil bekerja di SMK Seyegan dan kadang-kadang ikut menambang pasir. Uang dari hasil kerjanya pun tidak untuk sendiri, namun juga diberikan kepada adik-adiknya sebagai biaya sekolah. Bahkan, sesekali untuk menghibur adik-adiknya, Taufiq kerap membelikan mereka sate. "Kalau adiknya nangis kangen ibunya, Taufiq menghibur dengan beli sate, ya dari uang hasil kerja itu," tandasnya.
Suatu ketika, Taufiq datang ke rumah Partilah di Kronggahan, Sendangadi, Mlati, Sleman. Partilah mengaku kaget ketika tiba-tiba Taufiq sungkem dan mengatakan meminta doa restu ingin mendaftar menjadi anggota polisi. "Saya kaget, kok tiba-tiba sungkem minta doa restu. Tapi kerena niatnya sudah bulat saya restui," ucapnya. Partilah mengaku, setiap hari tak pernah berhenti mendoakan cucunya diterima menjadi anggota kepolisian. Bahkan, dia rela tidur larut malam karena memikirkan cucunya. "Setiap saat, setiap waktu saya berdoa terus. Dalam shalat nama Taufiq tidak pernah saya lupakan. Tirakat ya melek (begadang) sampai tengah malam biar dia diterima," tuturnya.
Doa itu pun akhirnya terjawab, tepat sekitar bulan Desember pertengahan cucunya datang kembali ke rumah memberitahu jika lulus tes. Saat mendengar kabar itu, Partilah langsung memeluk Taufiq. Kepada Taufiq, Partilah berpesan agar tetap menjadi pribadi yang santun, taat dalam ibdah, rendah hati, berguna untuk negara dan keluarga."Doa saya tidak berhenti di sini, setiap hari Taufiq dan saudara-saudaranya tak pernah lupa saya sebut dalam shalat," pungkasnya.