Lutfiah menjadi korban AirAsia QZ8501 yang pertama kali divisum oleh tim forensik Polda Jawa Timur bersama satu jenazah lainnya. Rencananya, tim Disaster and Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur akan menyampaikan dua identitas sudah diketahui pada pukul 16.00. Tim DVI Polda Jawa Timur memastikan telah mengidentifikasi dua jenazah dari pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh. Salah satunya dipastikan penumpang dengan nama Hayati Lutfiah Hamid. "Jenazah dengan label B001, telah teridentifikasi sesuai dengan manifest atas nama Hayati Lutfiah Hamid, passenger dari AirAsia," kata Ketua TIM DVI yang juga Kabid Dokkes Polda Jatim, Kombes Budiyono di Posko Ante-Mortem, RS Bhayangkara, Kamis (1/1/2015).
Budiyono kemudian memaparkan metode yang digunakan oleh Tim DVI dalam mengidentifikasi korban. Korban teridentifikasi melalui 2 metode, yaitu sidik jari terjadi kesamaan atau matching jenazah dengan sidik jari yang diperoleh dari ante-mortem, lalu metode kedua, dengan menyamakan data ante-mortem dan post-mortem, dari adanya bekas operasi. "Lalu metode sekunder lain yang memperkuat nama korban dari properti yang didapatkan dari korban, adanya ID card yang masih terpasang di tubuh korban, tertulis atas nama Hayati Lutfiah Hamid, lalu perhiasan ada kalung dengan inisial nama ybs, gelang dll, yang diakui keluarga adalah milik korban. Atas dasar itu, tim memastikan korban adalah Hayati Lutfiah Hamid," papar Budiyono.
Duka mendalam masih melingkupi keluarga besar Soemamik Saeran di Jalan Nila, Desa Sawotaratap, Sidoarjo, Jawa Timur. Keluarga ini kehilangan empat anggota keluarganya yang menjadi penumpang AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura. Pesawat itu jatuh di perairan Selat Karimata, Kalimantan Tengah, pada Minggu (28/12/2014) lalu. Salah satu anggota keluarga yang telah diidentifikasi adalah Hayati Luthfiah Hamid (49).
Tiga bingkai foto yang menampilkan Hayati Lutfiah Hamid bersama Djoko Suseno (45), Naura Kanita Rosada Suseno (9), dan Soemamik Saeran dipasang di depan rumah. Keluarga yang terdiri dari ibu, ayah, anak, dan mertua itu berencana merayakan malam pergantian tahun baru dengan liburan yang tak biasa. Singapura menjadi pilihan sebagai tempat merayakan pergantian tahun. "Teman saya sempat diajak, Kikin. Fifi (panggilan Lutfiah) bilang mau jalan-jalan ke Singapura, biasanya mereka tahun baruan ke Malang. Tapi katanya mau spesial kali ini," kata Rubi, salah seorang teman Lutfiah saat dijumpai di rumah duka, Kamis (1/1/2015).
Menurut Rubi, perjumpaannya dengan Lutfiah pada Oktober lalu menjadi kenangan terakhirnya bersama alumni SMAN 9 Surabaya itu. Ketika itu, Rubi bersama suaminya, Unang Priyatno mendatangi rumah Lutfiah. Unang dan Lutfiah merupakan teman semasa sekolah. Dalam kunjungan itu, Rubi dan Unang sama-sama mendapat kado dari perjalanan haji Lutfiah dan suaminya, Djoko. Mereka memberikan Unang selembar sajadah yang dibelinya di Mekkah. Unang mengatakan, saat itu, Djoko seolah mengungkapkan pernyataan perpisahan. "Mas, ini sajadah untuk shalat. Siapa tahu kita enggak akan ketemu lagi, bukan maksud mendahului Tuhan loh ya," ujar Unang menirukan pernyataan Djoko.
Unang pun sempat meminta Djoko yang berprofesi sebagai guru Madrasah Ibtidaiah dan pengusaha jual-beli mobil itu untuk tak berkata aneh-aneh. Hal yang sama juga dirasakan Rubi yang mendapatkan oleh-oleh air zam-zam dari Lutfiah. Lutfiah, kata Rubi, sempat meminta anaknya, Naura untuk menyajikan air zam-zam kepada Rubi. "Waktu Naura kasih saya gelas untuk coba air zam-zam, Fifi bilang ke anaknya untuk pakai kerudung. 'Nak, kamu cantik lho pakai kerudung'," kenang Rubi. Namun, pernyataan sang bunda tak diindahkan Naura yang masih duduk di kelas 5 Sekolah Dasar itu. Saat itu, Naura mengatakan tak mengenakan kerudung karena sedang di rumah. "Kamu itu pakai kerudung cantik. Mau kapan pakainya? Pas besar? Kalau nanti Mama enggak bisa lihat kamu besar gimana?" ujar Rubi menirukan perkataan Lutfiah.
Pada Minggu (28/12/2014) siang, Unang dan Rubi dikejutkan dengan berita hilangnya AirAsia QZ8501 di perairan Pangkalan Bun. Mereka langsung teringat bahwa Lutfiah dan keluarganya berada dalam pesawat itu. Sehari kemudian, media televisi memberitakan adanya satu mayat yang terapung di perairan dalam kondisi tak bernyawa. "Ternyata itu Fifi, teman SMA kami. Masya Allah saya enggak pernah menyangka seperti ini. Padahal Fifi orangnya baik, ramah," kata Unang. Pada Kamis kemarin, jenazah Lutfiag yang telah diidentifikasi dimakamkan di TPU Desa Sawotaratap, yang dekat dengan rumah mertuanya, Soemamik. Lutfiah dimakamkan jauh dari rumahnya karena satu keluarganya turut menjadi korban. Rumah yang ditempati Lutfiah, Djoko, dan Naura kosong.
Selamat jalan, Lutfiah.